Bandung, 4/10 (ANTARA) - Perum Bulog Divre Jawa Barat menghentikan penyerapan gabah dan beras petani akibat harga jual di pasaran lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP).

"Penyerapan beras oleh Bulog terhenti sejak sebulan lalu karena harga gabah dan beras di pasaran jauh diatas harga pembelian pemerintah (HPP)," kata Kepala Bulog Divre Jabar, H Abdul Karim di Bandung, Senin.

Ia menyebutkan, harga gabah petani saat ini Rp3.500 atau di atas HPP sebesar Rp3.300 per kilogram, demikian juga harga beras di tingkat petani Rp5.700 sedangkan HPP Rp5.060 per kilogram.

Menurut Karim, pengadaan beras Bulog selama ini dilakukan melalui Mitra Bulog dan Satgas Bulog yang langsung turun ke sentra padi dan beras di Jabar.

Namun dengan harga jauh lebih tinggi di atas HPP penyerapan menjadi kurang efektif yang akhirnya harus menunggu penurunan harga beras sehingga bisa dilakukan kembali penyerapan atau pembelian.

"Serapan beras di Jabar saat ini sekitar 373.000 ton atau sekitar 83 persen dari prognosa 2010 sebanyak 450.000 ton," katanya.

Meski pembelian beras Bulog terhenti sejak sebulan lalu, BUMN tersebut tetap optimistis masih bisa melakukan penyerapan di akhir tahun 2010. Musim hujan yang berkepanjangan membuat musim tanam di Jabar menjadi lebih panjang karena curah hujan masih cukup tinggi.

Namun di lain pihak, anomali iklim yang terjadi saat ini yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun mengakibatkan banjir dan juga meluasnya hama menyusul peningkatan kelebaban udara.

"Serapan beras masih mungkin dilakukan hingga akhir 2010, namun di lain pihak banjir dan hama padi mengintai. Jelas butuh penanganan lebih intensif," katanya.

Akibatnya terjadi penurunan produktifitas dan rencemen dari gabah ke beras. Akibat sulitnya pengeringan padi maka rendemen pada musim panen menurun dari 50 persen menjadi 40 persen.

Ia mengakui, berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian Jawa Barat, adanya peningkatan luasan tanam pada 2010, namun menurut dia tidak otomatis menaikan angka produksi dan stabilitas harga beras di pasaran.

Nilai tambahnya luasan lahan tanam hanya menutupi penurunan produktifitas dan rendemen. Terlebih di Jawa Barat harga beras juga dipengaruhi oleh harga beras nasional, sehingga bila terjadi masalah produksi di daerah lain, dampaknya berpengaruh terhadap harga dan pasokan beras di Jabar.

"Sentra padi Jabar saat ini tak hanya memenuhi kebutuhan Jawa Barat, namun juga memasok kebutuhan pangan untuk DKI Jakarta dan bahkan untuk daerah lain yang minus produksinya," kata Abdul Karim.

Sementara itu stok beras di Gudang Bulog Jawa Barat yang tersebar di tujuh Sub Divre volumenya sebesar 263 ribu ton, atau cukup untuk enam bulan ke depan. Artinya stok beras Jabar masih mencukupi hingga Februari 2011.

"Kenaikan harga beras kemungkinan terjadi di akhir 2010, dan Bulog tetap mengantisipasinya, salah satunya menyiapkan operas pasar langsung di pasar-pasar tradisional," kata Kepala Bulog Jabar itu menambahkan.***2***

Syarif A

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010