Bandung, 7/8 (ANTARA) - Sejak Juli hingga awal Agustus 2010, cuaca secara umum masih diwarnai hujan dengan intensitas
yang cukup tinggi di beberapa daerah di Jawa Barat, sejatinya bulan ini sudah memasuki masa musim kemarau.

Prefesor Riset Astronomi-Astrofsika, Peneliti Hubungan Matahari-Bumi, Mantan Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer
dan Iklim, LAPAN, Thomas Djamalaudin, Sabtu, mengatakan, data satelit dari NOAA menunjukkan bahwa liputan awan yang diindikasi dari pancaran inframerah dari bumi "outgoing longwave radiation: OLR."
"Secara rata-rata selama Juni hingga pertengahan Agustus, sebagian besar Indonesia bagian Selatan masih diliputi awan tebal berwarna biru, termasuk juga di Jawa Barat," katanya.

Suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata bisa menggambarkan secara umum kecenderungan aktifnya
pembentukan awan di wilayah Indonesia, yang berarti juga meningkatnya peluang hujan.

Perbedaan suhu permukaan laut secara regional juga memberikan gambaran dinamika atmosfernya yang terkait dengan kecenderungan pengalihan daerah konveksi pembentukan awan, sehingga terjadilah kemarau basah.

Pada saat suhu permukaan laut di Pasifik menghangat cukup tinggi selama beberapa bulan, maka terjadilah fenomena El Nino, dengan kecenderungan daerah konveksi pembentukan awan bergeser ke wilayah sekitar Pasifik Timur di Benua Amerika.
Di Indonesia cenderung miskin awan dan berpotensi kekeringan, seperti tahun 1997.

Sebaliknya bila suhu permukaan laut
di Pasifik cenderung menurun cukup rendah selama beberapa bulan, maka terjadilah fenomena La Nina, tentunya itu berdampak
banyaknya hujan di Indonesia.

Kondisi El Nino-La Nina terkait juga dengan kondisi dinamika atmosfer Pasifik Selatan, sehingga fenomenanya sering digabung sebagai ENSO (El Nino-Southern Oscillation),katanya.

Menurut Thomas, pemanasan global diyakini sebagai penyebab dari perubahan iklim global dan indikasi ini pula yang
menurutnya menjadi alasan munculnya istilah kemarau basah.

Atas dasar kecenderungan global yang menunjukkan adanya pemanasan global dan perubahan iklim global, diproyeksikan di
penghujung milenium ketiga 2090-2099 bumi akan makin panas. Dampaknya, ada wilayah yang makin tinggi curah hujannya di
Indonesia bagian Utara dan Indonesia bagian Selatan.

Kecenderungan pemanasan lokal di kota, yang disebut fenomena pulau panas perkotaan, bisa lebih tinggi, sekitar tiga derajat dalam rentang waktu yang sama dan sebaliknya jika curah hujan tinggi akan terjadi banjir dan tanah longsor karena menurunnya daya dukung lingkungan," katanya manambahkan Thomas.***3***
(U.PSO-225/B/Y003/Y003) 07-08-2010 14:27:05

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010