Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan efektivitas vaksin COVID-19 akan diukur setelah vaksinasi dilakukan secara luas di masyarakat pada kondisi nyata di lapangan.

Juru Bicara BPOM Rizka Andalucia memberikan keterangan pers secara virtual mengenai efektivitas vaksin yang ditayangkan Youtube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.

"Untuk efektivitas vaksin, kami akan terus pantau kemampuan vaksin dalam menurunkan kejadian penyakit di masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Jadi efektivitas vaksin diukur setelah vaksin digunakan secara luas di masyarakat, pada kondisi nyata di lapangan atau di dunia pelayanan kesehatan yang sebenarnya," ujar Rizka.



Rizka mengatakan saat ini BPOM sedang melakukan pengujian untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk mendapatkan emergency use authorization (EUA) atau otorisasi penggunaan darurat.

Untuk memeroleh EUA diperlukan sejumlah parameter seperti parameter efikasi dan imunogenisitas.

Parameter efikasi yakni parameter klinis yang diukur berdasarkan persentase angka penurunan penyakit pada subjek atau kelompok yang menerima vaksin dibandingkan dengan orang yang menerima placebo pada uji klinis fase tiga.

Sementara parameter imunogenisitas diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar antibodi yang terbentuk setelah seseorang diberikan suntikan, dan pengukuran netralisasi antibodi untuk menetralkan virus.

"Pengukuran dilakukan setelah dua minggu dosis terakhir. Kemudian diukur ulang tiga sampai enam bulan setelah vaksin disuntik ke dalam tubuh. Setelah mendapat data tersebut maka dapat diberikan persetujuan penggunaan atau EUA," jelasnya.

Baca juga: Kemenkes optimistis vaksin COVID-19 Sinovac dapat izin BPOM

Baca juga: BPOM sebut vaksin belum boleh disuntikkan meskipun sudah didistribusikan

Baca juga: BPOM sebut izin darurat vaksin COVID-19 memasuki tahap penyelesaian

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021