Tim Pengabdian masyarakat (Pengmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia mengembangkan sebuah aplikasi Clinical Pathway yang bertujuan mempermudah rumah sakit menganalisis data pelayanan.
Aplikasi itu dapat dipergunakan dalam menyusun clinical pathway (alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan) serta evaluasinya, kata Ketua Tim FKM UI Dr Pujiyanto SKM MKes, dalam keterangannya di Depok, Kamis.
"Aplikasi ini diperkenalkan kepada seluruh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Provinsi DKI Jakarta Raya dalam sebuah workshop yang sudah terselenggara pada Maret lalu, yang dimanfaatkan untuk menganalisis pelayanan kepada pasien COVID-19 di RS tersebut," katanya.
Tim FKM UI diketuai oleh Dr Pujiyanto, SKM MKes dengan anggota tim pengabdi diantaranya Dr Atik Nurwahyuni, SKM MKes, Prof Amal C Sjaaf dan dr Abdul Robby Azhadi, MARS. Atik Nurwahyuni selaku anggota tim menyampaikan latar belakang kegiatan, tujuan pengembangan aplikasi, dan implementasinya di RSUD Provinsi DKI Jakarta.
Anggota Pengmas FKM UI Dr Atik Nurwahyuni mengatakan rumah sakit memiliki data yang begitu banyak dan sangat berharga, tapi belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu salah satunya untuk menyusun clinical pathway yang berkualitas. Memang, cukup berat bagi RS untuk menganalisis data tersebut secara manual, makanya membuat tools untuk mempermudah analisis datanya.
"Niat kami memang ini sebagai kontribusi FKM UI, sehingga RS dapat mengaksesnya secara gratis. Kami juga sudah memperoleh HAKI-nya," kata Atik.
Clinical pathway (CP) adalah sebuah proses yang melibatkan multidisiplin, berfokus pada perawatan pasien dengan diagnosis atau prosedur tertentu secara berkelanjutan.
Selain itu, ia tepat waktu dalam mendapatkan hasil terbaik yang telah ditentukan dengan sumber daya yang ada di RS.
Salah satu permasalahan di RS saat ini adalah pelayanan yang bervariasi untuk penyakit yang sama. Itu sebabnya, keberadaan dan kepatuhan terhadap CP diyakini menjadi salah satu upaya strategis untuk mengurangi variasi pelayanan yang ada.
Dengan adanya CP maka RS akan memiliki perencanaan dalam merawat pasien, sehingga diharapkan pelayanan menjadi lebih efektif, mutunya terjaga, dengan biaya yang terkendali.
"Akreditasi rumah sakit, baik di dalam maupun di luar negeri mensyaratkan adanya CP dan evaluasinya," katanya.
Penyusunan CP dan evaluasi yang ideal sebaiknya dilakukan berdasarkan bukti (evidence based), namun RS mengalami hambatan karena terkendala analisis data pelayanan. Hal tersebut mengakibatkan tujuan menjaga mutu dan pengendalian biaya belum tercapai secara optimal.
Padahal, data yang dibutuhkan untuk menyusun informasi yang dibutuhkan telah tersedia di rumah sakit, seperti data rekam medis. Namun, dalam tahap analisis membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar bila dilakukan secara manual.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr Widyastuti memberikan dukungan dan tanggapan positif terkait aplikasi ini.
"Kendali mutu dan kendali biaya di RS amatlah penting saat ini, kami sangat mengapresiasi sekali sosialisasi dan perkenalan penggunaan tools clinical pathway ini," ujar Widyastuti.
Antusiasme pimpinan serta praktisi di rumah sakit juga sangat terlihat saat uji coba aplikasi tersebut.
“Tools clinical pathway sangat berguna, data yang ditampilan akan sangat jelas, sehingga dapat menjadi alat evaluasi yang tepat untuk penerapan clinical pathway di RS,” kata Vera Marietha, Kepala Bagian Keuangan RSUD Pasar Rebo.
Dr Nurbani, SpA salah seorang tenaga medis RSUD Pasar Minggu menyampaikan bahwa aplikasi ini akan sangat membantu dalam menyusun dan mengevaluasi CP.
Aplikasi yang dikembangkan FKM UI ini merupakan bentuk kontribusi terhadap peningkatan mutu layanan dan kendali biaya di RS, sehingga RS dapat menggunakannya secara gratis. Pelaksanaan pengmas ini dilaksanakan sejak Juli 2020 hingga sekarang.
Baca juga: UI tuan rumah acara tahunan bahas isu kesehatan global
Baca juga: FKM UI edukasi penanganan penderita hipertensi warga Kota Depok
Baca juga: FKM UI gencarkan penyuluhan edukasi COVID-19 model baru di Depok
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Aplikasi itu dapat dipergunakan dalam menyusun clinical pathway (alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan) serta evaluasinya, kata Ketua Tim FKM UI Dr Pujiyanto SKM MKes, dalam keterangannya di Depok, Kamis.
"Aplikasi ini diperkenalkan kepada seluruh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Provinsi DKI Jakarta Raya dalam sebuah workshop yang sudah terselenggara pada Maret lalu, yang dimanfaatkan untuk menganalisis pelayanan kepada pasien COVID-19 di RS tersebut," katanya.
Tim FKM UI diketuai oleh Dr Pujiyanto, SKM MKes dengan anggota tim pengabdi diantaranya Dr Atik Nurwahyuni, SKM MKes, Prof Amal C Sjaaf dan dr Abdul Robby Azhadi, MARS. Atik Nurwahyuni selaku anggota tim menyampaikan latar belakang kegiatan, tujuan pengembangan aplikasi, dan implementasinya di RSUD Provinsi DKI Jakarta.
Anggota Pengmas FKM UI Dr Atik Nurwahyuni mengatakan rumah sakit memiliki data yang begitu banyak dan sangat berharga, tapi belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu salah satunya untuk menyusun clinical pathway yang berkualitas. Memang, cukup berat bagi RS untuk menganalisis data tersebut secara manual, makanya membuat tools untuk mempermudah analisis datanya.
"Niat kami memang ini sebagai kontribusi FKM UI, sehingga RS dapat mengaksesnya secara gratis. Kami juga sudah memperoleh HAKI-nya," kata Atik.
Clinical pathway (CP) adalah sebuah proses yang melibatkan multidisiplin, berfokus pada perawatan pasien dengan diagnosis atau prosedur tertentu secara berkelanjutan.
Selain itu, ia tepat waktu dalam mendapatkan hasil terbaik yang telah ditentukan dengan sumber daya yang ada di RS.
Salah satu permasalahan di RS saat ini adalah pelayanan yang bervariasi untuk penyakit yang sama. Itu sebabnya, keberadaan dan kepatuhan terhadap CP diyakini menjadi salah satu upaya strategis untuk mengurangi variasi pelayanan yang ada.
Dengan adanya CP maka RS akan memiliki perencanaan dalam merawat pasien, sehingga diharapkan pelayanan menjadi lebih efektif, mutunya terjaga, dengan biaya yang terkendali.
"Akreditasi rumah sakit, baik di dalam maupun di luar negeri mensyaratkan adanya CP dan evaluasinya," katanya.
Penyusunan CP dan evaluasi yang ideal sebaiknya dilakukan berdasarkan bukti (evidence based), namun RS mengalami hambatan karena terkendala analisis data pelayanan. Hal tersebut mengakibatkan tujuan menjaga mutu dan pengendalian biaya belum tercapai secara optimal.
Padahal, data yang dibutuhkan untuk menyusun informasi yang dibutuhkan telah tersedia di rumah sakit, seperti data rekam medis. Namun, dalam tahap analisis membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar bila dilakukan secara manual.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr Widyastuti memberikan dukungan dan tanggapan positif terkait aplikasi ini.
"Kendali mutu dan kendali biaya di RS amatlah penting saat ini, kami sangat mengapresiasi sekali sosialisasi dan perkenalan penggunaan tools clinical pathway ini," ujar Widyastuti.
Antusiasme pimpinan serta praktisi di rumah sakit juga sangat terlihat saat uji coba aplikasi tersebut.
“Tools clinical pathway sangat berguna, data yang ditampilan akan sangat jelas, sehingga dapat menjadi alat evaluasi yang tepat untuk penerapan clinical pathway di RS,” kata Vera Marietha, Kepala Bagian Keuangan RSUD Pasar Rebo.
Dr Nurbani, SpA salah seorang tenaga medis RSUD Pasar Minggu menyampaikan bahwa aplikasi ini akan sangat membantu dalam menyusun dan mengevaluasi CP.
Aplikasi yang dikembangkan FKM UI ini merupakan bentuk kontribusi terhadap peningkatan mutu layanan dan kendali biaya di RS, sehingga RS dapat menggunakannya secara gratis. Pelaksanaan pengmas ini dilaksanakan sejak Juli 2020 hingga sekarang.
Baca juga: UI tuan rumah acara tahunan bahas isu kesehatan global
Baca juga: FKM UI edukasi penanganan penderita hipertensi warga Kota Depok
Baca juga: FKM UI gencarkan penyuluhan edukasi COVID-19 model baru di Depok
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021