Tasikmalaya, 12/3 (ANTARA) - Petani di desa Pamoyanan, kecamatan Kadipaten, kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, resah terhadap rencana pembangunan terminal tipe B oleh pemerintah daerah setempat di wilayah areal pertanian.
Ketua gabugan kelompok tani (Gapoktan) Desa Pamoyanan, Komarudin (45), di Tasikmalaya, Jumat, mengkhawatirkan pembangunan terminal tersebut akan menggusur areal pertanian lainnya yang menjadi mata pencaharian para petani setempat.
Menurut dia, keberadaan terminal akan mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian secara berkala yang akan menggunakan tambahan lahan sebagai infrastruktur penunjang lainnya di kawasan terminal.
"Sadar atau tidak akan mengancam eksistensi lahan pertanian yang ada," katanya.
Ia menjelaskan Desa Pamoyanan merupakan sentra lahan pertanian padi di Kecamatan Kadipaten yang cukup produktif, dan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) I dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tasikmalaya.
Keberadaan lahan tersebut di Kecamatan Kadipaten diarahkan untuk fokus terhadap aktifitas pertanian lahan basah, palawija dan hortikultura.
Namun kata Komarudin, adanya pembangunan terminal di kawasan Kadipaten maka areal pertanian tersebut terancam tidak produktif dan para petani kehilangan mata pencahariannya.
Kekhawatiran tersebut, kata dia, ditambah dengan sudah dibebaskannya lahan pertanian seluar 35 ribu meter atau 3,5 hektare lahan pertanian produktif untuk pembangunan terminal.
"Lahan tersebut mungkin saja bertambah, seiring dengan perkembangan pembangunan infratruktur, sebagai penunjang adanya terminal," katanya.
Ia berharap, kepada pemerintah dengan keberadaan terminal tidak mengganggu lahan pertanian masyarakat, dan pemerintah diminta untuk melakukan upaya mengembangkan usaha pertanian.
"Artinya, pembangunan terus berjalan namun jangan sampai menggusur lahan pertanian khususnya lahan produktif," katanya.
Feri P
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Ketua gabugan kelompok tani (Gapoktan) Desa Pamoyanan, Komarudin (45), di Tasikmalaya, Jumat, mengkhawatirkan pembangunan terminal tersebut akan menggusur areal pertanian lainnya yang menjadi mata pencaharian para petani setempat.
Menurut dia, keberadaan terminal akan mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian secara berkala yang akan menggunakan tambahan lahan sebagai infrastruktur penunjang lainnya di kawasan terminal.
"Sadar atau tidak akan mengancam eksistensi lahan pertanian yang ada," katanya.
Ia menjelaskan Desa Pamoyanan merupakan sentra lahan pertanian padi di Kecamatan Kadipaten yang cukup produktif, dan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) I dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tasikmalaya.
Keberadaan lahan tersebut di Kecamatan Kadipaten diarahkan untuk fokus terhadap aktifitas pertanian lahan basah, palawija dan hortikultura.
Namun kata Komarudin, adanya pembangunan terminal di kawasan Kadipaten maka areal pertanian tersebut terancam tidak produktif dan para petani kehilangan mata pencahariannya.
Kekhawatiran tersebut, kata dia, ditambah dengan sudah dibebaskannya lahan pertanian seluar 35 ribu meter atau 3,5 hektare lahan pertanian produktif untuk pembangunan terminal.
"Lahan tersebut mungkin saja bertambah, seiring dengan perkembangan pembangunan infratruktur, sebagai penunjang adanya terminal," katanya.
Ia berharap, kepada pemerintah dengan keberadaan terminal tidak mengganggu lahan pertanian masyarakat, dan pemerintah diminta untuk melakukan upaya mengembangkan usaha pertanian.
"Artinya, pembangunan terus berjalan namun jangan sampai menggusur lahan pertanian khususnya lahan produktif," katanya.
Feri P
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010