Garut, 7/2 (ANTARA) - Tingkat hunian hotel dan penginapan di kabupaten Garut, Jawa Barat, pasca malam pergantian tahun 2009-2010 hingga Minggu malam, masih sepi pengunjung, termasuk pada hotel berbintang tiga di kawasan wisata Cipanas.

Sedangkan sebagian besar wisatawan, setiap hari libur hanya menyerbu kolam pemandian air panas alami kemudian mereka kembali pulang ke daerahnya masing-masing, kata Cecep Anwar(34), Minggu, pengelola salah satu hotel berbintang yang juga diakui para pengelola penginapan serta pemandian umum.

Sepinya pengunjung bermalam juga dikemukakan karyawan beberapa hotel di kawasan perkotaan, menurut mereka kemungkinan akibat sulitnya perekonomian saat ini, yang barangkali pula banyak terserap pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan atau sekolah.

Sekurangnya 33 lokasi wisata di kabupaten Garut, banyak didatangi pengunjung tetapi hanya sebagian kecil yang terus bermalam, terbukti nyaris seluruh halaman hotel berbintang serta penginapan masih nampak lengang dari kepadatan mobil yang diparkir.

Hanya terdapat beberapa kendaraan diparkir pemiliknya bermalam, seperti di hotel Sumber Alam, Tirta Gangga maupun hotel Sabda Alam, ujar juru parkirnya masing-masing.

Sedangkan banyaknya bis khusus pariwisata yang melintas di Garut, penumpangnya hanya berbelanja kuliner, menikmati hidangan di rumah makan yang menyediakan makanan etnik setempat, serta menikmati panorama alam yang dilintasi kendaraannya itu.

Padahal kabupaten Garut memiliki "segitiga emas" wisata unggulan, terdiri situ Bagendit, situ dan candi Cangkuang serta kaldera kawah Gunungapi Papandayan terpadu dengan kawasan wisata Cipanas, ujar Kepala Bidang Pemasaran pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) kabupaten, Herman Santoso.

Gunungapi Papandayan setinggi 2.665 mdpl, memiliki kaldera yang luas membentang sejauh 3 km dengan ratusan juta kubik lahar dingin, produk beberapa kali letusan (erupsi) pada 12 Nopember delapan tahun lalu, katanya.

Disusul candi Cangkuang di Kecamatan Leles, terdapat situs peninggalan abad ketujuh yang ditemukan Desember 1966, dengan keunikan kampung adat "kampung Pulo" terdiri enam rumah berhadap-hadapan dan satu mushala yang dihuni keturunan bala tentara kerajaan Mataram.









(U.PK-HT/B/Y003/Y003) 07-02-2010 19:24:42

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010