Analis cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung, Cilacap, Rendi Krisnawan, mengemukakan gelombang tinggi hingga sangat tinggi masih berpeluang muncul di perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Itu karena angin di wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY masih tergolong kencang karena masih dipengaruhi puncak angin timuran yang berlangsung pada bulan Juli-Agustus," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa.
Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang yang masuk kategori tinggi berkisar 2,5-4 meter, sedangkan kategori sangat tinggi berkisar 4-6 meter.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau nelayan maupun masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir selatan Jabar-DIY untuk tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya gelombang tinggi hingga saat tinggi.
Sementara untuk perkembangan cuaca di Jateng bagian selatan, Rendi mengatakan berdasarkan analisis yang dilakukan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, beberapa wilayah diprakirakan telah melewati puncak musim kemarau.
"Suatu wilayah dikatakan telah melewati puncak musim kemarau jika hasil analisis terhadap curah hujan yang terjadi saat itu masuk dalam kategori rendah atau berkisar 0-50 milimeter," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan hasil analisis curah hujan yang dilakukan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang pada dasarian ketiga bulan Juli dan dasarian pertama bulan Agustus 2020, curah hujan di sebagian besar wilayah Jateng selatan saat itu berkisar 0-50 milimeter atau masuk kategori rendah.
Sementara pada dasarian kedua bulan Agustus, curah hujan di beberapa wilayah Jateng bagian selatan masuk kategori rendah hingga menengah atau 0-150 milimeter.
"Dengan demikian, beberapa wilayah Jateng selatan seperti sebagian Cilacap, sebagian Banyumas, dan sebagian Kebumen diprakiraka telah melewati puncak musim kemarau," ujarnya.
Baca juga: BPBD Garut imbau nelayan waspadai bahaya gelombang tinggi selama lima hari
Baca juga: Nelayan agar waspadai gelombang tinggi di laut selatan Jabar-DIY
Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi 6 meter berpotensi terjadi di laut selatan Jawa
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Itu karena angin di wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY masih tergolong kencang karena masih dipengaruhi puncak angin timuran yang berlangsung pada bulan Juli-Agustus," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa.
Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang yang masuk kategori tinggi berkisar 2,5-4 meter, sedangkan kategori sangat tinggi berkisar 4-6 meter.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau nelayan maupun masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir selatan Jabar-DIY untuk tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya gelombang tinggi hingga saat tinggi.
Sementara untuk perkembangan cuaca di Jateng bagian selatan, Rendi mengatakan berdasarkan analisis yang dilakukan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, beberapa wilayah diprakirakan telah melewati puncak musim kemarau.
"Suatu wilayah dikatakan telah melewati puncak musim kemarau jika hasil analisis terhadap curah hujan yang terjadi saat itu masuk dalam kategori rendah atau berkisar 0-50 milimeter," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan hasil analisis curah hujan yang dilakukan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang pada dasarian ketiga bulan Juli dan dasarian pertama bulan Agustus 2020, curah hujan di sebagian besar wilayah Jateng selatan saat itu berkisar 0-50 milimeter atau masuk kategori rendah.
Sementara pada dasarian kedua bulan Agustus, curah hujan di beberapa wilayah Jateng bagian selatan masuk kategori rendah hingga menengah atau 0-150 milimeter.
"Dengan demikian, beberapa wilayah Jateng selatan seperti sebagian Cilacap, sebagian Banyumas, dan sebagian Kebumen diprakiraka telah melewati puncak musim kemarau," ujarnya.
Baca juga: BPBD Garut imbau nelayan waspadai bahaya gelombang tinggi selama lima hari
Baca juga: Nelayan agar waspadai gelombang tinggi di laut selatan Jabar-DIY
Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi 6 meter berpotensi terjadi di laut selatan Jawa
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020