Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu, diperkirakan melemah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat.
Pada pukul 09.58 WIB, rupiah melemah 58 poin atau 0,41 persen ke posisi Rp13.988 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp13.930 per dolar AS.
"Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini mengikuti sentimen pelemahan mata uang regional karena meningginya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sudah menembus 1,32 persen pada perdagangan kemarin dan merupakan level tertinggi sejak Maret 2020. Yield yang meninggi tersebut memicu penguatan dolar AS.
Menurut Ariston, kenaikan yield itu kemungkinan karena optimisme pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi AS dengan dukungan program stimulus fiskal besar pemerintah.
Selain itu, lanjut Ariston, revisi penurunan target pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia 2021 mungkin sedikit membantu pelemahan nilai tukar rupiah.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021 akan sebesar 4,3-5,5 persen. Hal itu berbeda dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang sebesar 4,5-5,5 persen.
"Tapi di sisi lain, optimisme pemulihan ekonomi global belakangan ini mungkin bisa menjaga rupiah tidak terlalu melemah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS.
Pada Selasa (16/2) lalu, rupiah ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp13.930 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.910 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah Rabu pagi melemah 25 poin
Baca juga: Kurs rupiah ditutup melemah jelang pertemuan Bank Indonesia
Baca juga: Kurs rupiah masih lanjut positif didukung sentimen eksternal dan domestik
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Pada pukul 09.58 WIB, rupiah melemah 58 poin atau 0,41 persen ke posisi Rp13.988 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp13.930 per dolar AS.
"Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini mengikuti sentimen pelemahan mata uang regional karena meningginya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sudah menembus 1,32 persen pada perdagangan kemarin dan merupakan level tertinggi sejak Maret 2020. Yield yang meninggi tersebut memicu penguatan dolar AS.
Menurut Ariston, kenaikan yield itu kemungkinan karena optimisme pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi AS dengan dukungan program stimulus fiskal besar pemerintah.
Selain itu, lanjut Ariston, revisi penurunan target pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia 2021 mungkin sedikit membantu pelemahan nilai tukar rupiah.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021 akan sebesar 4,3-5,5 persen. Hal itu berbeda dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang sebesar 4,5-5,5 persen.
"Tapi di sisi lain, optimisme pemulihan ekonomi global belakangan ini mungkin bisa menjaga rupiah tidak terlalu melemah terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS.
Pada Selasa (16/2) lalu, rupiah ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp13.930 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp13.910 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah Rabu pagi melemah 25 poin
Baca juga: Kurs rupiah ditutup melemah jelang pertemuan Bank Indonesia
Baca juga: Kurs rupiah masih lanjut positif didukung sentimen eksternal dan domestik
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021