Bandung, 16/6 (ANTARA) - Perusahaan benih asal Purwakarta, PT East West Seed Indonesia menargetkan menjadi pengekspor benih sayuran terbesar di Asia Tenggara disamping meningkatkan ekspansi pasar benih agrobisnis di dalam negeri.

"Saat ini pasar benih sayuran masih didominasi perusahaan pembenihan asal Jepang dan Taiwan, namun kami optimis ke depan bisa jadi produsen benih sayuran topis hybrida terbesar di Asia Tenggara," kata President PT East West Seed, Joost Pekerharing di Bandung, Rabu.

Ia menyebutkan, saat ini produsen benih hybrida yang berlokasi di Kabupaten Purwakarta itu telah mengekspor berbagai jenis sayuran senilai lebih dari 3 juta dolar AS dengan kapasitas produksi 1.500 ton per tahun.

Penjualan produk benih sayuran hybrida domestik maupun di kawasan Asia Tenggara masih terbuka lebar seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand. Selain itu pasar benih juga terbuka lebar ke India dan beberapa negara lain di Asia Selatan.

Potensi pasar benih sayuran di Asia Tenggara sendiri, kata Joost sekitar 200 juta dolar AS, sedangkan potensi pasar domestik sekitar 9 juta dolar AS.

"Pasar benih holtikultura masih cukup terbuka, namun di lain pihak kompetitor juga makin luas dan ketat. Namun kami optimis benih asal Indonesia lebih diminati," kata pria berkebangsaan Belanda itu.

Beberapa produk benih sayuran yang diekspor itu adalah cabe, tomat, jagung, kacang panjang, semangka, timun, paria, oyong, labu, buncis, kangkung dan bayam.

"Sejak 1990 hingga 2010 ini telah diproduksi sebanyak 160 varietas sayuran unggulan, di samping itu juga dilakukan pengembangan beberapa varietas yang akan diluncurkan ke pasar," kata Joost.

Sementara itu Direktur Pemasaran East West Seed, Afrizal Gindow menyebutkan, selain memproduksi benih sayuran untuk meraih pasar agrobisnis Asia Tenggara, peran sertanya di sektor agrobisnis juga diwujudkan dengan membina dan membimbing sekitar 10.000 petani di berbagai daerah di Indonesia.

"Tak hanya menyediakan benih unggul, penguatan produksi juga dilakukan dengan memberikan bimbingan teknik budidaya yang tepat bagi para petani, termasuk melakukan penerapan teknologi dan adaptasi," kata Afrizal.

Sementara itu Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian, Ahmad Dimyati menyebutkan pasar benih sayuran domestik dan internasional, khususnya kawasan Asia Tenggara masih cukup terbuka dan potensial.

Hal tersebut karena kebutuhan sayuran masyarakat yang terus meningkat, namun di lain pihak harus diikuti dengan ekspansi pasar distribusi produk itu.

"Diakui atau tidak pemenuhan sayuran oleh masyarakat masih suka dinomorduakan dari daftar kebutuhan konsumsi mereka sehingga tingkat konsumsi sayuran secara nasional masih kurang," kata Ahmad Dimyati.

Ia menyebutkan, tingkat konsumsi sayuran di Indonesia saat ini masih rendah berkisar 36 hingga 40 kg per kapita per tahun. Padahal sesuai rekomendasi FAO tingkat konsumsi sayuran masyarakat idealnya 73 kg per kapita per tahun.

"Pemenuhan konsumsi sayuran di Indonesia baru sekitar 63 persen, sehingga potensi sektor hortikultura masih cukup besar. Perlu sosialisasi maksimal untuk peningkatan konsumsi sayuran," kata Ahmad Dimyati.

***2***
(U.S033/B/S004/S004) 16-06-2010 11:49:48

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010