Minyak mentah berjangka Brent naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa pagi, ketika optimisme bahwa stimulus pemerintah akan mendukung pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak mengalahkan kekhawatiran bahwa upaya karantina untuk menahan penyebaran pandemi COVID-19 secara global dapat mendinginkan konsumsi bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 17 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 54,92 dolar AS per barel pada 0150 GMT (08.50 WIB), setelah tergelincir 35 sen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 52,25 dolar AS per barel, turun 11 sen atau 0,2 persen. Tidak ada harga penyelesaian pada Senin (18/1/2021) karena pasar AS tutup untuk hari libur umum. Kontrak berjangka WTI Februari berakhir pada Rabu (20/1/2021).
Investor optimis dengan permintaan di China, importir minyak mentah utama dunia, setelah data yang dirilis pada Senin (18/1/2021) menunjukkan produksi kilang-kilang naik tiga persen ke rekor baru pada 2020. China juga satu-satunya ekonomi utama di dunia yang menghindari kontraksi tahun lalu saat banyak negara berjuang untuk menahan pandemi COVID-19.
"Data kemarin dari China adalah positif untuk harga minyak," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney.
Investor mengawasi pidato pelantikan Presiden AS terpilih Biden pada Rabu (20/1/2021) untuk detail tentang paket bantuan 1,9 triliun dolar AS negara itu.
Harga minyak juga telah didukung oleh pengurangan pasokan tambahan Arab Saudi dalam dua bulan ke depan yang diperkirakan akan menarik persediaan global sebesar 1,1 juta barel per hari pada kuartal pertama, kata analis ANZ.
Kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 secara global dan penguncian baru yang membebani permintaan bahan bakar terus membatasi harga minyak.
Analis ANZ menandai kekhawatiran tentang penurunan penjualan bahan bakar di India pada Januari dari Desember dan meningkatnya kasus COVID-19 di China dan Jepang dapat mengurangi permintaan minyak.
"Di Eropa dan AS, lambatnya peluncuran vaksin juga meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan permintaan akan tetap sulit dimengerti," kata bank tersebut.
Baca juga: Harga minyak tergelincir terseret kekhawatiran virus Corona
Baca juga: Minyak tergelincir akibat penguncian di China
Baca juga: Minyak naik didorong data impor China dan pelemahan dolar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret naik 17 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 54,92 dolar AS per barel pada 0150 GMT (08.50 WIB), setelah tergelincir 35 sen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 52,25 dolar AS per barel, turun 11 sen atau 0,2 persen. Tidak ada harga penyelesaian pada Senin (18/1/2021) karena pasar AS tutup untuk hari libur umum. Kontrak berjangka WTI Februari berakhir pada Rabu (20/1/2021).
Investor optimis dengan permintaan di China, importir minyak mentah utama dunia, setelah data yang dirilis pada Senin (18/1/2021) menunjukkan produksi kilang-kilang naik tiga persen ke rekor baru pada 2020. China juga satu-satunya ekonomi utama di dunia yang menghindari kontraksi tahun lalu saat banyak negara berjuang untuk menahan pandemi COVID-19.
"Data kemarin dari China adalah positif untuk harga minyak," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney.
Investor mengawasi pidato pelantikan Presiden AS terpilih Biden pada Rabu (20/1/2021) untuk detail tentang paket bantuan 1,9 triliun dolar AS negara itu.
Harga minyak juga telah didukung oleh pengurangan pasokan tambahan Arab Saudi dalam dua bulan ke depan yang diperkirakan akan menarik persediaan global sebesar 1,1 juta barel per hari pada kuartal pertama, kata analis ANZ.
Kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 secara global dan penguncian baru yang membebani permintaan bahan bakar terus membatasi harga minyak.
Analis ANZ menandai kekhawatiran tentang penurunan penjualan bahan bakar di India pada Januari dari Desember dan meningkatnya kasus COVID-19 di China dan Jepang dapat mengurangi permintaan minyak.
"Di Eropa dan AS, lambatnya peluncuran vaksin juga meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan permintaan akan tetap sulit dimengerti," kata bank tersebut.
Baca juga: Harga minyak tergelincir terseret kekhawatiran virus Corona
Baca juga: Minyak tergelincir akibat penguncian di China
Baca juga: Minyak naik didorong data impor China dan pelemahan dolar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021