Survei yang dilakukan oleh Center for Political Communication Studies (CPCS) menyebutkan PDI Perjuangan meraih elektabilitas tertinggi sebesar 31,7 persen dibandingkan partai-partai lainnya.
"Tidak bisa dipungkiri, kemenangan Jokowi dalam dua periode berkontribusi pada tingginya elektabilitas PDIP," kata Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta SK dalam siaran persnya, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, elektabilitas PDI Perjuangan itu mendekati perolehan suara fenomenal pada Pemilu Legislatif 1999.
Sebagai partai penguasa, kata dia, PDIP menguasai sumber daya dan terkait erat dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin saat ini.
"Jika dibuat clustering, PDIP menempati posisi papan atas bersama Gerindra (14,5 persen) dan Golkar (8,9 persen)," katanya.
Menurut Okta, ketiga partai politik ini mendominasi percaturan politik dan menjadi penentu kebijakan di legislatif maupun eksekutif, dengan PDIP sebagai inti dari segitiga kekuatan dominan tersebut.
Pada posisi papan tengah, PKS unggul dengan elektabilitas 6,7 persen, disusul PKB 5,9 persen, Demokrat 4,6 persen, dan PPP 3,1 persen.
"Bisa dikatakan bahwa PKS menjadi partai Islam paling unggul, jika dilihat meningkatnya partisipasi dari Pileg 2014 ke 2019 tampaknya PKS berhasil merebut suara golput dari pemilih Islam," kata Okta.
Sisanya posisi papan bawah didominasi partai-partai dari kalangan nasionalis. NasDem memimpin dengan elektabilitas 2,9 persen, tetapi turun jauh dari perolehan suara pada Pileg 2019.
"PSI mampu merebut segmen pemilih nasionalis yang selama ini golput, dengan kenaikan elektabilitas menjadi 2,8 persen," kata Okta.
Berikutnya PAN dengan elektabilitas 1,6 persen, Hanura 0,9 persen, Perindo 0,7 persen, Berkarya 0,6 persen, Partai Garuda 0,4 persen, PBB 0,3 persen, dan terakhir PKPI 0,1 persen.
"Selain PAN, partai-partai tersebut pada Pileg 2019 lalu gagal mengirim wakil ke Senayan, dan diperkirakan akan kembali menjadi partai gurem," ujarnya.
Survei CPCS dilakukan pada 20-29 Februari 2020, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei dilakukan secara acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Tidak bisa dipungkiri, kemenangan Jokowi dalam dua periode berkontribusi pada tingginya elektabilitas PDIP," kata Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta SK dalam siaran persnya, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, elektabilitas PDI Perjuangan itu mendekati perolehan suara fenomenal pada Pemilu Legislatif 1999.
Sebagai partai penguasa, kata dia, PDIP menguasai sumber daya dan terkait erat dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin saat ini.
"Jika dibuat clustering, PDIP menempati posisi papan atas bersama Gerindra (14,5 persen) dan Golkar (8,9 persen)," katanya.
Menurut Okta, ketiga partai politik ini mendominasi percaturan politik dan menjadi penentu kebijakan di legislatif maupun eksekutif, dengan PDIP sebagai inti dari segitiga kekuatan dominan tersebut.
Pada posisi papan tengah, PKS unggul dengan elektabilitas 6,7 persen, disusul PKB 5,9 persen, Demokrat 4,6 persen, dan PPP 3,1 persen.
"Bisa dikatakan bahwa PKS menjadi partai Islam paling unggul, jika dilihat meningkatnya partisipasi dari Pileg 2014 ke 2019 tampaknya PKS berhasil merebut suara golput dari pemilih Islam," kata Okta.
Sisanya posisi papan bawah didominasi partai-partai dari kalangan nasionalis. NasDem memimpin dengan elektabilitas 2,9 persen, tetapi turun jauh dari perolehan suara pada Pileg 2019.
"PSI mampu merebut segmen pemilih nasionalis yang selama ini golput, dengan kenaikan elektabilitas menjadi 2,8 persen," kata Okta.
Berikutnya PAN dengan elektabilitas 1,6 persen, Hanura 0,9 persen, Perindo 0,7 persen, Berkarya 0,6 persen, Partai Garuda 0,4 persen, PBB 0,3 persen, dan terakhir PKPI 0,1 persen.
"Selain PAN, partai-partai tersebut pada Pileg 2019 lalu gagal mengirim wakil ke Senayan, dan diperkirakan akan kembali menjadi partai gurem," ujarnya.
Survei CPCS dilakukan pada 20-29 Februari 2020, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia.
Metode survei dilakukan secara acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020