Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil meninjau penerapan protokol kesehatan normal baru atau Pemprov Jabar menyebutnya dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Pasar Panorama Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu.
Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil menilai protokol kesehatan AKB sudah berjalan baik, seperti pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan sebelum masuk area pasar.
"Hampir 100 persen semua (pedagang dan pembeli) memakai masker. Tadinya ekspektasi saya agak rendah, tapi alhamdulillah luar biasa,” kata Kang Emil.
Emil meminta kepada Bupati Bandung Barat Aa Umbara, dan pengelola pasar untuk konsisten mengawasi penerapan protokol kesehatan selama AKB. Salah satunya, intens menginformasikan protokol kesehatan kepada pengunjung dan pembeli melalui pengeras suara yang terdapat di pasar.
"Ada pengeras suara untuk terus mengingatkan karena satu atau dua (pedagang atau pembeli) ada yang tidak disiplin. Tinggal musholanya belum tadi, tinggal diatur pakai selotip untuk tanda jaga jarak. Kalau itu sudah semua fasilitas saya kira sudah baik,” ujarnya.
“Untuk pedagang saya imbau pakai sarung tangan, karena ada serah terima uang fisik atau pegang-pegang benda lainnya yang punya potensi yang tidak terkontrol,” katanya.
Menurut dia, kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di pasar tradisional harus juga disertai dengan tes masif secara berkala, sebagai langkah antisipatif.
“Pembatasan pengunjung bisa diatur oleh pengelola pasar. Dan per hari ini pengunjung tidak terlalu padat, saya lihat juga tadi orang duduk untuk makan juga dia sudah mengatur jarak sendiri,” katanya.
“Saya titip juga ke Pak Bupati agar dua minggu sekali atau sebulan sekali disidak dengan rapid test, supaya tidak kecolongan,” tambahnya.
Kepala Pengelola Pasar Panorama Lembang Adithya menyatakan penerapan protokol kesehatan sudah dilakukan sebulan lalu, dan merujuk pada imbauan pemerintah, mulai dari pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, cek suhu, pakai sarung tangan, sampai alur keluar-masuk pengunjung.
“Kita batasi juga pembatasan operasional sesuai dengan aturan pemerintah. Tapi untuk saat ini, (jam operasional) sampai jam empat (sore) dari pagi. Juga kita sediakan ada delapan titik tempat cuci tangan,” kata Adithya.
“Jadi, ketika memang tidak melakukan protokol kesehatan dengan baik, maka tidak kami izinkan untuk masuk ke Pasar Panorama Lembang. Seperti ketika pengunjung atau pedagang tidak menggunakan masker maka kita akan memberikan arahan untuk kembali lagi atau pulang".
Menurut Adithya, Pasar Panorama Lembang telah menerapkan shift berjualan. Dengan begitu, pedagang yang berjumlah 2.000 tidak berjualan bersamaan.
“Jadi, untuk pedagang yang basahan itu dari subuh sampai pukul 10 atau 11. Nah, untuk pedagang yang keringan atau pakaian itu dari pukul 9. Jadi, walaupun jumlah pedagang kami ada 2.000 lebih tapi tidak semuanya berdagang dalam satu waktu,” katanya.
Baca juga: Gugus Tugas COVID-19 Jabar antisipasi gelombang kedua pandemi corona
“Sementara ini setelah kita lihat memang pengunjung itu hanya 1.000-an, jadi berkurang. Tetap kita batasi pengunjungnya tapi kita batasi di parkir, ketika terlihat di dalam sudah terlalu penuh maka kita akan tutup pintu parkirnya, pembatasan pengunjungnya seperti itu,” tambahnya.
Guna cegah penularan COVID-19, kata Adithya, pihaknya sudah melaksanakan tes masif kepada 30 persen pedagang.
“Di pasar kita juga sudah melalui rapid test dan alhamdulillah dari sampel 30 persen pedagang yang kita tes hasilnya semua negatif (nonreaktif). Jadi, penerapan PSBB atau protokol kesehatan yang kita lakukan selama ini cukup efektif,” katanya.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat minta pengelola wisata terapkan protokol kesehatan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil menilai protokol kesehatan AKB sudah berjalan baik, seperti pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan sebelum masuk area pasar.
"Hampir 100 persen semua (pedagang dan pembeli) memakai masker. Tadinya ekspektasi saya agak rendah, tapi alhamdulillah luar biasa,” kata Kang Emil.
Emil meminta kepada Bupati Bandung Barat Aa Umbara, dan pengelola pasar untuk konsisten mengawasi penerapan protokol kesehatan selama AKB. Salah satunya, intens menginformasikan protokol kesehatan kepada pengunjung dan pembeli melalui pengeras suara yang terdapat di pasar.
"Ada pengeras suara untuk terus mengingatkan karena satu atau dua (pedagang atau pembeli) ada yang tidak disiplin. Tinggal musholanya belum tadi, tinggal diatur pakai selotip untuk tanda jaga jarak. Kalau itu sudah semua fasilitas saya kira sudah baik,” ujarnya.
“Untuk pedagang saya imbau pakai sarung tangan, karena ada serah terima uang fisik atau pegang-pegang benda lainnya yang punya potensi yang tidak terkontrol,” katanya.
Menurut dia, kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di pasar tradisional harus juga disertai dengan tes masif secara berkala, sebagai langkah antisipatif.
“Pembatasan pengunjung bisa diatur oleh pengelola pasar. Dan per hari ini pengunjung tidak terlalu padat, saya lihat juga tadi orang duduk untuk makan juga dia sudah mengatur jarak sendiri,” katanya.
“Saya titip juga ke Pak Bupati agar dua minggu sekali atau sebulan sekali disidak dengan rapid test, supaya tidak kecolongan,” tambahnya.
Kepala Pengelola Pasar Panorama Lembang Adithya menyatakan penerapan protokol kesehatan sudah dilakukan sebulan lalu, dan merujuk pada imbauan pemerintah, mulai dari pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, cek suhu, pakai sarung tangan, sampai alur keluar-masuk pengunjung.
“Kita batasi juga pembatasan operasional sesuai dengan aturan pemerintah. Tapi untuk saat ini, (jam operasional) sampai jam empat (sore) dari pagi. Juga kita sediakan ada delapan titik tempat cuci tangan,” kata Adithya.
“Jadi, ketika memang tidak melakukan protokol kesehatan dengan baik, maka tidak kami izinkan untuk masuk ke Pasar Panorama Lembang. Seperti ketika pengunjung atau pedagang tidak menggunakan masker maka kita akan memberikan arahan untuk kembali lagi atau pulang".
Menurut Adithya, Pasar Panorama Lembang telah menerapkan shift berjualan. Dengan begitu, pedagang yang berjumlah 2.000 tidak berjualan bersamaan.
“Jadi, untuk pedagang yang basahan itu dari subuh sampai pukul 10 atau 11. Nah, untuk pedagang yang keringan atau pakaian itu dari pukul 9. Jadi, walaupun jumlah pedagang kami ada 2.000 lebih tapi tidak semuanya berdagang dalam satu waktu,” katanya.
Baca juga: Gugus Tugas COVID-19 Jabar antisipasi gelombang kedua pandemi corona
“Sementara ini setelah kita lihat memang pengunjung itu hanya 1.000-an, jadi berkurang. Tetap kita batasi pengunjungnya tapi kita batasi di parkir, ketika terlihat di dalam sudah terlalu penuh maka kita akan tutup pintu parkirnya, pembatasan pengunjungnya seperti itu,” tambahnya.
Guna cegah penularan COVID-19, kata Adithya, pihaknya sudah melaksanakan tes masif kepada 30 persen pedagang.
“Di pasar kita juga sudah melalui rapid test dan alhamdulillah dari sampel 30 persen pedagang yang kita tes hasilnya semua negatif (nonreaktif). Jadi, penerapan PSBB atau protokol kesehatan yang kita lakukan selama ini cukup efektif,” katanya.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat minta pengelola wisata terapkan protokol kesehatan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020