Tatanan normal baru atau "new normal" yang bertujuan memulihkan perekonomian di Provinsi Jawa Barat (Jabar) akan disertai dengan pengendalian risiko penularan COVID-19 yang komprehensif dan adaptasi tatanan normal baru mengacu pada sejumlah indikator dan persiapan matang.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Berli Hamdani, Rabu, menyatakan, kesiapan Jabar memasuki tatanan normal baru dapat dilihat dari hasil kajian epidemiologi.
Dia mengatakan angka reproduksi (Rt) penyebaran COVID-19 di Jabar sudah menyentuh angka satu yang artinya, Jabar dinilai dapat mengendalikan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
"Kita sudah bisa mempertahankan Rt atau angka reproduksi dari penularan ini di angka satu. Artinya, satu orang positif COVID-19 di Jabar menularkan ke satu orang lainnya," kata Berli di Kota Bandung, Rabu.
Hasil evaluasi pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat provinsi juga menunjukkan hasil yang positif. Hal itu terlihat dari rata-rata penambahan kasus per hari, dari 40 kasus per hari pada akhir April 2020 turun menjadi 21-24 kasus pada akhir Mei.
Tingkat rata-rata kematian Jabar akibat COVID-19 pun menurun dari tujuh jiwa menjadi tiga jiwa per hari. Sementara tingkat kesembuhan mencapai dua kali lipat. Kemudian, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami penurunan.
Selain itu, kata Berli, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar sudah mengumumkan level kewaspadaan untuk 27 kabupaten/kota. Berdasarkan hasil evaluasi, tiga daerah berada di level empat atau zona merah, 19 daerah berada di level tiga atau zona kuning, dan lima daerah berada di level 2 atau zona biru. Level kewaspadaan tersebut akan menentukan penerapan tatanan normal baru di setiap daerah.
"Jadi dari perkembangan ini sebenarnya ini sudah ada perbaikan secara pengendalian COVID-19 di Jabar. Kemudian kalau kita lebih memperdalam lagi secara tataran level kelurahan atau kecamatan, kecamatan yang ada positif di Jabar ini tidak lebih dari 203 kecamatan yang melaporkan atau diketahui terdapat pasien COVID-19," ucapnya.
Berli mengatakan, Pemda Provinsi Jabar siap beradaptasi dan memasuki tatanan normal baru dengan menyusun panduan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di semua sektor, mulai dari lembaga pendidikan, rumah ibadah, industri, perdagangan, sampai perkantoran.
Panduan tersebut menyiapkan protokol kesehatan baru yang lebih ketat. Misalnya, mal wajib membatasi jumlah pengunjung, menyediakan alat kebersihan bagi pekerja dan pengunjung, dan memasang pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani pengunjung.
"Kita harus mulai menyusun protokol kesehatan untuk masing-masing entitas kegiatan dalam masyarakat kita. Contohnya bagaimana protokol kesehatan di lingkungan industri, kemudian di lingkungan perkantoran, protokol kesehatan di lingkungan sekolah, di lingkungan lembaga pendidikan, dan lembaga dan institusi-institusi lain," katanya.
"Manajemen pun akan lebih terfokus pada elemen wilayah terkecil yang ada di pemerintahan. Kita mengkaji bagaimana pengendalian tingkat desa, lurah, atau paling tidak tingkat kecamatan. Tentunya dengan mengkoordinir semua pihak termasuk setiap unit pelayanan unit kepada publik, yang nanti akan ada tim pengendali COVID-19," tambahnya.
Fokus Risiko Penularan
Berli memastikan, kewaspadaan Jabar dalam mengendalikan COVID-19 tidak akan berkurang meski memasuki tatanan normal baru. Pengetesan COVID-19 dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) atau tes swab maupun rapid test akan secara intens dilakukan.
Selain sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19, pengetesan masif akan mendapatkan peta persebaran COVID-19 yang komprehensif, melacak kontak terpapar COVID-19, mendeteksi keberadaan virus, dan memastikan status pasien COVID-19.
"Kita mengambil sikap atau putuskan kebijakan dengan tetap mengedepankan kewaspadaan. Salah satu kewaspadaan yang akan terus ditingkatkan adalah melakukan pemeriksaan atau pendeteksian yaitu dengan rapid test maupun swab test," katanya.
"Di dalam era kenormalan baru itu, kita akan melihat petugas-petugas kesehatan menggunakan kendaraan yang ada, di Jabar itu ada ambulans, ada MPUS, ada MASKARA, ada berbagai kendaraan Pemda Provinsi yang nanti akan berkeliling melakukan pemeriksaan rapid test, kemudian swab test ke kerumunan-kerumunan," katanya.
Pengetesan masif di Jabar disertai pula dengan penguatan kesiapan laboratorium, supaya tes masif dengan metode PCR berjalan optimal. Tes swab sendiri dilakukan untuk menerapkan intervensi yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan, menyeimbangkan pengendalian pandemi kesehatan dengan kebutuhan hidup dasar masyarakat Jabar.
Selain Labkesda Jabar, ada delapan laboratorium yang ditunjuk Pemda Provinsi Jabar untuk melakukan pemeriksaan PCR, yakni Unpad Jatinangor, RSHS, RSUI, Labkesda Kota Bekasi, Labkesda Kabupaten Bekasi, IPB, VET Subang, dan BBTKL Jakarta. Total kapasitas pengetesan mencapai 5.838 spesimen per hari, tapi kemampuan pengetesan per hari berada di angka 2.999 spesimen atau 60 persen dari total kapasitas.
Baca juga: Penerapan tatanan normal baru di Provinsi Jabar mulai 1 Juni 2020
Kemudian, Pemda Provinsi Jabar konsisten menginventarisasi ruang isolasi dan perawatan COVID-19 tambahan di sejumlah daerah. Hal tersebut sebagai upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi lonjakan kasus positif COVID-19.
"Tingkat hunian di fasilitas-fasilitas kesehatan pada 18 Mei kemarin, berkisar 32 persen. Berdasarkan data di tanggal 25 Mei, sudah turun menjadi 30 persen. Ini artinya yang dirawat atau perlu perawatan karena penyakit COVID-19 di Jabar mengalami penurunan. Sementara kapasitas rawat inap kita masih sangat luas dan sangat siap Insyaa Allah untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan risiko tadi," kata Berli.
Berli menyatakan, tatanan normal baru harus juga disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan menggunakan masker, karena berkontribusi besar menghentikan rantai penularan dan mengendalikan COVID-19.
"Kenormalan baru ini akan berhasil menjadi sebuah budaya yang positif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, bukan hanya karena COVID-19, apabila masyarakat turut berperan serta dalam hal kedisiplinan. Jadi, disiplin menggunakan masker, dan disiplin melakukan physical distancing," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jawa Barat matangkan skenario tatanan normal baru
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Berli Hamdani, Rabu, menyatakan, kesiapan Jabar memasuki tatanan normal baru dapat dilihat dari hasil kajian epidemiologi.
Dia mengatakan angka reproduksi (Rt) penyebaran COVID-19 di Jabar sudah menyentuh angka satu yang artinya, Jabar dinilai dapat mengendalikan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
"Kita sudah bisa mempertahankan Rt atau angka reproduksi dari penularan ini di angka satu. Artinya, satu orang positif COVID-19 di Jabar menularkan ke satu orang lainnya," kata Berli di Kota Bandung, Rabu.
Hasil evaluasi pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tingkat provinsi juga menunjukkan hasil yang positif. Hal itu terlihat dari rata-rata penambahan kasus per hari, dari 40 kasus per hari pada akhir April 2020 turun menjadi 21-24 kasus pada akhir Mei.
Tingkat rata-rata kematian Jabar akibat COVID-19 pun menurun dari tujuh jiwa menjadi tiga jiwa per hari. Sementara tingkat kesembuhan mencapai dua kali lipat. Kemudian, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami penurunan.
Selain itu, kata Berli, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar sudah mengumumkan level kewaspadaan untuk 27 kabupaten/kota. Berdasarkan hasil evaluasi, tiga daerah berada di level empat atau zona merah, 19 daerah berada di level tiga atau zona kuning, dan lima daerah berada di level 2 atau zona biru. Level kewaspadaan tersebut akan menentukan penerapan tatanan normal baru di setiap daerah.
"Jadi dari perkembangan ini sebenarnya ini sudah ada perbaikan secara pengendalian COVID-19 di Jabar. Kemudian kalau kita lebih memperdalam lagi secara tataran level kelurahan atau kecamatan, kecamatan yang ada positif di Jabar ini tidak lebih dari 203 kecamatan yang melaporkan atau diketahui terdapat pasien COVID-19," ucapnya.
Berli mengatakan, Pemda Provinsi Jabar siap beradaptasi dan memasuki tatanan normal baru dengan menyusun panduan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di semua sektor, mulai dari lembaga pendidikan, rumah ibadah, industri, perdagangan, sampai perkantoran.
Panduan tersebut menyiapkan protokol kesehatan baru yang lebih ketat. Misalnya, mal wajib membatasi jumlah pengunjung, menyediakan alat kebersihan bagi pekerja dan pengunjung, dan memasang pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani pengunjung.
"Kita harus mulai menyusun protokol kesehatan untuk masing-masing entitas kegiatan dalam masyarakat kita. Contohnya bagaimana protokol kesehatan di lingkungan industri, kemudian di lingkungan perkantoran, protokol kesehatan di lingkungan sekolah, di lingkungan lembaga pendidikan, dan lembaga dan institusi-institusi lain," katanya.
"Manajemen pun akan lebih terfokus pada elemen wilayah terkecil yang ada di pemerintahan. Kita mengkaji bagaimana pengendalian tingkat desa, lurah, atau paling tidak tingkat kecamatan. Tentunya dengan mengkoordinir semua pihak termasuk setiap unit pelayanan unit kepada publik, yang nanti akan ada tim pengendali COVID-19," tambahnya.
Fokus Risiko Penularan
Berli memastikan, kewaspadaan Jabar dalam mengendalikan COVID-19 tidak akan berkurang meski memasuki tatanan normal baru. Pengetesan COVID-19 dengan metode teknik reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) atau tes swab maupun rapid test akan secara intens dilakukan.
Selain sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19, pengetesan masif akan mendapatkan peta persebaran COVID-19 yang komprehensif, melacak kontak terpapar COVID-19, mendeteksi keberadaan virus, dan memastikan status pasien COVID-19.
"Kita mengambil sikap atau putuskan kebijakan dengan tetap mengedepankan kewaspadaan. Salah satu kewaspadaan yang akan terus ditingkatkan adalah melakukan pemeriksaan atau pendeteksian yaitu dengan rapid test maupun swab test," katanya.
"Di dalam era kenormalan baru itu, kita akan melihat petugas-petugas kesehatan menggunakan kendaraan yang ada, di Jabar itu ada ambulans, ada MPUS, ada MASKARA, ada berbagai kendaraan Pemda Provinsi yang nanti akan berkeliling melakukan pemeriksaan rapid test, kemudian swab test ke kerumunan-kerumunan," katanya.
Pengetesan masif di Jabar disertai pula dengan penguatan kesiapan laboratorium, supaya tes masif dengan metode PCR berjalan optimal. Tes swab sendiri dilakukan untuk menerapkan intervensi yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan, menyeimbangkan pengendalian pandemi kesehatan dengan kebutuhan hidup dasar masyarakat Jabar.
Selain Labkesda Jabar, ada delapan laboratorium yang ditunjuk Pemda Provinsi Jabar untuk melakukan pemeriksaan PCR, yakni Unpad Jatinangor, RSHS, RSUI, Labkesda Kota Bekasi, Labkesda Kabupaten Bekasi, IPB, VET Subang, dan BBTKL Jakarta. Total kapasitas pengetesan mencapai 5.838 spesimen per hari, tapi kemampuan pengetesan per hari berada di angka 2.999 spesimen atau 60 persen dari total kapasitas.
Baca juga: Penerapan tatanan normal baru di Provinsi Jabar mulai 1 Juni 2020
Kemudian, Pemda Provinsi Jabar konsisten menginventarisasi ruang isolasi dan perawatan COVID-19 tambahan di sejumlah daerah. Hal tersebut sebagai upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi lonjakan kasus positif COVID-19.
"Tingkat hunian di fasilitas-fasilitas kesehatan pada 18 Mei kemarin, berkisar 32 persen. Berdasarkan data di tanggal 25 Mei, sudah turun menjadi 30 persen. Ini artinya yang dirawat atau perlu perawatan karena penyakit COVID-19 di Jabar mengalami penurunan. Sementara kapasitas rawat inap kita masih sangat luas dan sangat siap Insyaa Allah untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan risiko tadi," kata Berli.
Berli menyatakan, tatanan normal baru harus juga disertai kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak dan menggunakan masker, karena berkontribusi besar menghentikan rantai penularan dan mengendalikan COVID-19.
"Kenormalan baru ini akan berhasil menjadi sebuah budaya yang positif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, bukan hanya karena COVID-19, apabila masyarakat turut berperan serta dalam hal kedisiplinan. Jadi, disiplin menggunakan masker, dan disiplin melakukan physical distancing," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jawa Barat matangkan skenario tatanan normal baru
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020