Warga Kota Bogor yang terkonfirmasi positif COVID-19 bertambah 14 orang pada Rabu, setelah Dinas Kesehatan setempat melakukan penelusuran melalui kegiatan "active case finding" COVID-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, di Bogro, Rabu, mengatakan kasus positif COVOD-19 yang baru terkonfirmasi pada Rabu ada 14 kasus sehingga akumulasi kasus positif seluruhnya menjadi 529 kasus.
Jika mencermati sebaran lokasinya, yakni di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal, masing-masing empat kasus, di Kecamatan Bogor Selatan tiga kasus, di Kecamatan Bogor Utara dua kasus, di Kecamatan Bogor Timur satu kasus, serta di Kecamatan Bogor Tengah tidak ada penularan.
Menurut Retno, panggilan Sri Nowo Retno, kasus positif yang dinyatakan sembuh pada hari ini ada delapan kasus, sehingga kasus positif sembuh seluruhnya menjadi 316 kasus.
Kasus positif meninggal dunia tidak ada pada hari ini, sehingga akumulasi kasus meninggal dunia jumlahnya tetap 29 kasus. Dengan demikian, kasus positif yang masih sakit dan dalam perawatan di rumah sakit ada 184 kasus.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya mengkhawatirkan penularan COVID-19 yang trennya terus meningkat dan lebih banyak terjadi di lingkungan pemukiman dan keluarga.
"Adanya penularan COVID-19 di lingkungan permukiman dan keluarga sangat mengkhawatirkan, karena keluarga saling kontak erat dan warga di pemukiman saling berkunjung," kata Bima Arya Sugiarto di Kota Bogor, Rabu (19/8).
Ia mengatakan peningkatan penularan COVID-19 dari klaster keluarga menunjukkan adanya pergeseran tren dari penularan "imported case" menjadi "local case".
Bima Arya juga melihat tren peningkatan penularan COVID-19 pada klaster keluarga karena kesadaran masyarakat yang semakin menurun, setelah diberlakukan pembatasan sosial berskala besar adaptasi kebiasaan baru (PSBB AKB) mulai awal Agustus, sehingga kecepatan penularan COVID-19 menjadi meningkat.
Namun, ia juga menegaskan Pemerintah Kota Bogor ke depan memilih untuk menerapkan PSBB berbasis komunitas, yakni pada tingkatan kelurahan dan rukun warga (RW).
"Kita tidak mungkin mundur ke PSBB sebelumnya yang berskala Kota Bogor. PSBB itu kan skalanya besar, sudah tidak tepat. Ke depan kita akan ke PSBB berbasis komunitas," katanya.
Pemerintah Kota Bogor tidak akan mundur untuk menerapkan PSBB meskipun penyebaran COVID-19 di Kota Bogor saat ini trennya meningkat dan penularannya bergeser pada klaster keluarga.
Bima menilai konsep PSBB berbasis komunitas lebih saat ini tepat diterapkan untuk menekan penyebaran COVID-19 di lingkungan keluarga dan pemukiman.
Baca juga: Bogor tingkatkan cakupan kesehatan semesta tahun 2020
Baca juga: Wali Kota Bogor temukan siswa SMP dan SMK tak bisa ikuti PJJ
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, di Bogro, Rabu, mengatakan kasus positif COVOD-19 yang baru terkonfirmasi pada Rabu ada 14 kasus sehingga akumulasi kasus positif seluruhnya menjadi 529 kasus.
Jika mencermati sebaran lokasinya, yakni di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal, masing-masing empat kasus, di Kecamatan Bogor Selatan tiga kasus, di Kecamatan Bogor Utara dua kasus, di Kecamatan Bogor Timur satu kasus, serta di Kecamatan Bogor Tengah tidak ada penularan.
Menurut Retno, panggilan Sri Nowo Retno, kasus positif yang dinyatakan sembuh pada hari ini ada delapan kasus, sehingga kasus positif sembuh seluruhnya menjadi 316 kasus.
Kasus positif meninggal dunia tidak ada pada hari ini, sehingga akumulasi kasus meninggal dunia jumlahnya tetap 29 kasus. Dengan demikian, kasus positif yang masih sakit dan dalam perawatan di rumah sakit ada 184 kasus.
Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya mengkhawatirkan penularan COVID-19 yang trennya terus meningkat dan lebih banyak terjadi di lingkungan pemukiman dan keluarga.
"Adanya penularan COVID-19 di lingkungan permukiman dan keluarga sangat mengkhawatirkan, karena keluarga saling kontak erat dan warga di pemukiman saling berkunjung," kata Bima Arya Sugiarto di Kota Bogor, Rabu (19/8).
Ia mengatakan peningkatan penularan COVID-19 dari klaster keluarga menunjukkan adanya pergeseran tren dari penularan "imported case" menjadi "local case".
Bima Arya juga melihat tren peningkatan penularan COVID-19 pada klaster keluarga karena kesadaran masyarakat yang semakin menurun, setelah diberlakukan pembatasan sosial berskala besar adaptasi kebiasaan baru (PSBB AKB) mulai awal Agustus, sehingga kecepatan penularan COVID-19 menjadi meningkat.
Namun, ia juga menegaskan Pemerintah Kota Bogor ke depan memilih untuk menerapkan PSBB berbasis komunitas, yakni pada tingkatan kelurahan dan rukun warga (RW).
"Kita tidak mungkin mundur ke PSBB sebelumnya yang berskala Kota Bogor. PSBB itu kan skalanya besar, sudah tidak tepat. Ke depan kita akan ke PSBB berbasis komunitas," katanya.
Pemerintah Kota Bogor tidak akan mundur untuk menerapkan PSBB meskipun penyebaran COVID-19 di Kota Bogor saat ini trennya meningkat dan penularannya bergeser pada klaster keluarga.
Bima menilai konsep PSBB berbasis komunitas lebih saat ini tepat diterapkan untuk menekan penyebaran COVID-19 di lingkungan keluarga dan pemukiman.
Baca juga: Bogor tingkatkan cakupan kesehatan semesta tahun 2020
Baca juga: Wali Kota Bogor temukan siswa SMP dan SMK tak bisa ikuti PJJ
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020