Perusahaan rintisan (startup) di bidang layanan bank sampah digital asal Bandung, GoniGoni, berhasil mengoptimalkan usahanya dalam mengumpulkan serta mendaur ulang sampah yang kini mampu mencapai tiga ton dalam jangka waktu sekitar tiga bulan operasionalnya.
Bahkan GoniGoni yang diresmikan sejak 10 November 2019 kini sudah memiliki sekitar 100 nasabah sampah dengan bantuan tujuh bank sampah yang berada di wilayah Jawa Barat.
"Awal operasinya terkumpul 180 kg. Kemudian untuk per bulannya tidak menentu, namun pernah mencapai angka 300 kg. Namun akhirnya mengalami kenaikan hingga 3.000 kg atau setara dengan tiga ton," ujar Chief Executive Officer (CEO) GoniGoni Firza Maulana Nasution saat dihubungi di Bandung, Selasa.
Firza menjelaskan operasinya bank sampah digital dilandasi keprihatinan atas peningkatan jumlah sampah yang sejalan dengan kenaikan populasi masyarakat di Indonesia, dan tidak luput pula khususnya Kota Bandung, sehingga persoalan sampah tak akan kunjung tuntas bila tidak diberikan solusi yang tepat.
Beranjak dari permasalahan tersebut, Firza dan 11 rekannya berkeinginan membantu menginformasikan dampak dari sampah kepada masyarakat dan membantu mengatasinya melalui platform berbasis digital.
"Kalau untuk saat ini masyarakat dapat menghubungi langsung pihak GoniGoni melalui whatsapp. Namun untuk kedepannya kita akan menggunakan aplikasi berbasis android yang akan dirilis dalam waktu dekat," ujarnya.
Melalui aplikasi tersebut diharapkan dapat membantu serta memudahkan masyarakat agar terhubung langsung dengan pihak bank sampah yang menjadi mitra resmi GoniGoni.
Setelah memberikan sampahnya, masyarakat atau nasabah akan mendapatkan dua pilihan yakni penukaran berupa uang tunai atau poin yang dikumpulkan dan dapat ditukarkan menjadi barang seperti "tote bag", tempat makanan, dan barang-barang dapat digunakan kembali (reusable) lainnya.
Kemudahan akses tersebut diharapkan dapat membantu menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Selama beroperasi, ternyata banyak respon positif dan dukungan dari masyarakat sehingga menjadikan GoniGoni terus berinovasi dan berkembang hingga kini.
Namun, Firza juga mengungkapkan adanya kendala yang dialami ketika menjalankan startup layanan bank sampah digital tersebut. "Kendala pertama adalah kebiasaan masyarakat yang terkadang kurang perhatian dalam memilah sampah. Kemudian masalah waktu yang terbatas karena tim masih dalam masa kuliah," ujarnya.
GoniGoni memiliki kantor yang berada di kawasan Telkom University, sedangkan untuk tempat pendauran ulang (recycling station) berlokasi di Jl. SMPN 1 Cileunyi.
Kini startup layanan bank sampah digital tersebut berhasil meraih beberapa penghargaan, di antaranya menjadi 150 Startup Terbaik di Indonesia pada Ajang Thinkubator 2019 yang diselenggarakan oleh Grab dan Transcorp, dan Best Project untuk permasalahan di perkotaan pada Ajang Urban Meeting 2019 di Korea hingga Green Innovator yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat.
Selain penghargaan, Firza juga mengungkapkan bahwa GoniGoni sedang dalam tahap pembicaraan proyek pendauran ulang sampah dengan salah satu desa di Kabupaten Cirebon yang didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Bahkan GoniGoni yang diresmikan sejak 10 November 2019 kini sudah memiliki sekitar 100 nasabah sampah dengan bantuan tujuh bank sampah yang berada di wilayah Jawa Barat.
"Awal operasinya terkumpul 180 kg. Kemudian untuk per bulannya tidak menentu, namun pernah mencapai angka 300 kg. Namun akhirnya mengalami kenaikan hingga 3.000 kg atau setara dengan tiga ton," ujar Chief Executive Officer (CEO) GoniGoni Firza Maulana Nasution saat dihubungi di Bandung, Selasa.
Firza menjelaskan operasinya bank sampah digital dilandasi keprihatinan atas peningkatan jumlah sampah yang sejalan dengan kenaikan populasi masyarakat di Indonesia, dan tidak luput pula khususnya Kota Bandung, sehingga persoalan sampah tak akan kunjung tuntas bila tidak diberikan solusi yang tepat.
Beranjak dari permasalahan tersebut, Firza dan 11 rekannya berkeinginan membantu menginformasikan dampak dari sampah kepada masyarakat dan membantu mengatasinya melalui platform berbasis digital.
"Kalau untuk saat ini masyarakat dapat menghubungi langsung pihak GoniGoni melalui whatsapp. Namun untuk kedepannya kita akan menggunakan aplikasi berbasis android yang akan dirilis dalam waktu dekat," ujarnya.
Melalui aplikasi tersebut diharapkan dapat membantu serta memudahkan masyarakat agar terhubung langsung dengan pihak bank sampah yang menjadi mitra resmi GoniGoni.
Setelah memberikan sampahnya, masyarakat atau nasabah akan mendapatkan dua pilihan yakni penukaran berupa uang tunai atau poin yang dikumpulkan dan dapat ditukarkan menjadi barang seperti "tote bag", tempat makanan, dan barang-barang dapat digunakan kembali (reusable) lainnya.
Kemudahan akses tersebut diharapkan dapat membantu menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Selama beroperasi, ternyata banyak respon positif dan dukungan dari masyarakat sehingga menjadikan GoniGoni terus berinovasi dan berkembang hingga kini.
Namun, Firza juga mengungkapkan adanya kendala yang dialami ketika menjalankan startup layanan bank sampah digital tersebut. "Kendala pertama adalah kebiasaan masyarakat yang terkadang kurang perhatian dalam memilah sampah. Kemudian masalah waktu yang terbatas karena tim masih dalam masa kuliah," ujarnya.
GoniGoni memiliki kantor yang berada di kawasan Telkom University, sedangkan untuk tempat pendauran ulang (recycling station) berlokasi di Jl. SMPN 1 Cileunyi.
Kini startup layanan bank sampah digital tersebut berhasil meraih beberapa penghargaan, di antaranya menjadi 150 Startup Terbaik di Indonesia pada Ajang Thinkubator 2019 yang diselenggarakan oleh Grab dan Transcorp, dan Best Project untuk permasalahan di perkotaan pada Ajang Urban Meeting 2019 di Korea hingga Green Innovator yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat.
Selain penghargaan, Firza juga mengungkapkan bahwa GoniGoni sedang dalam tahap pembicaraan proyek pendauran ulang sampah dengan salah satu desa di Kabupaten Cirebon yang didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020