Perusahaan kuliner cokelat dan dodol ternama di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Chocodot melakukan inovasi produk berbasis konsumsi harian yang dapat menarik minat konsumen sehingga bisa meningkatkan penjualan di tengah wabah COVID-19.
"Cara kami bertahan untuk menghadapi pandemi COVID-19 ini saya berusaha dari produk yang biasanya berbasis 'tourism' sekarang kita beralih ke konsumsi harian," kata pemilik PT Tama Cokelat Indonesia produsen Chocodot, Kiki Gumelar di Garut, Sabtu.
Ia menuturkan, produk harian itu sasaran pasarnya bukan wisatawan, sehingga produknya tidak menunjukan tema ciri khas pariwisata Garut.
Meski begitu, ciri khas produk Chocodot yang mempergunakan kata-kata atau kemasan unik tetap dilakukan agar konsumen tertarik membelinya. "Produk harian ini tetap mempergunakan kata-kata unik, ada ciri khas Chocodotnya, hanya saja unsur pariwisatanya sedikit berkurang," kata Kiki.
Ia berharap, fase normal baru yang membuka semua objek wisata di Garut dapat menumbuhkan kembali perekonomian di Garut, khususnya penjualan produk Chocodot kembali normal.
Selama ini, kata dia, sejak diberlakukannya darurat wabah COVID-19 pada Maret 2020 tingkat penjualan Chocodot turun, bahkan pada April turun drastis sampai nol penjualan karena tidak ada pembeli, bahkan banyak hambatan dalam pendistribusian.
"Distribusi ini menjadi kendala, kita tidak bisa mengirim barang. Bulan Maret ada penurunan, April benar-benar nol, bulan Juli kita mulai produksi lagi," katanya.
Perusahaan cokelat dan dodol Chocodot yang diproduksi oleh pengusaha lokal di Garut merupakan produk yang selama ini memasok sentra penjualan oleh-oleh dalam dan luar kota.
Selain itu, toko ciri khas Chocodot juga banyak tersebar di sejumlah jalan utama di Garut, terutama di jalur wisata.
Baca juga: Produsen Chocodot promosikan wisata Garut melalui kemasan produk kuliner
Baca juga: Chocodot luncurkan lima produk baru untuk meriahkan kuliner Garut
Baca juga: Cokelat Chocodot Garut raih penghargaan OVOP Kementerian Perindustrian
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Cara kami bertahan untuk menghadapi pandemi COVID-19 ini saya berusaha dari produk yang biasanya berbasis 'tourism' sekarang kita beralih ke konsumsi harian," kata pemilik PT Tama Cokelat Indonesia produsen Chocodot, Kiki Gumelar di Garut, Sabtu.
Ia menuturkan, produk harian itu sasaran pasarnya bukan wisatawan, sehingga produknya tidak menunjukan tema ciri khas pariwisata Garut.
Meski begitu, ciri khas produk Chocodot yang mempergunakan kata-kata atau kemasan unik tetap dilakukan agar konsumen tertarik membelinya. "Produk harian ini tetap mempergunakan kata-kata unik, ada ciri khas Chocodotnya, hanya saja unsur pariwisatanya sedikit berkurang," kata Kiki.
Ia berharap, fase normal baru yang membuka semua objek wisata di Garut dapat menumbuhkan kembali perekonomian di Garut, khususnya penjualan produk Chocodot kembali normal.
Selama ini, kata dia, sejak diberlakukannya darurat wabah COVID-19 pada Maret 2020 tingkat penjualan Chocodot turun, bahkan pada April turun drastis sampai nol penjualan karena tidak ada pembeli, bahkan banyak hambatan dalam pendistribusian.
"Distribusi ini menjadi kendala, kita tidak bisa mengirim barang. Bulan Maret ada penurunan, April benar-benar nol, bulan Juli kita mulai produksi lagi," katanya.
Perusahaan cokelat dan dodol Chocodot yang diproduksi oleh pengusaha lokal di Garut merupakan produk yang selama ini memasok sentra penjualan oleh-oleh dalam dan luar kota.
Selain itu, toko ciri khas Chocodot juga banyak tersebar di sejumlah jalan utama di Garut, terutama di jalur wisata.
Baca juga: Produsen Chocodot promosikan wisata Garut melalui kemasan produk kuliner
Baca juga: Chocodot luncurkan lima produk baru untuk meriahkan kuliner Garut
Baca juga: Cokelat Chocodot Garut raih penghargaan OVOP Kementerian Perindustrian
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020