Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga 3,1 persen pada kuartal II tahun ini karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah.

Sri Mulyani menyatakan pemberlakukan PSBB di berbagai daerah terutama di DKI Jakarta, Bodetabek, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang berkontribusi besar dalam perekonomian nasional akan mampu menekan pertumbuhan pada kuartal II.

“Ini pasti mempengaruhi kinerja ekonomi pada kuartal II yang kita perkirakan di negatif teritori yaitu minus 3,1 persen,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara daring di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Luhut diskusi soal kebijakan ekonomi bersama dosen senior UI

Sri Mulyani menyatakan perekonomian Indonesia akan mengalami titik terberat pada kuartal II seiring dengan berbagai lembaga survei yang turut memperkirakan berada di level antara 0,3 persen hingga terkontraksi 6 persen.

“Untuk forecast ekonomi Indonesia 2020 akan sangat ditentukan apakah di kuartal III akan sedikit lebih baik dari kuartal II dan apakah di kuartal IV akan ada recovery yang mulai muncul,” katanya.

Oleh sebab itu Sri Mulyani memastikan pemerintah akan terus memantau berbagai perkembangan mulai dari sisi ekspor, impor, konsumsi masyarakat, hingga sentimen global dalam rangka menjaga ekonomi agar tetap tumbuh.

Baca juga: UI usul kebijakan ekonomi saat wabah COVID-19

“Ini sedang kita coba untuk tangani dan mitigasi melalui policy bagaimana mengelola risiko yang downside sudah sangat dalam agar tidak menjadi memburuk atau bisa tertahan di zona positif,” tegasnya.

Sri Mulyani berharap upaya pemerintah dapat mulai memulihkan perekonomian pada kuartal III dan menghasilkan angka positif pada kuartal IV sehingga target pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap tercapai.

“Kita masih menggunakan minus 0,4 persen sampai 2,3 persen. Meski poin estimasi kita semakin mendekati level nol persen sampai 1 persen,” ujarnya.

Baca juga: Peneliti prediksi kinerja perekonomian Indonesia pulih pada 2022

Sementara itu ia menyatakan berbagai negara maju juga diprediksi mengalami tekanan pada kuartal II seperti AS terkontraksi 9,7 persen, Inggris turun 15,4 persen, Jerman turun 11,2 persen, Perancis minus 17,2 persen, dan Jepang terkontraksi 8,3 persen.

Tak hanya negara maju, negara berkembang turut diproyeksikan mengalami kontraksi pada kuartal II seperti India minus 12,4 persen, Singapura minus 6,8 persen, Malaysia minus 8 persen, serta hanya China tumbuh tipis di level 1,2 persen.

“Jadi kita lihat semua negara alami dampak terutama di kuartal kedua yang sangat dalam kecuali China karena memang pertama terkena jadi munculnya di kuartal satu,” ujarnya.

Baca juga: IMF apresiasi kebijakan ekonomi Indonesia untuk respons pandemi COVID-19

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020