Karawang, 31/3 (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terpaksa memanen padinya dalam keadaan basah setelah areal persawahan mereka terendam banjir akibat meluapnya Sungai Citarum selama lebih dari sepekan.
"Saya tidak tahu apakah padi yang basah ini akan menghasilkan beras atau tidak. Mudah-mudahan bisa menghasilkan," kata Didi (50), salah seorang petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang, Rabu.
Ia memperkirakan bahwa padi muda yang dipanennya itu tidak bisa dijual, karena kualitasnya rendah. Mengingat itu, kalau saja hasil panen padi sisa banjir dapat dijadikan beras, dipastikan hanya bisa dimanfaatkan untuk makan sehari-hari.
Saat terjadi banjir, usia tanam areal persawahan milik Didi baru mencapai empat bulan, dan tinggal menunggu beberapa hari lagi bisa dipanen.
Tetapi, kata dia, kuat dugaan tidak bisa menghasilkan panen yang normal, karena padi telah terendam selama lebih dari sepekan.
Menurut dia, akibat banjir yang melanda empat petak areal persawahannya, telah menimbulkan kerugian yang diperkirakan mencapai jutaan rupiah, karena rata-rata kerugian per petaknya mencapai Rp1-1,5 juta.
"Dalam waktu-waktu normal, dari empat petak sawah yang saya garap bisa memanen sekitar lima ton gabah. Tetapi, karena banjir, kemungkinan hanya bisa memanen tiga sampai empat ton gabah saja," kata Didi.
Ia berharap bisa mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat, karena telah mengalami kerugian yang tidak sedikit akibat banjir.
Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Kehutanan Karawang, Kadarisman, mengatakan, areal persawahan seluas 794 hektare terdiri atas areal persemaian dan pertanaman di Karawang, puso akibat banjir, dari total 961 sawah yang tergenang.
Dari 794 hektare areal persawahan yang puso, seluas 774 hektare di antaranya areal pertanaman, dan 20 hektare lainnya areal persemaian.
Rata-rata, usia tanam areal persawahan persemaian tersebut ialah 1-10 hari dan usia tanam areal pertanaman 1-100 hari.
M. Ali Khumaini
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
"Saya tidak tahu apakah padi yang basah ini akan menghasilkan beras atau tidak. Mudah-mudahan bisa menghasilkan," kata Didi (50), salah seorang petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang, Rabu.
Ia memperkirakan bahwa padi muda yang dipanennya itu tidak bisa dijual, karena kualitasnya rendah. Mengingat itu, kalau saja hasil panen padi sisa banjir dapat dijadikan beras, dipastikan hanya bisa dimanfaatkan untuk makan sehari-hari.
Saat terjadi banjir, usia tanam areal persawahan milik Didi baru mencapai empat bulan, dan tinggal menunggu beberapa hari lagi bisa dipanen.
Tetapi, kata dia, kuat dugaan tidak bisa menghasilkan panen yang normal, karena padi telah terendam selama lebih dari sepekan.
Menurut dia, akibat banjir yang melanda empat petak areal persawahannya, telah menimbulkan kerugian yang diperkirakan mencapai jutaan rupiah, karena rata-rata kerugian per petaknya mencapai Rp1-1,5 juta.
"Dalam waktu-waktu normal, dari empat petak sawah yang saya garap bisa memanen sekitar lima ton gabah. Tetapi, karena banjir, kemungkinan hanya bisa memanen tiga sampai empat ton gabah saja," kata Didi.
Ia berharap bisa mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat, karena telah mengalami kerugian yang tidak sedikit akibat banjir.
Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Kehutanan Karawang, Kadarisman, mengatakan, areal persawahan seluas 794 hektare terdiri atas areal persemaian dan pertanaman di Karawang, puso akibat banjir, dari total 961 sawah yang tergenang.
Dari 794 hektare areal persawahan yang puso, seluas 774 hektare di antaranya areal pertanaman, dan 20 hektare lainnya areal persemaian.
Rata-rata, usia tanam areal persawahan persemaian tersebut ialah 1-10 hari dan usia tanam areal pertanaman 1-100 hari.
M. Ali Khumaini
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010