Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti mendesak pemerintah pusat untuk menugaskan PT Pindad (Persero) memproduksi massal alat bantu pernafasan atau ventilator yang dibutuhkan rumah sakit dalam penanganan COVID-19.
Menurut La Nyalla, harga ventilator yang ditawarkan PT Pindad lebih murah daripada produk impor. Selain itu, bahan baku alat ventilator yang diproduksi PT Pindad berasal dari komponen lokal.
"Bayangkan harga produk impor sekarang bisa mencapai Rp900 juta hingga Rp1 miliar. Sementara Pindad bisa buat dari yang paling sederhana di angka Rp10 juta hingga yang paling mahal di angka Rp100 juta," kata La Nyalla saat berkunjung ke Kantor PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Senin.
Baca juga: 200 ventilator untuk pasien COVID-19 buatan lokal siap diproduksi
Dia meminta pemerintah memanfaatkan ciptaan anak bangsa yang harganya lebih terjangkau dibanding produk luar negeri.
"Saya rasa, pemerintah perlu segera menugaskan Pindad untuk memproduksi massal, dan mendistribusikan ke rumah sakit di 34 provinsi di Indonesia,” kata dia.
Dia menjelaskan, ketahanan nasional terbagi menjadi tiga sektor. Selain ketahanan pangan dan energi, kata dia, sektor kesehatan juga termasuk dalam ketahanan nasional.
Maka dari itu, ia mengajak seluruh pihak untuk serius dalam melakukan semua upaya dalam mempertahankan ketahanan di sektor kesehatan. Perlindungan kepada tenaga medis, baik dokter maupun perawat dan seluruh tenaga kerja yang terlibat di rumah sakit, menurutnya juga termasuk dalam ketahanan kesehatan.
Baca juga: Dosen ITB sebut pesanan ventilator portabel lebihi target
Sementara itu, Anggota DPD RI dari Dapil Jawa Barat Oni Suwarman mengingatkan pandemi COVID-19 saat ini bukan hanya terjadi di kota-kota besar di Pulau Jawa, tetapi sudah merata di seluruh provinsi di Indonesia.
Ia menilai kesiapan rumah sakit, khususnya terkait dengan ketersediaan ventilator sangat tak sebanding dengan jumlah pasien.
“Dan kalau faktanya produk ini jauh lebih murah daripada impor, mengapa tidak langsung dieksekusi untuk produksi?”
Saat ini, PT Pindad Persero telah menyiapkan sejumlah produk ventilator. Yang pertama, Ventilator Resusitator Manual (VRM) serta dua type Ventilator Covent-20, yakni type CPAP (oksigen terapi) dan type CMV (pasien gagal nafas).
Untuk VRM dipatok dengan harga Rp10 juta, sedangkan Covent-20 CPAP dipatok dengan harga Rp60 juta dan Covent-20 CMV dengan harga Rp100 juta.
Direktur Utama PT Pindad Persero, Abraham Mose menjelaskan untuk type VRM murni hasil kreasi Pindad. Sedangkan ventilator yang berjenis Covent-20, merupakan hasil kerjasama PT Pindad dengan Universitas Indonesia.
“Untuk type Covent-20 cocok digunakan untuk pra-rumah sakit, intra-rumah sakit, antar-rumah sakit, dan transportasi atau mobile," kata Abraham.
Baca juga: UI siapkan COVENT-20, ventilator transport lokal rendah biaya
Selain itu sektor kesehatan, ia juga menitipkan aspirasi terkait ketahanan penguatan di sektor industri hulu. Seperti tabung oksigen untuk rumah sakit yang spesifikasinya berbeda dengan tabung LPG.
“Kami bisa memproduksi, tetapi bahan baku platnya yang ternyata harus impor. Ini titipan aspirasi dari kami,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Menurut La Nyalla, harga ventilator yang ditawarkan PT Pindad lebih murah daripada produk impor. Selain itu, bahan baku alat ventilator yang diproduksi PT Pindad berasal dari komponen lokal.
"Bayangkan harga produk impor sekarang bisa mencapai Rp900 juta hingga Rp1 miliar. Sementara Pindad bisa buat dari yang paling sederhana di angka Rp10 juta hingga yang paling mahal di angka Rp100 juta," kata La Nyalla saat berkunjung ke Kantor PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Senin.
Baca juga: 200 ventilator untuk pasien COVID-19 buatan lokal siap diproduksi
Dia meminta pemerintah memanfaatkan ciptaan anak bangsa yang harganya lebih terjangkau dibanding produk luar negeri.
"Saya rasa, pemerintah perlu segera menugaskan Pindad untuk memproduksi massal, dan mendistribusikan ke rumah sakit di 34 provinsi di Indonesia,” kata dia.
Dia menjelaskan, ketahanan nasional terbagi menjadi tiga sektor. Selain ketahanan pangan dan energi, kata dia, sektor kesehatan juga termasuk dalam ketahanan nasional.
Maka dari itu, ia mengajak seluruh pihak untuk serius dalam melakukan semua upaya dalam mempertahankan ketahanan di sektor kesehatan. Perlindungan kepada tenaga medis, baik dokter maupun perawat dan seluruh tenaga kerja yang terlibat di rumah sakit, menurutnya juga termasuk dalam ketahanan kesehatan.
Baca juga: Dosen ITB sebut pesanan ventilator portabel lebihi target
Sementara itu, Anggota DPD RI dari Dapil Jawa Barat Oni Suwarman mengingatkan pandemi COVID-19 saat ini bukan hanya terjadi di kota-kota besar di Pulau Jawa, tetapi sudah merata di seluruh provinsi di Indonesia.
Ia menilai kesiapan rumah sakit, khususnya terkait dengan ketersediaan ventilator sangat tak sebanding dengan jumlah pasien.
“Dan kalau faktanya produk ini jauh lebih murah daripada impor, mengapa tidak langsung dieksekusi untuk produksi?”
Saat ini, PT Pindad Persero telah menyiapkan sejumlah produk ventilator. Yang pertama, Ventilator Resusitator Manual (VRM) serta dua type Ventilator Covent-20, yakni type CPAP (oksigen terapi) dan type CMV (pasien gagal nafas).
Untuk VRM dipatok dengan harga Rp10 juta, sedangkan Covent-20 CPAP dipatok dengan harga Rp60 juta dan Covent-20 CMV dengan harga Rp100 juta.
Direktur Utama PT Pindad Persero, Abraham Mose menjelaskan untuk type VRM murni hasil kreasi Pindad. Sedangkan ventilator yang berjenis Covent-20, merupakan hasil kerjasama PT Pindad dengan Universitas Indonesia.
“Untuk type Covent-20 cocok digunakan untuk pra-rumah sakit, intra-rumah sakit, antar-rumah sakit, dan transportasi atau mobile," kata Abraham.
Baca juga: UI siapkan COVENT-20, ventilator transport lokal rendah biaya
Selain itu sektor kesehatan, ia juga menitipkan aspirasi terkait ketahanan penguatan di sektor industri hulu. Seperti tabung oksigen untuk rumah sakit yang spesifikasinya berbeda dengan tabung LPG.
“Kami bisa memproduksi, tetapi bahan baku platnya yang ternyata harus impor. Ini titipan aspirasi dari kami,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020