Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan menggelar "Pelatihan Pembuatan Pempek Ikan" secara daring dan gratis kepada 2.501 warga yang turut serta.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam rilis di Jakarta, Kamis, mengarahkan empat hal yang harus diperhatikan oleh peserta agar produk pempek ikan yang diproduksi bisa bersaing di masyarakat.
Sjarief memaparkan, hal pertama adalah kemasan produk. Ia mengarahkan agar para peserta memberikan inovasi-inovasi baru pada produk pempeknya agar menarik bagi konsumen.
"Untuk menarik konsumen, sebelum rasa adalah mata. Untuk itu, bentuk akhirnya harus diperhatikan supaya menarik. Misalnya dikasih mata dan mulut, pasti anak-anak yang melihat jadi tertarik untuk coba," ucapnya.
Kedua, Sjarief berpesan agar para peserta memperhatikan rasa dari produk yang dibuat sehingga bisa dinikmati dan menjaga kesetiaan konsumen.
Ketiga, ia mengingatkan agar para peserta memperhatikan nutrisi produk pempek yang dibuat. Salah satunya terkait dengan keamanan kandungan dan ketahanan penyimpanan pempek.
Keempat ialah sarana-prasarana dan material yang digunakan. Sjarief menyampaikan bahwa peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan volume yang akan diproduksi serta materialnya juga harus segar.
“Jangan lupa, pastikan juga bahwa materialnya yaitu ikan yang digunakan segar. Jangan ikan yang sudah mati tiga kali. Kita bisa beli di TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Perhatikan warna matanya, ekornya, dan sebagainya," lanjut Sjarief.
Menurut dia, produk-produk yang dihasilkan sebisa mungkin harus berbeda dari produk pempek umumnya yang telah beredar di pasar agar dapat bersaing.
Di era digital saat ini, Sjarief menambahkan bahwa pemasaran daring melalui media sosial juga harus dimaksimalkan.
Para peserta pelatihan berasal dari 34 provinsi di Indonesia dan berbagai latar belakang pekerjaan. Mulai dari ASN, penyuluh perikanan bantu, ibu rumah tangga, wirausahawan, mahasiswa, karyawan swasta/BUMN, buruh pabrik, guru, dosen, perangkat desa, anggota TNI/Polri, tenaga medis, hingga tenaga kerja baru.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, pelatihan ini diselenggarakan atas tingginya permintaan masyarakat setelah diselenggarakannya "Pelatihan Pembuatan Kerupuk Amplang" dan "Pelatihan Pembuatan Unagi Donburi" pada 20 Mei 2020 lalu.
"Pelatihan olahan ikan ini ternyata direspon sangat positif oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami melakukan menjaring pendapat (voting) di media sosial tentang materi pelatihan yang diinginkan. Hasilnya, mayoritas masyarakat yakni sebesar 30,3 persen menginginkan pelatihan pembuatan pempek," ungkapnya.
Pelatihan kali ini difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Tegal melalui demonstrasi interaktif yang diberikan oleh para instrukturnya melalui aplikasi Zoom.
Sementara itu, para peserta mengikuti pelatihan dari rumah masing-masing dengan bahan dan alat yang disiapkan secara mandiri.
Kepala BP3 Tegal Muchlisin berharap, kegiatan ini dapat menciptakan wirausaha-wirausaha baru di bidang perikanan di tengah terbatasnya aktivitas ekonomi akibat pandemi COVID-19.
“Kami berharap, jiwa wirausaha masyarakat terbangun sehingga bisa menumbuhkan industri-industri rumahan dan membantu perekonomian mereka," ucap Muchlisin.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam rilis di Jakarta, Kamis, mengarahkan empat hal yang harus diperhatikan oleh peserta agar produk pempek ikan yang diproduksi bisa bersaing di masyarakat.
Sjarief memaparkan, hal pertama adalah kemasan produk. Ia mengarahkan agar para peserta memberikan inovasi-inovasi baru pada produk pempeknya agar menarik bagi konsumen.
"Untuk menarik konsumen, sebelum rasa adalah mata. Untuk itu, bentuk akhirnya harus diperhatikan supaya menarik. Misalnya dikasih mata dan mulut, pasti anak-anak yang melihat jadi tertarik untuk coba," ucapnya.
Kedua, Sjarief berpesan agar para peserta memperhatikan rasa dari produk yang dibuat sehingga bisa dinikmati dan menjaga kesetiaan konsumen.
Ketiga, ia mengingatkan agar para peserta memperhatikan nutrisi produk pempek yang dibuat. Salah satunya terkait dengan keamanan kandungan dan ketahanan penyimpanan pempek.
Keempat ialah sarana-prasarana dan material yang digunakan. Sjarief menyampaikan bahwa peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan volume yang akan diproduksi serta materialnya juga harus segar.
“Jangan lupa, pastikan juga bahwa materialnya yaitu ikan yang digunakan segar. Jangan ikan yang sudah mati tiga kali. Kita bisa beli di TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Perhatikan warna matanya, ekornya, dan sebagainya," lanjut Sjarief.
Menurut dia, produk-produk yang dihasilkan sebisa mungkin harus berbeda dari produk pempek umumnya yang telah beredar di pasar agar dapat bersaing.
Di era digital saat ini, Sjarief menambahkan bahwa pemasaran daring melalui media sosial juga harus dimaksimalkan.
Para peserta pelatihan berasal dari 34 provinsi di Indonesia dan berbagai latar belakang pekerjaan. Mulai dari ASN, penyuluh perikanan bantu, ibu rumah tangga, wirausahawan, mahasiswa, karyawan swasta/BUMN, buruh pabrik, guru, dosen, perangkat desa, anggota TNI/Polri, tenaga medis, hingga tenaga kerja baru.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, pelatihan ini diselenggarakan atas tingginya permintaan masyarakat setelah diselenggarakannya "Pelatihan Pembuatan Kerupuk Amplang" dan "Pelatihan Pembuatan Unagi Donburi" pada 20 Mei 2020 lalu.
"Pelatihan olahan ikan ini ternyata direspon sangat positif oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami melakukan menjaring pendapat (voting) di media sosial tentang materi pelatihan yang diinginkan. Hasilnya, mayoritas masyarakat yakni sebesar 30,3 persen menginginkan pelatihan pembuatan pempek," ungkapnya.
Pelatihan kali ini difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Tegal melalui demonstrasi interaktif yang diberikan oleh para instrukturnya melalui aplikasi Zoom.
Sementara itu, para peserta mengikuti pelatihan dari rumah masing-masing dengan bahan dan alat yang disiapkan secara mandiri.
Kepala BP3 Tegal Muchlisin berharap, kegiatan ini dapat menciptakan wirausaha-wirausaha baru di bidang perikanan di tengah terbatasnya aktivitas ekonomi akibat pandemi COVID-19.
“Kami berharap, jiwa wirausaha masyarakat terbangun sehingga bisa menumbuhkan industri-industri rumahan dan membantu perekonomian mereka," ucap Muchlisin.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020