Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro memastikan produksi vaksin difokuskan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan penanganan COVID-19 dalam negeri sebelum membantu negara lain.
"Kita benar-benar fokus pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Namun, apabila pemenuhan kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dan juga ada kebutuhan Indonesia untuk membantu negara lain tentunya kita siap," kata Bambang saat membuka Rapat Kerja Kemenristek/BRIN yang berlangsung di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Bambang, jumlah kebutuhan dalam negeri relatif cukup besar. Dengan menggunakan rumus kekebalan massal atau herd immunity yakni 2/3 jumlah penduduk Indonesia, maka dibutuhkan lebih kurang 170 juta orang yang harus divaksinasi.
"Kalau satu orang butuh dua kali vaksin per orang maka bisa dibutuhkan sampai 360 juta. Kita juga harus mengantisipasi vaksinasi pada periode berikutnya," kata dia.
Menurut dia, vaksin siap diproduksi massal untuk kebutuhan dalam negeri serta ditawarkan ke negara lain apabila telah melalui serangkaian uji klinis dan mendapatkan izin dari BPOM.
Menurut dia, vaksin merah putih dapat didistribusikan ke masyarakat apabila telah menyerahkan bibit vaksin kepada produsen vaksin yang dikoordinasikan oleh PT Bio Farma.
"InsyaAllah pada triwulan pertama tahun depan penyerahan bibit vaksin. Setelah itu harus dilakukan uji klinis tiga tahap pada manusia. Kemudan membutuhkan juga izin dari BPOM untuk bisa dilakukan vaksinasi," kata dia.
Bambang mengatakan pemerintah hingga saat ini terus berupaya agar penanganan pandemi COVID-19 bisa segera dilakukan melalui vaksinasi.
"Mudah-mudahan di Triwulan 4 Tahun 2021 vaksin merah putih mulai bisa didistribusikan kepada masyarakat," kata dia.
Baca juga: Kemristek gandeng 3 perusahaan swasta produksi 1 miliar dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Proses pengembangan Vaksin Merah Putih dipercepat, produksi akhir tahun 2021
Baca juga: Bio Farma mampu produksi hingga 17 juta dosis vaksin Sinovac per bulan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Kita benar-benar fokus pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Namun, apabila pemenuhan kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dan juga ada kebutuhan Indonesia untuk membantu negara lain tentunya kita siap," kata Bambang saat membuka Rapat Kerja Kemenristek/BRIN yang berlangsung di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Bambang, jumlah kebutuhan dalam negeri relatif cukup besar. Dengan menggunakan rumus kekebalan massal atau herd immunity yakni 2/3 jumlah penduduk Indonesia, maka dibutuhkan lebih kurang 170 juta orang yang harus divaksinasi.
"Kalau satu orang butuh dua kali vaksin per orang maka bisa dibutuhkan sampai 360 juta. Kita juga harus mengantisipasi vaksinasi pada periode berikutnya," kata dia.
Menurut dia, vaksin siap diproduksi massal untuk kebutuhan dalam negeri serta ditawarkan ke negara lain apabila telah melalui serangkaian uji klinis dan mendapatkan izin dari BPOM.
Menurut dia, vaksin merah putih dapat didistribusikan ke masyarakat apabila telah menyerahkan bibit vaksin kepada produsen vaksin yang dikoordinasikan oleh PT Bio Farma.
"InsyaAllah pada triwulan pertama tahun depan penyerahan bibit vaksin. Setelah itu harus dilakukan uji klinis tiga tahap pada manusia. Kemudan membutuhkan juga izin dari BPOM untuk bisa dilakukan vaksinasi," kata dia.
Bambang mengatakan pemerintah hingga saat ini terus berupaya agar penanganan pandemi COVID-19 bisa segera dilakukan melalui vaksinasi.
"Mudah-mudahan di Triwulan 4 Tahun 2021 vaksin merah putih mulai bisa didistribusikan kepada masyarakat," kata dia.
Baca juga: Kemristek gandeng 3 perusahaan swasta produksi 1 miliar dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Proses pengembangan Vaksin Merah Putih dipercepat, produksi akhir tahun 2021
Baca juga: Bio Farma mampu produksi hingga 17 juta dosis vaksin Sinovac per bulan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020