Organisasi nirlaba Diferensia menggagas program kuota internet gratis bernama Konekinaja untuk siswa dari keluarga prasejahtera di Provinsi Jawa Barat, program ini menjadi jawaban atas keluhan para orang tua siswa terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Bukan hanya kuota internet saja yang kami berikan, kami juga menyediakan relawan pendidikan untuk mendampingi para siswa dari keluarga pra sejahtera untuk mengerjakan tugas PJJ," kata Direktur Program Diferensia Dian Chaerani di Bandung, Kamis.
Dia menuturkan selama ini pihaknya sering mendengar dan menerima keluhan para orang tua siswa tentang pembelajaran jarak jauh, mulai dari soal kuota internet, tugas dari sekolah yang menumpuk.
"Bahkan sampai ada juga yang kebingungan untuk mengajarkan anaknya," kata dia.
Dian berharap dengan adanya Program Konekin aja bisa memberikan solusi bagi orang tua yang mengeluhkan sistem pembelajaran jarak jauh ini.
Lebih lanjut ia mengatakan program ini akan dilaksanakan di beberapa wilayah, sebagai portofolio pihaknya menyulap garasi rumah menjadi tempat belajar daring siswa yang berdomisili di sekitarnya.
"Tentunya dengan fasilitas internet gratis yang memadai dan relawan pendamping yang kami siapkan. Tak lupa kami selalu mengedepankan protokol kesehatan bagi penerima manfaat kami sebagai usaha kami untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 ini," kata dia.
Sejumlah daerah di Jawa Barat sampai hari ini masih menerapkan pembelajaran jarak jauh atau sekolah dirumah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang sampai hari ini belum menunjukkan tanda akan mereda.
Sejak diberlakukannya pembelajaran jarak jauh ini lambat laun menimbulkan beberapa masalah atau keluhan baik dari proses belajar mengajar maupun dari daya dukung untuk melaksanakan PJJ tersebut.
Keluhan tidak hanya datang dari siswa didik dan pendidik terkait PJJ namun terutama datang dari orang tua siswa.
KPAI mencatat dari 1.700 siswa yang menjadi responden 43 persennya mengeluhkan soal kuota internet yang menjadi alat utama untuk melaksanakan KBM jarak jauh.
Seorang warga Kota Bandung, Heni menuturkan setiap hari dirinya harus mengeluarkan uang 10 ribu untuk membeli kuota internet untuk dua orang anaknya.
"Tentunya Ini menjadi beban bagi saya, terlebih kondisi jualan saya yang sepi dan saya juga orang tua tunggal," kata dia.
Hal senada juga Aulmauldiana, ia mengatakan sekolah daring saat ini cukup merepotkan orang tua siswa.
"Sekolah online malah jadi riweuh enggam ngerti sama materinya, mana soal dikasih numpuk, emaknya juga jadi ikutan repot bantu ngajarin," kata dia.
Baca juga: Pemkab Purwakarta sediakan mobil internet atasi kendala belajar via daring
Baca juga: Disdik Garut fasilitasi siswa miskin akses internet untuk belajar
Baca juga: Kemarin, Wapres soal belajar jarak jauh hingga penjelasan PP 23/2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Bukan hanya kuota internet saja yang kami berikan, kami juga menyediakan relawan pendidikan untuk mendampingi para siswa dari keluarga pra sejahtera untuk mengerjakan tugas PJJ," kata Direktur Program Diferensia Dian Chaerani di Bandung, Kamis.
Dia menuturkan selama ini pihaknya sering mendengar dan menerima keluhan para orang tua siswa tentang pembelajaran jarak jauh, mulai dari soal kuota internet, tugas dari sekolah yang menumpuk.
"Bahkan sampai ada juga yang kebingungan untuk mengajarkan anaknya," kata dia.
Dian berharap dengan adanya Program Konekin aja bisa memberikan solusi bagi orang tua yang mengeluhkan sistem pembelajaran jarak jauh ini.
Lebih lanjut ia mengatakan program ini akan dilaksanakan di beberapa wilayah, sebagai portofolio pihaknya menyulap garasi rumah menjadi tempat belajar daring siswa yang berdomisili di sekitarnya.
"Tentunya dengan fasilitas internet gratis yang memadai dan relawan pendamping yang kami siapkan. Tak lupa kami selalu mengedepankan protokol kesehatan bagi penerima manfaat kami sebagai usaha kami untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19 ini," kata dia.
Sejumlah daerah di Jawa Barat sampai hari ini masih menerapkan pembelajaran jarak jauh atau sekolah dirumah sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang sampai hari ini belum menunjukkan tanda akan mereda.
Sejak diberlakukannya pembelajaran jarak jauh ini lambat laun menimbulkan beberapa masalah atau keluhan baik dari proses belajar mengajar maupun dari daya dukung untuk melaksanakan PJJ tersebut.
Keluhan tidak hanya datang dari siswa didik dan pendidik terkait PJJ namun terutama datang dari orang tua siswa.
KPAI mencatat dari 1.700 siswa yang menjadi responden 43 persennya mengeluhkan soal kuota internet yang menjadi alat utama untuk melaksanakan KBM jarak jauh.
Seorang warga Kota Bandung, Heni menuturkan setiap hari dirinya harus mengeluarkan uang 10 ribu untuk membeli kuota internet untuk dua orang anaknya.
"Tentunya Ini menjadi beban bagi saya, terlebih kondisi jualan saya yang sepi dan saya juga orang tua tunggal," kata dia.
Hal senada juga Aulmauldiana, ia mengatakan sekolah daring saat ini cukup merepotkan orang tua siswa.
"Sekolah online malah jadi riweuh enggam ngerti sama materinya, mana soal dikasih numpuk, emaknya juga jadi ikutan repot bantu ngajarin," kata dia.
Baca juga: Pemkab Purwakarta sediakan mobil internet atasi kendala belajar via daring
Baca juga: Disdik Garut fasilitasi siswa miskin akses internet untuk belajar
Baca juga: Kemarin, Wapres soal belajar jarak jauh hingga penjelasan PP 23/2020
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020