Presiden Suriah Bashar al-Assad menuduh Presiden Turki Tayyip Erdogan sebagai penghasut utama konflik di wilayah Nagorno-Karabakh.

Tuduhan itu disampaikan Assad saat berbicara dalam wawancara dengan kantor berita Rusia RIA yang diterbitkan pada Selasa.

Pertempuran antara Azerbaijan dan etnis Armenia di wilayah itu dimulai pada 27 September dan telah meningkat ke level paling mematikan sejak 1990-an.

Pertempuran tersebut telah meningkatkan kekhawatiran internasional bahwa kekuatan regional lainnya dapat terseret ke dalam konflik.

Turki telah menyatakan solidaritasnya dengan Azerbaijan, sementara Armenia memiliki pakta pertahanan dengan Rusia.

Armenia dan Azerbaijan pada Senin saling menuduh satu sama lain menyerang daerah sipil pada hari kesembilan pertempuran yang paling mematikan di wilayah Kaukasus Selatan selama lebih dari 25 tahun itu.

Ratusan orang telah tewas dalam perang terbaru di Nagorno-Karabakh, daerah kantong pegunungan yang berdasarkan hukum internasional milik Azerbaijan tetapi dihuni dan diperintah oleh etnis Armenia.

Pemerintah Nagorno-Karabakh mengatakan pasukan Azerbaijan melancarkan serangan roket ke ibu kotanya, Stepanakert, sementara Azerbaijan mengatakan Armenia menembakkan rudal ke beberapa kota di luar wilayah yang memisahkan diri itu.
 
Azerbaijan mengatakan Armenia telah melancarkan serangan rudal ke daerah padat penduduk dan infrastruktur sipil di Azerbaijan.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan sistem radarnya mencatat bahwa peluncuran dilakukan dari wilayah Armenia. 

Bentrokan itu adalah yang terburuk sejak 1990-an, ketika sekitar 30.000 orang tewas, dan menyebar ke luar daerah kantong Nagorno-Karabakh.

Baca juga: Armenia dan Azerbaijan masih bentrok hari kedua, 15 tentara tewas




Sumber: Reuters 

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020