Salak Sari Intan varietas unggul hasil inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian yang dikembangkan di Kabupaten Bintan siap menjadi unggulan ekspor daerah tersebut.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry di Jakarta, Rabu menjelaskan sejak dirilis pada tahun 2009, Balitbangtan bekerja sama dengan Pemda Bintan telah melakukan beberapa terobosan untuk percepatan pengembangan varietas unggul salak Sari Intan tersebut.
Terobosan tersebut, tambahnya, diantaranya sosialisasi, promosi, pendaftaran pohon induk, percepatan produksi benih, bantuan benih pada petani, pendampingan budidaya dan menginisiasi penangkar benih.
Baca juga: Inpari Arumba, padi inovasi Balitbangtan kaya antioksidan
"Pengembangan salak Sari Intan di Bintan bertujuan antara lain agar VUB ini bisa berkembang di masyarakat dalam skala luas dan memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, Pulau Bintan memiliki potensi pasar domestik dan ekspor yang menjanjikan dan masih terbuka lebar dan merupakan kawasan perbatasan yang harus dikelola untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Salak Sari Intan hasil inovasi pertanian Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Balitbangtan bekerjasama dengan Yayasan Yatazagawa dan Pemda Kab. Bintan yang dimulai tahun 2002 sampai 2011 itu terdiri tiga varietas.
Baca juga: Inpari 48 Blas, diklaim varietas unggul baru Balitbangtan tahan wereng
Tiga varietas unggul baru (VUB) salak tersebut yaitu Sari Intan 48, Sari Intan 295, dan Sari Intan 541 yang mempunyai keunggulan rasa manis, daging buah tebal, tidak sepat walaupun buah masih muda dan sangat harum serta disukai oleh konsumen.
Perakitan varietas diawali dengan melakukan persilangan menggunakan tetua salak Pondoh, Salak Jawa, Salak Sumatera, dan Salak Bali.
Fadjry menambahkan pengembangan salak Sari Intan di Kabupaten Bintan akan terus dilanjutkan sehingga wilayah perbatasan yang memiliki potensi pasar domestik dan ekspor ini dapat menjadi sentra produksi salak.
Baca juga: Balitbangtan sebut Sambiloto berpotensi atasi COVID-19
"Apabila produksi salak Sari Intan di daerah tersebut cukup tinggi, keberlanjutan dan berkualitas baik diharapkan dapat menjadi penyangga ekonomi masyarakat," katanya.
Sri Hadiati, peneliti buah dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Balitbangtan mengungkapkan pada 2015, inisiasi pengembangan salak Sari Intan di Bintan dimulai dengan penanaman 200 rumpun di Kecamatan Teluk Sebung dan Kecamatan Toapaya.
Sampai 2020, pengembangan salak Sari Intan masih terus berlanjut dengan total jumlah tanaman sebanyak 4.410 rumpun.
Selain di Kabupaten Bintan, salak Sari Intan juga sudah ditanam di Kebun Percobaan Balitbu Tropika yang berada di Subang, Jawa Barat sebanyak 48 rumpun dan di Sumatera Barat sebanyak 200 rumpun.
Sebagian dari tanaman salak tersebut digunakan sebagai benih sumber dan telah teregistrasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry di Jakarta, Rabu menjelaskan sejak dirilis pada tahun 2009, Balitbangtan bekerja sama dengan Pemda Bintan telah melakukan beberapa terobosan untuk percepatan pengembangan varietas unggul salak Sari Intan tersebut.
Terobosan tersebut, tambahnya, diantaranya sosialisasi, promosi, pendaftaran pohon induk, percepatan produksi benih, bantuan benih pada petani, pendampingan budidaya dan menginisiasi penangkar benih.
Baca juga: Inpari Arumba, padi inovasi Balitbangtan kaya antioksidan
"Pengembangan salak Sari Intan di Bintan bertujuan antara lain agar VUB ini bisa berkembang di masyarakat dalam skala luas dan memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, Pulau Bintan memiliki potensi pasar domestik dan ekspor yang menjanjikan dan masih terbuka lebar dan merupakan kawasan perbatasan yang harus dikelola untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Salak Sari Intan hasil inovasi pertanian Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Balitbangtan bekerjasama dengan Yayasan Yatazagawa dan Pemda Kab. Bintan yang dimulai tahun 2002 sampai 2011 itu terdiri tiga varietas.
Baca juga: Inpari 48 Blas, diklaim varietas unggul baru Balitbangtan tahan wereng
Tiga varietas unggul baru (VUB) salak tersebut yaitu Sari Intan 48, Sari Intan 295, dan Sari Intan 541 yang mempunyai keunggulan rasa manis, daging buah tebal, tidak sepat walaupun buah masih muda dan sangat harum serta disukai oleh konsumen.
Perakitan varietas diawali dengan melakukan persilangan menggunakan tetua salak Pondoh, Salak Jawa, Salak Sumatera, dan Salak Bali.
Fadjry menambahkan pengembangan salak Sari Intan di Kabupaten Bintan akan terus dilanjutkan sehingga wilayah perbatasan yang memiliki potensi pasar domestik dan ekspor ini dapat menjadi sentra produksi salak.
Baca juga: Balitbangtan sebut Sambiloto berpotensi atasi COVID-19
"Apabila produksi salak Sari Intan di daerah tersebut cukup tinggi, keberlanjutan dan berkualitas baik diharapkan dapat menjadi penyangga ekonomi masyarakat," katanya.
Sri Hadiati, peneliti buah dari Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Balitbangtan mengungkapkan pada 2015, inisiasi pengembangan salak Sari Intan di Bintan dimulai dengan penanaman 200 rumpun di Kecamatan Teluk Sebung dan Kecamatan Toapaya.
Sampai 2020, pengembangan salak Sari Intan masih terus berlanjut dengan total jumlah tanaman sebanyak 4.410 rumpun.
Selain di Kabupaten Bintan, salak Sari Intan juga sudah ditanam di Kebun Percobaan Balitbu Tropika yang berada di Subang, Jawa Barat sebanyak 48 rumpun dan di Sumatera Barat sebanyak 200 rumpun.
Sebagian dari tanaman salak tersebut digunakan sebagai benih sumber dan telah teregistrasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020