Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menemukan ada siswa SMP dan SMA di kota yang dipimpinnya tidak bisa mengikuti pelajaran secara online selama lima bulan sejak adanya pandemi COVID-19, karena tidak memiliki fasilitas laptop maupun telepon seluler.
Bima Arya Sugiarto menemukan dua siswa yang tidak bisa belajar secara online, ketika melakukan pengecekan pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) atau belajar online ke SMP Negeri 10 di Kelurahan Cipaku Kecamatan Bogor Selatan Kota, Kota Bogor, Jabar, Senin.
Bima Arya mendatangi SMP Negeri 10 Kota Bogor di Kelurahan Cipaku secara mendadak, tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak sekolah.
Pada kesempatan itu, Bima Arya bertemu dengan kepala sekolah dan sejumlah guru, di ruang guru. Bima kemudian bertanya kepada empat orang guru yang ada di ruangan tersebut, mengenai pelaksanaan PJJ di sekolah tersebut, apakah lancar atau ada kendala.
Seorang guru yang mengajar mata pelajaran PKn di sekolah itu menjelaskan, proses PJJ dilakukan lebih banyak menggunakan aplikasi "whatsapp". Menurut dia, sekolah juga melaksanakan PJJ dengan aplikasi zoom meeting, tapi sangat jarang karena memerlukan pulsa internet cukup banyak.
Pada pelaksanaan PJJ menggunakan aplikasi "whatsapp", menurut dia, juga tidak semua siswa bisa mengikutinya dengan baik. Dari 32 siswa di setiap kelas, hanya sekitar 20-an siswa yang sering mengikuti PJJ. "Ada siswa yang tidak bisa mengikuti karena menggunakan telepon seluler orang tuanya kerja, yang dibawa pada saat kerja. Ada juga siswa, yang kadang-kadang tidak ikut belajar secara online, karena tidak punya pulsa internet," katanya.
Bima kemudian, mendatangi rumah salah satu siswa SMP Negeri 10 yang tidak bisa mengikuti PJJ, yakni siswa kelas IX bernama Hari Laksono.
Ketika tiba di rumahnya, Hari Laksono yang didampingi orang tuanya, mengatakan, dirinya tidak memiliki telepon seluler sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran secara online.
Agar tetap bisa mengikuti pelajaran, Hari bercerita, dirinya mendatangi rumah temannya yang memiliki telepon seluler dan bertanya apakah ada tugas-tugas dari gurunya. "Saya mengerjakan tugas-tugas dari guru, secara tertulis di kertas. Hasil pekerjaan tugas itu kemudian diantarkan ke sekolah," katanya.
Kakaknya Hari Laksono, yang sekolah di sebuah SMK swasta di Kota Bogor, juga menuturkan, tidak bisa belajar secara online, karena tidak memiliki telepon seluler. Kakaknya Hari yang duduk di kelas XII itu, juga mendatangi rumah temannya dan bertanya soal tugas-tugas dari guru sekolah.
"Saya dapat informasi dari teman, mengerjakan tugas-tugas di kertas, dan mengantarkannya ke sekolah, setiap dua minggu," katanya.
Bima Arya menyatakan prihatin, terhadap kondisi siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat belajar secara online. "Di Kota Bogor yang dekat dengan Jakarta saja, ditemukan siswa yang kesulitan belajar, bagaimana dengan di daerah terpencil dan terluar," katanya.
Baca juga: Kemendikbud tengah selesaikan kurikulum untuk masa pandemi corona
Baca juga: Mendikbud sebut kuota internet jadi masalah utama PJJ
Baca juga: Nadiem sapa siswa SD saat pantau PJJ sekolah di Kota Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Bima Arya Sugiarto menemukan dua siswa yang tidak bisa belajar secara online, ketika melakukan pengecekan pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) atau belajar online ke SMP Negeri 10 di Kelurahan Cipaku Kecamatan Bogor Selatan Kota, Kota Bogor, Jabar, Senin.
Bima Arya mendatangi SMP Negeri 10 Kota Bogor di Kelurahan Cipaku secara mendadak, tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak sekolah.
Pada kesempatan itu, Bima Arya bertemu dengan kepala sekolah dan sejumlah guru, di ruang guru. Bima kemudian bertanya kepada empat orang guru yang ada di ruangan tersebut, mengenai pelaksanaan PJJ di sekolah tersebut, apakah lancar atau ada kendala.
Seorang guru yang mengajar mata pelajaran PKn di sekolah itu menjelaskan, proses PJJ dilakukan lebih banyak menggunakan aplikasi "whatsapp". Menurut dia, sekolah juga melaksanakan PJJ dengan aplikasi zoom meeting, tapi sangat jarang karena memerlukan pulsa internet cukup banyak.
Pada pelaksanaan PJJ menggunakan aplikasi "whatsapp", menurut dia, juga tidak semua siswa bisa mengikutinya dengan baik. Dari 32 siswa di setiap kelas, hanya sekitar 20-an siswa yang sering mengikuti PJJ. "Ada siswa yang tidak bisa mengikuti karena menggunakan telepon seluler orang tuanya kerja, yang dibawa pada saat kerja. Ada juga siswa, yang kadang-kadang tidak ikut belajar secara online, karena tidak punya pulsa internet," katanya.
Bima kemudian, mendatangi rumah salah satu siswa SMP Negeri 10 yang tidak bisa mengikuti PJJ, yakni siswa kelas IX bernama Hari Laksono.
Ketika tiba di rumahnya, Hari Laksono yang didampingi orang tuanya, mengatakan, dirinya tidak memiliki telepon seluler sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran secara online.
Agar tetap bisa mengikuti pelajaran, Hari bercerita, dirinya mendatangi rumah temannya yang memiliki telepon seluler dan bertanya apakah ada tugas-tugas dari gurunya. "Saya mengerjakan tugas-tugas dari guru, secara tertulis di kertas. Hasil pekerjaan tugas itu kemudian diantarkan ke sekolah," katanya.
Kakaknya Hari Laksono, yang sekolah di sebuah SMK swasta di Kota Bogor, juga menuturkan, tidak bisa belajar secara online, karena tidak memiliki telepon seluler. Kakaknya Hari yang duduk di kelas XII itu, juga mendatangi rumah temannya dan bertanya soal tugas-tugas dari guru sekolah.
"Saya dapat informasi dari teman, mengerjakan tugas-tugas di kertas, dan mengantarkannya ke sekolah, setiap dua minggu," katanya.
Bima Arya menyatakan prihatin, terhadap kondisi siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat belajar secara online. "Di Kota Bogor yang dekat dengan Jakarta saja, ditemukan siswa yang kesulitan belajar, bagaimana dengan di daerah terpencil dan terluar," katanya.
Baca juga: Kemendikbud tengah selesaikan kurikulum untuk masa pandemi corona
Baca juga: Mendikbud sebut kuota internet jadi masalah utama PJJ
Baca juga: Nadiem sapa siswa SD saat pantau PJJ sekolah di Kota Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020