Dosen Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Ghiska Ramahdita meraih juara pertama audience choice pada kompetisi Reach Out Science Slam Communication Challenge 2021 yang diadakan di Museum of Science Boston dan disponsori oleh National Science Foundation Amerika Serikat.
"Pada ajang ini, para finalis diminta untuk melakukan presentasi langsung dalam bentuk cerita sains selama tiga menit. Kami boleh memanfaatkan alat peraga, animasi, dan musik untuk menampilkan cerita yang sesuai untuk ditonton oleh keluarga," kata Ghiska dalam keterangannya, Selasa.
Ghiska memilih bercerita mengenai topik penelitian saya terkait hyperthropic cardiomyopathy yang merupakan salah satu faktor pemicu arrhythmia.
"Saya mencoba menggambarkan penelitian saya dalam memahami bagaimana ritme alami jantung dapat dipengaruhi oleh faktor mekanis dan bagaimana kita dapat mengembangkan perawatan yang lebih baik untuk mencegah penyakit mematikan ini suatu hari nanti,” ujar Ghiska yang merupakan satu-satunya peneliti muda dari Indonesia pada ajang kompetisi tersebut.
Ghiska merupakan kandidat Ph.D. di McKelvey School of Engineering, Washington University di St. Louis, yang berhasil meraih Juara Audience Choice, menyingkirkan 18 peneliti muda lain dari berbagai institusi pendidikan terkemuka di Amerika Serikat.
Reach Out Science Slam adalah kegiatan tahunan di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh National Science Foundation, berafiliasi dengan 12 pusat sains dan teknologi unggulan di Amerika Serikat dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi peneliti muda sekaligus memperkenalkan bidang ilmu mereka kepada masyarakat umum.
Pada malam final, para finalis menyajikan presentasi mereka di hadapan dewan juri yang terdiri dari para ahli komunikasi sains dan lebih dari 1.300 penonton yang menyaksikan secara virtual.
Enam finalis yang terpilih berasal dari beberapa perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat, antara lain, University of California San Francisco, Michigan State University, Washington University, Massachusetts Institute of Technology (MIT)/Woods Hole Oceanographic Institution, Mount Holyoke College, dan Harvard University.
Hyperthropic cardiomyopathy merupakan keadaan dimana terjadi penebalan dinding jantung yang memungkinkan jaringan jantung lebih kaku, dan gagal memompa volume darah yang cukup untuk dialirkan ke seluruh tubuh.
Hal ini dapat memicu terjadinya arrhythmia yang merupakan salah satu penyebab utama kematian mendadak di dunia, yang diakibatkan oleh kesalahan sinyal elektrik yang mengalir di dalam jantung, sehingga jantung tidak bisa berkontraksi dengan normal.
Saat ini Ghiska sedang meneliti secara biologis bagaimana kekakuan (stiffness) pada jaringan bisa menjadi pemicu penyakit jantung. Dengan mengombinasikan teknologi di bidang biomaterials, stem cells, dan tissue engineering, Ghiska mengembangkan sistem tiga dimensi untuk mereplikasikan jaringan jantung yang terbuat dari induced-pluripotent stem cells.
Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono mengatakan Ghiska Ramahdita merupakan satu dari sekian banyak bibit-bibit dosen dan peneliti muda dari FTUI yang saat ini sedang menuntut ilmu melanjutkan pendidikan Doktor di berbagai universitas terkemuka di seluruh dunia.
"Prestasi Ghiska yang sangat membanggakan ini tentunya merupakan pembuktian bahwa sumber daya manusia yang kami pupuk dan kembangkan di FTUI merupakan yang terbaik dan saat mereka kembali nanti akan turut berkontribusi mendidik putra dan putri terbaik bangsa," ujar
Ghiska Ramahdita, peneliti di Research Center for Biomedical Engineering, Universitas Indonesia, mempelajari mekanobiologi dalam rekayasa otot jantung, dan merupakan penerima James & Mary Wertsch Scholar of the McDonnell International Academy.
Selain itu, ia merupakan anggota dari Pusat Riset Mekanobiologi (Center for Engineering Mechanobiology), yaitu salah satu dari 12 pusat sains dan teknologi yang berafiliasi serta mendapat dukungan dari National Science Foundation.
Baca juga: FTUI kembangkan desain termometer otomatis untuk screening COVID-19
Baca juga: Mahasiswa FT UI rancang AIA Greenhouse kombinasi hidroponik-akuakultur
Baca juga: FTUI kembangkan alat purifikasi udara penghilang virus dan bakteri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Pada ajang ini, para finalis diminta untuk melakukan presentasi langsung dalam bentuk cerita sains selama tiga menit. Kami boleh memanfaatkan alat peraga, animasi, dan musik untuk menampilkan cerita yang sesuai untuk ditonton oleh keluarga," kata Ghiska dalam keterangannya, Selasa.
Ghiska memilih bercerita mengenai topik penelitian saya terkait hyperthropic cardiomyopathy yang merupakan salah satu faktor pemicu arrhythmia.
"Saya mencoba menggambarkan penelitian saya dalam memahami bagaimana ritme alami jantung dapat dipengaruhi oleh faktor mekanis dan bagaimana kita dapat mengembangkan perawatan yang lebih baik untuk mencegah penyakit mematikan ini suatu hari nanti,” ujar Ghiska yang merupakan satu-satunya peneliti muda dari Indonesia pada ajang kompetisi tersebut.
Ghiska merupakan kandidat Ph.D. di McKelvey School of Engineering, Washington University di St. Louis, yang berhasil meraih Juara Audience Choice, menyingkirkan 18 peneliti muda lain dari berbagai institusi pendidikan terkemuka di Amerika Serikat.
Reach Out Science Slam adalah kegiatan tahunan di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh National Science Foundation, berafiliasi dengan 12 pusat sains dan teknologi unggulan di Amerika Serikat dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi peneliti muda sekaligus memperkenalkan bidang ilmu mereka kepada masyarakat umum.
Pada malam final, para finalis menyajikan presentasi mereka di hadapan dewan juri yang terdiri dari para ahli komunikasi sains dan lebih dari 1.300 penonton yang menyaksikan secara virtual.
Enam finalis yang terpilih berasal dari beberapa perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat, antara lain, University of California San Francisco, Michigan State University, Washington University, Massachusetts Institute of Technology (MIT)/Woods Hole Oceanographic Institution, Mount Holyoke College, dan Harvard University.
Hyperthropic cardiomyopathy merupakan keadaan dimana terjadi penebalan dinding jantung yang memungkinkan jaringan jantung lebih kaku, dan gagal memompa volume darah yang cukup untuk dialirkan ke seluruh tubuh.
Hal ini dapat memicu terjadinya arrhythmia yang merupakan salah satu penyebab utama kematian mendadak di dunia, yang diakibatkan oleh kesalahan sinyal elektrik yang mengalir di dalam jantung, sehingga jantung tidak bisa berkontraksi dengan normal.
Saat ini Ghiska sedang meneliti secara biologis bagaimana kekakuan (stiffness) pada jaringan bisa menjadi pemicu penyakit jantung. Dengan mengombinasikan teknologi di bidang biomaterials, stem cells, dan tissue engineering, Ghiska mengembangkan sistem tiga dimensi untuk mereplikasikan jaringan jantung yang terbuat dari induced-pluripotent stem cells.
Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono mengatakan Ghiska Ramahdita merupakan satu dari sekian banyak bibit-bibit dosen dan peneliti muda dari FTUI yang saat ini sedang menuntut ilmu melanjutkan pendidikan Doktor di berbagai universitas terkemuka di seluruh dunia.
"Prestasi Ghiska yang sangat membanggakan ini tentunya merupakan pembuktian bahwa sumber daya manusia yang kami pupuk dan kembangkan di FTUI merupakan yang terbaik dan saat mereka kembali nanti akan turut berkontribusi mendidik putra dan putri terbaik bangsa," ujar
Ghiska Ramahdita, peneliti di Research Center for Biomedical Engineering, Universitas Indonesia, mempelajari mekanobiologi dalam rekayasa otot jantung, dan merupakan penerima James & Mary Wertsch Scholar of the McDonnell International Academy.
Selain itu, ia merupakan anggota dari Pusat Riset Mekanobiologi (Center for Engineering Mechanobiology), yaitu salah satu dari 12 pusat sains dan teknologi yang berafiliasi serta mendapat dukungan dari National Science Foundation.
Baca juga: FTUI kembangkan desain termometer otomatis untuk screening COVID-19
Baca juga: Mahasiswa FT UI rancang AIA Greenhouse kombinasi hidroponik-akuakultur
Baca juga: FTUI kembangkan alat purifikasi udara penghilang virus dan bakteri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021