Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat tipis meski dibayangi lonjakan kasus positif COVID-19 di Tanah Air.
Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.450 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.425 per dolar AS.
"Pasar saat ini menghadapi ancaman dari memanasnya hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing atas akses ke pasar keuangan AS, kebebasan sipil di Hong Kong dan klaim teritorial di Laut Cina Selatan," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump dikabarkan berencana untuk segera membatalkan perjanjian 2013 antara AS dan otoritas audit China.
Hal itu bisa menjadi pertanda tindakan keras yang lebih luas terhadap perusahaan China yang terdaftar di pasar saham AS.
Selain itu, AS telah memperkuat sikapnya terhadap klaim China di Laut Cina Selatan dan sedang mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri status hukum khusus Hong Kong sebagai protes terhadap hukum keamanan Beijing untuk bekas jajahan Inggris itu.
Dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) guna menjaga stabilitas mata uang rupiah.
"Intervensi tersebut menahan keluarnya arus modal asing yang cukup besar dari pasar keuangan dalam negeri dan sudah tentu pelemahan mata uang rupiah tertahan, walaupun masih memasuki zona merah. Namun apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia perlu mendapatkan apresiasi dari pasar," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.355 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.355 per dolar AShingga Rp14.450 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.512 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.486 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus COVID-19
Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 70 poin menjadi Rp14.355 per dolar AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.450 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.425 per dolar AS.
"Pasar saat ini menghadapi ancaman dari memanasnya hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing atas akses ke pasar keuangan AS, kebebasan sipil di Hong Kong dan klaim teritorial di Laut Cina Selatan," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump dikabarkan berencana untuk segera membatalkan perjanjian 2013 antara AS dan otoritas audit China.
Hal itu bisa menjadi pertanda tindakan keras yang lebih luas terhadap perusahaan China yang terdaftar di pasar saham AS.
Selain itu, AS telah memperkuat sikapnya terhadap klaim China di Laut Cina Selatan dan sedang mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri status hukum khusus Hong Kong sebagai protes terhadap hukum keamanan Beijing untuk bekas jajahan Inggris itu.
Dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) guna menjaga stabilitas mata uang rupiah.
"Intervensi tersebut menahan keluarnya arus modal asing yang cukup besar dari pasar keuangan dalam negeri dan sudah tentu pelemahan mata uang rupiah tertahan, walaupun masih memasuki zona merah. Namun apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia perlu mendapatkan apresiasi dari pasar," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.355 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.355 per dolar AShingga Rp14.450 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.512 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.486 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus COVID-19
Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 70 poin menjadi Rp14.355 per dolar AS
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020