Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan diprediksi menguat, namun terbatas.
Pada Jumat pukul 09.37 WIB, rupiah menguat 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp14.775 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.778 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston di Jakarta, Jumat, mengatakan penguatan dolar AS terlihat tertahan pagi ini. Dolar AS tertekan terhadap nilai tukar regional.
"Kemungkinan pasar mengambil sikap wait and see menunggu hasil data tenaga kerja AS non farm payrolls yang akan dirilis malam ini," ujarnya.
Data tersebut, lanjut Ariston, bisa menentukan arah selanjutnya bagi pergerakan dolar AS. Data yang memburuk bisa mendorong pelemahan dolar AS ke depannya dan sebaliknya.
"Rupiah kemungkinan bisa coba menguat terhadap dolar AS hari ini, tapi kemungkinan penguatannya tidak banyak, karena dari dalam negeri sendiri ada faktor potensi perlambatan pemulihan ekonomi dan penyebaran virus corona yang masih meninggi," katanya.
Terkait wacana perpanjangan kebijakan berbagi beban atau burden sharing antara pemerintah dan Bank Indonesia hingga 2022, Ariston memperkirakan hal itu masih akan menjadi perhatian pasar.
"Bisa jadi, isu itu belum ter-counter," ujarnya.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.680 per dolar AS hingga Rp14.850 per dolar AS.
Pada Kamis (2/9/2020) lalu, rupiah ditutup melemah 33 poin atau 0,22 persen menjadi Rp14.778 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.745 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat 68 poin menjadi Rp14.710 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah masih terkoreksi dipicu wacana perpanjangan "burden sharing"
Baca juga: Kurs rupiah diperkirakan masih dibayangi sentimen "burden sharing"
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Pada Jumat pukul 09.37 WIB, rupiah menguat 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp14.775 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.778 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston di Jakarta, Jumat, mengatakan penguatan dolar AS terlihat tertahan pagi ini. Dolar AS tertekan terhadap nilai tukar regional.
"Kemungkinan pasar mengambil sikap wait and see menunggu hasil data tenaga kerja AS non farm payrolls yang akan dirilis malam ini," ujarnya.
Data tersebut, lanjut Ariston, bisa menentukan arah selanjutnya bagi pergerakan dolar AS. Data yang memburuk bisa mendorong pelemahan dolar AS ke depannya dan sebaliknya.
"Rupiah kemungkinan bisa coba menguat terhadap dolar AS hari ini, tapi kemungkinan penguatannya tidak banyak, karena dari dalam negeri sendiri ada faktor potensi perlambatan pemulihan ekonomi dan penyebaran virus corona yang masih meninggi," katanya.
Terkait wacana perpanjangan kebijakan berbagi beban atau burden sharing antara pemerintah dan Bank Indonesia hingga 2022, Ariston memperkirakan hal itu masih akan menjadi perhatian pasar.
"Bisa jadi, isu itu belum ter-counter," ujarnya.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.680 per dolar AS hingga Rp14.850 per dolar AS.
Pada Kamis (2/9/2020) lalu, rupiah ditutup melemah 33 poin atau 0,22 persen menjadi Rp14.778 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.745 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat 68 poin menjadi Rp14.710 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah masih terkoreksi dipicu wacana perpanjangan "burden sharing"
Baca juga: Kurs rupiah diperkirakan masih dibayangi sentimen "burden sharing"
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020