Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai membangun kolam retensi di Jalan Bima yang dirancang untuk mampu menampung air untuk menahan luapan dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citepus.
Wali Kota Bandung, Oded M Danial menyatakan kolam retensi ini menjadi salah satu upaya Pemkot Bandung untuk mengatasi masalah banjir yang kerap menggenangi wilayah Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Astanaanyar.
“Alhamdulillah hari ini kita akan membangun kolam retensi di DAS Sungai Citepus ini yang kedua. Kemarin sudah di Sirnaraga. Saya berharap kolam retensi di DAS Citepus ini bisa mengurangi banjir di hilir,” kata Oded di Jalan Bima, Kamis (30/1).
Sebelumnya pada Januari 2019 lalu, Oded meresmikan kolam retensi Sirnaraga yang dibuat di atas lahan 1.972 meter persegi di samping aliran Sungai Citepus dengan daya tampung sekitar 3.000 meterkubik.
Kali ini, lahan seluas 2.500 meter persegi di Jalan Bima tersebuf dipersiapkan untuk membuat kolam retensi dengan kedalaman 3 meter yang diprediksi mampu menampung lebih dari 7.000 meter kubik.
Selain kolam retensi Sirnaraga, Oded juga membangun kawasan Wet Land di Kecamatan Cibiru dan juga Kolam Retensi di Jalan SOR GBLA, Kecamatan Gedebage.
Menurutnya kolam retensi dapat menjadi solusi paling memungkinkan untuk mengurangi genangan air sungai melimpas ke jalan dan pemukiman.
“Mudah-mudahan dengan bertambah di sini (Jalan Bima) akan semakin berkurang. Karena para pakar menyampaikan kepada saya bahwa sesungguhnya salah satu cara mengurangi banjir yaitu dengan banyak membuat kolam retensi,” kata dia.
Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk menerapkan konsep gerakan Kurangi Pisahkan Manfaatkan (Kang Pisman) dalam pengelolaan sampah kesehariaannya.
Sehingga, menurutnya problematika sampah bisa tuntas di hulu secara mandiri oleh masyarakat dan bisa berkontribusi mencegah masalah banjir akibat luapan air sungai.
“Mari bersama kita ubah mindsetnya bahwa sampah ini bisa dikelola. TPS ini kita ubah maknanya menjadi Tempat Pengelolaan Sampah bukan lagi Tempat Pembuangan Sementara. Dengan program Kang Pisman dan turunannya mudah-mudahan bisa menyelesaikan persoalan sampah dari sumbernya,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Riswandi menargetkan kolam retensi di Jalan Bima ini tuntas dalam dua bulan.
Kolam tersebut menurutnya dirancang dengan konsep eco-urban, yakni berbasis natural yang ramah lingkungan hingga tetap cocok di tengah suasana perkotaan.
“Nanti akan menyatu dengan sabuk hijau, jadi ada pohon-pohonnya. Kalau ini lebih alamiah, jadi lebih mirip wetland tapi karena ini urban jadi mungkin semacam eco-urban,” kata Didi.
Baca juga: BMKG ingatkan Februari-Maret 2020 waspadai potensi banjir
Baca juga: Presiden berharap proyek penanganan banjir hulu Sungai Citarum beres tepat waktu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Wali Kota Bandung, Oded M Danial menyatakan kolam retensi ini menjadi salah satu upaya Pemkot Bandung untuk mengatasi masalah banjir yang kerap menggenangi wilayah Kecamatan Cicendo dan Kecamatan Astanaanyar.
“Alhamdulillah hari ini kita akan membangun kolam retensi di DAS Sungai Citepus ini yang kedua. Kemarin sudah di Sirnaraga. Saya berharap kolam retensi di DAS Citepus ini bisa mengurangi banjir di hilir,” kata Oded di Jalan Bima, Kamis (30/1).
Sebelumnya pada Januari 2019 lalu, Oded meresmikan kolam retensi Sirnaraga yang dibuat di atas lahan 1.972 meter persegi di samping aliran Sungai Citepus dengan daya tampung sekitar 3.000 meterkubik.
Kali ini, lahan seluas 2.500 meter persegi di Jalan Bima tersebuf dipersiapkan untuk membuat kolam retensi dengan kedalaman 3 meter yang diprediksi mampu menampung lebih dari 7.000 meter kubik.
Selain kolam retensi Sirnaraga, Oded juga membangun kawasan Wet Land di Kecamatan Cibiru dan juga Kolam Retensi di Jalan SOR GBLA, Kecamatan Gedebage.
Menurutnya kolam retensi dapat menjadi solusi paling memungkinkan untuk mengurangi genangan air sungai melimpas ke jalan dan pemukiman.
“Mudah-mudahan dengan bertambah di sini (Jalan Bima) akan semakin berkurang. Karena para pakar menyampaikan kepada saya bahwa sesungguhnya salah satu cara mengurangi banjir yaitu dengan banyak membuat kolam retensi,” kata dia.
Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk menerapkan konsep gerakan Kurangi Pisahkan Manfaatkan (Kang Pisman) dalam pengelolaan sampah kesehariaannya.
Sehingga, menurutnya problematika sampah bisa tuntas di hulu secara mandiri oleh masyarakat dan bisa berkontribusi mencegah masalah banjir akibat luapan air sungai.
“Mari bersama kita ubah mindsetnya bahwa sampah ini bisa dikelola. TPS ini kita ubah maknanya menjadi Tempat Pengelolaan Sampah bukan lagi Tempat Pembuangan Sementara. Dengan program Kang Pisman dan turunannya mudah-mudahan bisa menyelesaikan persoalan sampah dari sumbernya,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Didi Riswandi menargetkan kolam retensi di Jalan Bima ini tuntas dalam dua bulan.
Kolam tersebut menurutnya dirancang dengan konsep eco-urban, yakni berbasis natural yang ramah lingkungan hingga tetap cocok di tengah suasana perkotaan.
“Nanti akan menyatu dengan sabuk hijau, jadi ada pohon-pohonnya. Kalau ini lebih alamiah, jadi lebih mirip wetland tapi karena ini urban jadi mungkin semacam eco-urban,” kata Didi.
Baca juga: BMKG ingatkan Februari-Maret 2020 waspadai potensi banjir
Baca juga: Presiden berharap proyek penanganan banjir hulu Sungai Citarum beres tepat waktu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020