Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) Prof Hindra Irawan Satari menyatakan sebanyak dua dari tiga kejadian kematian diduga akibat vaksin COVID-19 tidak berhubungan dengan imunisasi AstraZeneca.
"Terkait tiga laporan yang meninggal, yakni dua di Jakarta dan satu di Ambon," katanya saat menjawab sejumlah pertanyaan anggota DPR dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IX DPR yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan seorang pria berusia 60 tahun yang berprofesi sebagai pengendara ojek daring di Jakarta dilaporkan meninggal usai disuntik AstraZeneca.
Saat datang ke tempat pelayanan vaksinasi, kata Hindra, sempat diwawancara terkait potensi penyakit bawaan atau komorbid oleh petugas, namun tidak dilakukan pemeriksaan medis.
"Kalau di pos pelayanan vaksinasi itu tidak diperiksa. Lalu besoknya dia ke puskesmas di Jakarta karena mengalami sesak napas dan menyatakan sehari sebelum vaksin memang sudah sesak," katanya.
Selanjutnya petugas puskesmas melakukan diagnosa hingga ditemukan radang paru berdasarkan laporan rontgen. "Saat makin berat sakitnya, harus dirujuk tapi tidak ada tempat, harus inkubasi dia menolak, semakin berat lagi saat mau dirujuk, tapi tempatnya sudah penuh," katanya.
Pasien tersebut pun dinyatakan meninggal empat hingga lima hari kemudian. "Jadi bukan gara-gara vaksinnya, tapi karena memang radang paru sebelum vaksin," katanya.
Kasus kematian yang juga dilaporkan terkait AstraZeneca terjadi di Ambon yang dialami seorang lanjut usia (lansia) berumur 45 tahun.
"Almarhum disuntik. Besoknya dia demam, batuk pilek, makin berat. Ternyata terpapar positif COVID-19. Memang sebelum vaksin sudah mengalami COVID-19 berat, lalu meninggal," ujarnya.
Ia menambahkan satu kasus kematian lainnya masih dalam proses investigasi Komnas KIPI bersama jajaran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan. Kasus itu dialami almarhum Trio Fauqi Virdaus (22) di Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Kepada jajaran Komisi IX DPR RI Hindra melaporkan kronologi yang diduga kuat mempengaruhi daya tahan tubuh almarhum sebelum meninggal.
Pertama, kondisi almarhum sedang berpuasa saat menjalani vaksinasi AstraZeneca di Gelora Bung Karno Jakarta dan hanya memilih minum saat waktu berbuka puasa. Selanjutnya adalah keterlambatan respons keluarga untuk membawa Trio ke rumah sakit saat terjadi gejala usai vaksinasi.
"Sulit nyatakan ini terkait imunisasi, tapi juga sulit untuk menyatakan ini tidak terkait imunisasi karena AstraZeneca," katanya.
Komnas KIPI telah mengajukan rekomendasi untuk dilakukan otopsi pada jenazah Trio untuk mengumpulkan data hubungan sebab-akibat AstraZeneca dengan peristiwa itu, demikian Hindra Irawan Satari.
Baca juga: Komnas KIPI sebut 27 laporan kematian tak terkait vaksin Sinovac
Baca juga: Kemenkes sebut hanya satu dari 40 batch AstraZeneca dihentikan sementara
Baca juga: BPOM analisa hubungan sebab akibat vaksin AstraZeneca dengan KIPI
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Terkait tiga laporan yang meninggal, yakni dua di Jakarta dan satu di Ambon," katanya saat menjawab sejumlah pertanyaan anggota DPR dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi IX DPR yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan seorang pria berusia 60 tahun yang berprofesi sebagai pengendara ojek daring di Jakarta dilaporkan meninggal usai disuntik AstraZeneca.
Saat datang ke tempat pelayanan vaksinasi, kata Hindra, sempat diwawancara terkait potensi penyakit bawaan atau komorbid oleh petugas, namun tidak dilakukan pemeriksaan medis.
"Kalau di pos pelayanan vaksinasi itu tidak diperiksa. Lalu besoknya dia ke puskesmas di Jakarta karena mengalami sesak napas dan menyatakan sehari sebelum vaksin memang sudah sesak," katanya.
Selanjutnya petugas puskesmas melakukan diagnosa hingga ditemukan radang paru berdasarkan laporan rontgen. "Saat makin berat sakitnya, harus dirujuk tapi tidak ada tempat, harus inkubasi dia menolak, semakin berat lagi saat mau dirujuk, tapi tempatnya sudah penuh," katanya.
Pasien tersebut pun dinyatakan meninggal empat hingga lima hari kemudian. "Jadi bukan gara-gara vaksinnya, tapi karena memang radang paru sebelum vaksin," katanya.
Kasus kematian yang juga dilaporkan terkait AstraZeneca terjadi di Ambon yang dialami seorang lanjut usia (lansia) berumur 45 tahun.
"Almarhum disuntik. Besoknya dia demam, batuk pilek, makin berat. Ternyata terpapar positif COVID-19. Memang sebelum vaksin sudah mengalami COVID-19 berat, lalu meninggal," ujarnya.
Ia menambahkan satu kasus kematian lainnya masih dalam proses investigasi Komnas KIPI bersama jajaran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Kementerian Kesehatan. Kasus itu dialami almarhum Trio Fauqi Virdaus (22) di Buaran, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Kepada jajaran Komisi IX DPR RI Hindra melaporkan kronologi yang diduga kuat mempengaruhi daya tahan tubuh almarhum sebelum meninggal.
Pertama, kondisi almarhum sedang berpuasa saat menjalani vaksinasi AstraZeneca di Gelora Bung Karno Jakarta dan hanya memilih minum saat waktu berbuka puasa. Selanjutnya adalah keterlambatan respons keluarga untuk membawa Trio ke rumah sakit saat terjadi gejala usai vaksinasi.
"Sulit nyatakan ini terkait imunisasi, tapi juga sulit untuk menyatakan ini tidak terkait imunisasi karena AstraZeneca," katanya.
Komnas KIPI telah mengajukan rekomendasi untuk dilakukan otopsi pada jenazah Trio untuk mengumpulkan data hubungan sebab-akibat AstraZeneca dengan peristiwa itu, demikian Hindra Irawan Satari.
Baca juga: Komnas KIPI sebut 27 laporan kematian tak terkait vaksin Sinovac
Baca juga: Kemenkes sebut hanya satu dari 40 batch AstraZeneca dihentikan sementara
Baca juga: BPOM analisa hubungan sebab akibat vaksin AstraZeneca dengan KIPI
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021