Doel (Rano Karno), Zaenab (Maudy Koesnaedi), dan Sarah (Cornelia Agatha) kembali mengajak para penggemar setianya mengungkap jawaban atas pertanyaan yang tercipta dari dua film trilogi "Si Doel" sebelumnya di tahun 2018 dan 2019.
Setelah hampir 27 tahun menghiasi layar kaca hingga layar perak, akhirnya penonton setia serial dan film "Si Doel" dapat mengetahui pilihan hati Doel di antara Zaenab dan Sarah.
Kisah dibuka dengan kegembiraan keluarga Doel saat Sarah kembali ke Jakarta. Tidak hanya sendiri, Sarah juga pulang bersama Dul (Rey Bong).
Walaupun ada kebahagiaan, tetap saja, kepulangan Sarah akan kembali menyeret Zaenab dan Doel ke dalam ombak cinta segitiga.
Zaenab yang positif hamil berada dalam kebimbangan; dimana ia harus memilih antara tetap berada di sisi Doel, atau merelakannya demi menyatukan kembali sebuah keluarga.
Sarah juga tidak kalah pelik keadaannya. Ia harus memutuskan apakah akan mantap bercerai dengan Doel atau rujuk kembali demi Dul si buah hatinya.
Waktu yang semakin mendesak membuat Doel harus cepat memutuskan ke mana hati dan raga seutuhnya akan berlabuh.
Pilihan dan kehilangan
Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam film ini adalah bagaimana para karakter dalam keluarga semesta "Si Doel" dihadapkan oleh pilihan dan menerima risikonya masing-masing.
Bagaimana Doel dihadapkan dengan situasi rumit dan menjaga hati wanita-wanita yang ia cintai, Zaenab yang harus menjaga kandungan dan rumah tangga, hingga Sarah yang harus merawat anaknya dan memutuskan berpisah dengan Doel.
Melihat bagaimana ketiga karakter utama ini harus bergelut dengan masalah, emosi dirinya, dan orang-orang terkasih di sekelilingnya, agaknya membuat penonton mau tak mau melihat banyak sisi dari sebuah cerita.
Kepiawaian Rano Karno dalam menulis naskah bisa dibilang cukup menggugah cara pandang dan perasaan penonton - terutama bagi penggemar setia serial ini.
Penokohan yang begitu kuat dari seluruh aktor utama yang terlibat dalam film ini, menimbulkan rasa simpati yang seakan ingin penonton curahkan kepada para lakon.
Premis cerita sederhana, yakni menentukan pilihan, menjadi lebih kompleks bagi tiap-tiap tokoh karena tiap pilihan tak dapat menyenangkan hati semua pihak, terlebih usia mereka yang sudah tidak muda lagi.
Hal itulah yang coba disampaikan kepada audiens, bahwa setiap orang memiliki cerita dan cara pandang masing-masing dalam sebuah fase kehidupan manusia.
Dekat dan hangat
Kiprah serial televisi dan film "Si Doel" sudah sangat melekat bagi banyak penonton di Indonesia. Bahkan bisa dibilang, mereka tumbuh bersama karakter dan serial ini.
Tak mengherankan bila ada kedekatan emosi tersendiri antara audiens dengan film terakhir dalam trilogi "Si Doel" ini.
Tak hanya berfokus pada kisah cinta segitiga Doel, Zaenab, dan Sarah, kehadiran wajah-wajah familier seperti Mak Nyak Aminah Cendrakasih, Mandra, Suti "Atun" Karno, hingga Ahmad Zulhoir Mardia seakan memercikan nostalgia nan hangat dan dekat di hati penonton.
Bagaimana kehadiran Mandra yang selalu mengundang tawa, Mak Nyak yang selalu bijaksana, hingga Atun yang keras namun perhatian kepada keluarganya, membuat spektrum emosi yang beragam dan melengkapi cerita dengan porsi yang pas.
Alur cerita yang diceritakan mengusung alur maju yang memperkuat esensi cerita secara menyeluruh.
Adegan demi adegan pun dijahit dengan rapi dan mampu menunjukkan akting yang tulus dan "jujur" dari para pemainnya - seperti layaknya serial dan film-filmnya selama lebih dari dua dekade ini.
Khususnya penampilan Aminah Cendrakasih sebagai Maknyak yang tampil secara maksimal dengan keterbatasan dan usia yang tak lagi muda.
Kendati harus berakting dengan kondisi fisik yang tak lagi prima, semangatnya mampu menggugah rasa haru dan menunjukkan cintanya di depan kamera kepada penonton.
Dari sisi teknis, "Akhir Kisah Cinta Si Doel" memiliki palet warna dengan nuansa cenderung ke warna-warna bumi seperti jingga, cokelat, dan hijau. Hal ini menimbulkan kesan hangat yang kuat dan juga memanjakan mata.
Ditunjang dengan variasi pengambilan gambar, dan lebih banyak mengambil gambar jarak dekat seperti medium shot dan close-up, yang mampu menonjolkan emosi masing-masing karakter.
Secara keseluruhan, "Akhir Kisah Cinta Si Doel" merupakan film drama yang mampu mengajak penonton untuk merasakan perjalanan Doel dan keluarga.
Penonton diajak lebih berfokus pada cara pandang yang beragam, serta penceritaan yang sederhana, hangat, namun juga kompleks.
Film garapan Falcon Pictures dan Karnos Films ini tayang di bioskop mulai 23 Januari.
Baca juga: Rano Karno: penonton film "Si Doel 2" bakal capai sejuta
Baca juga: "Si Doel The Movie 2" jembatan keputusan si Doel tetapkan cintanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Setelah hampir 27 tahun menghiasi layar kaca hingga layar perak, akhirnya penonton setia serial dan film "Si Doel" dapat mengetahui pilihan hati Doel di antara Zaenab dan Sarah.
Kisah dibuka dengan kegembiraan keluarga Doel saat Sarah kembali ke Jakarta. Tidak hanya sendiri, Sarah juga pulang bersama Dul (Rey Bong).
Walaupun ada kebahagiaan, tetap saja, kepulangan Sarah akan kembali menyeret Zaenab dan Doel ke dalam ombak cinta segitiga.
Zaenab yang positif hamil berada dalam kebimbangan; dimana ia harus memilih antara tetap berada di sisi Doel, atau merelakannya demi menyatukan kembali sebuah keluarga.
Sarah juga tidak kalah pelik keadaannya. Ia harus memutuskan apakah akan mantap bercerai dengan Doel atau rujuk kembali demi Dul si buah hatinya.
Waktu yang semakin mendesak membuat Doel harus cepat memutuskan ke mana hati dan raga seutuhnya akan berlabuh.
Pilihan dan kehilangan
Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam film ini adalah bagaimana para karakter dalam keluarga semesta "Si Doel" dihadapkan oleh pilihan dan menerima risikonya masing-masing.
Bagaimana Doel dihadapkan dengan situasi rumit dan menjaga hati wanita-wanita yang ia cintai, Zaenab yang harus menjaga kandungan dan rumah tangga, hingga Sarah yang harus merawat anaknya dan memutuskan berpisah dengan Doel.
Melihat bagaimana ketiga karakter utama ini harus bergelut dengan masalah, emosi dirinya, dan orang-orang terkasih di sekelilingnya, agaknya membuat penonton mau tak mau melihat banyak sisi dari sebuah cerita.
Kepiawaian Rano Karno dalam menulis naskah bisa dibilang cukup menggugah cara pandang dan perasaan penonton - terutama bagi penggemar setia serial ini.
Penokohan yang begitu kuat dari seluruh aktor utama yang terlibat dalam film ini, menimbulkan rasa simpati yang seakan ingin penonton curahkan kepada para lakon.
Premis cerita sederhana, yakni menentukan pilihan, menjadi lebih kompleks bagi tiap-tiap tokoh karena tiap pilihan tak dapat menyenangkan hati semua pihak, terlebih usia mereka yang sudah tidak muda lagi.
Hal itulah yang coba disampaikan kepada audiens, bahwa setiap orang memiliki cerita dan cara pandang masing-masing dalam sebuah fase kehidupan manusia.
Dekat dan hangat
Kiprah serial televisi dan film "Si Doel" sudah sangat melekat bagi banyak penonton di Indonesia. Bahkan bisa dibilang, mereka tumbuh bersama karakter dan serial ini.
Tak mengherankan bila ada kedekatan emosi tersendiri antara audiens dengan film terakhir dalam trilogi "Si Doel" ini.
Tak hanya berfokus pada kisah cinta segitiga Doel, Zaenab, dan Sarah, kehadiran wajah-wajah familier seperti Mak Nyak Aminah Cendrakasih, Mandra, Suti "Atun" Karno, hingga Ahmad Zulhoir Mardia seakan memercikan nostalgia nan hangat dan dekat di hati penonton.
Bagaimana kehadiran Mandra yang selalu mengundang tawa, Mak Nyak yang selalu bijaksana, hingga Atun yang keras namun perhatian kepada keluarganya, membuat spektrum emosi yang beragam dan melengkapi cerita dengan porsi yang pas.
Alur cerita yang diceritakan mengusung alur maju yang memperkuat esensi cerita secara menyeluruh.
Adegan demi adegan pun dijahit dengan rapi dan mampu menunjukkan akting yang tulus dan "jujur" dari para pemainnya - seperti layaknya serial dan film-filmnya selama lebih dari dua dekade ini.
Khususnya penampilan Aminah Cendrakasih sebagai Maknyak yang tampil secara maksimal dengan keterbatasan dan usia yang tak lagi muda.
Kendati harus berakting dengan kondisi fisik yang tak lagi prima, semangatnya mampu menggugah rasa haru dan menunjukkan cintanya di depan kamera kepada penonton.
Dari sisi teknis, "Akhir Kisah Cinta Si Doel" memiliki palet warna dengan nuansa cenderung ke warna-warna bumi seperti jingga, cokelat, dan hijau. Hal ini menimbulkan kesan hangat yang kuat dan juga memanjakan mata.
Ditunjang dengan variasi pengambilan gambar, dan lebih banyak mengambil gambar jarak dekat seperti medium shot dan close-up, yang mampu menonjolkan emosi masing-masing karakter.
Secara keseluruhan, "Akhir Kisah Cinta Si Doel" merupakan film drama yang mampu mengajak penonton untuk merasakan perjalanan Doel dan keluarga.
Penonton diajak lebih berfokus pada cara pandang yang beragam, serta penceritaan yang sederhana, hangat, namun juga kompleks.
Film garapan Falcon Pictures dan Karnos Films ini tayang di bioskop mulai 23 Januari.
Baca juga: Rano Karno: penonton film "Si Doel 2" bakal capai sejuta
Baca juga: "Si Doel The Movie 2" jembatan keputusan si Doel tetapkan cintanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020