Pelaku industri kreatif asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar) Egi Nurlatifah berhasil memadukan seni menghias dengan tempelan tisue atau disebut "decoupage" dengan berbagai produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) hingga mengantarkan dirinya menjadi pelaku UMKM dalam Program UMKM Juara yang digagas oleh Pemprov Jabar.
"Jadi seni 'decoupage' itu ibaratnya menyulap media yang awalnya polos menjadi terlihat jauh lebih cantik. Produk UMKM dari kayu atau media lain jika sudah dipadukan dengan seni 'decoupage' nantinya akan seperti habis dilukis padahal hanya ditempel dengan kertas tisue," kata Egi Nurlatifah, di Bandung, Rabu.
Decoupage ialah seni dekorasi dengan cara menempel potongan-potongan kertas tisue pada permukaan benda dengan media lem, kemudian di lapisi varnish agar permukaan kertas terlihat menyatu dengan objek tersebut.
Egi yang memiliki usaha dengan nama Gie Art & Craft Decoupage Shop ini, akhir bulan November 2019 telah diwisuda sebagai UMKM Juara oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat.
Contoh produk UMKM yang dipadukan dengan seni decoupage ialah tas anyaman dari daun pandan, vas bunga dan talenan kayu.
"Terus juga saya kemarin membuat kalung yang saya modif dengan memadukan kain batif motif megamendung dan decoupage dan kemarin pas ikut pameran Wisuda UMKM Juara banyak pengunjung yang tertarik," kata dia.
Produk UMKM yang diproduksi oleh Gie Art & Craft Decoupage Shop dijual dengan berbagai macam harga mulai dari Rp15 ribu hingga Rp250 ribu.
Dia mengatakan program UMKM Juara telah memberikannya banyak pengalaman dan ilmu, termasuk berdampak pada pendapatan atau omzet.
"Jadi selain diberikan pelatihan tentang bagaimana pembukuan keuangan, kemudian teknik pemasaran, termasuk ke ranah e-market dan ada juga sharing session dengan pendamping dan pelaku UMKM lainnya," kata dia.
Bahkan, setelah dirinya mengikuti pembinaan UMKM Juara, penghasilan bulanan dari usahanya tersebut bisa mencapai antara Rp5 juta hingga Rp10 juta.
"Alhamdulillah sekali, setelah ikut UMKM Juara omzet bulan meningkat. Kalau dulu paling sebulan menjual satu atau dua produk saja. Terus berkat UMKM Juara saya juga suka diminta menjadi pemateri kursus singkat tentang seni decoupage ke pemda lain atau perusahaan di luar Cirebon," kata dia.
Program UMKM Juara bagi Egi bisa dikatakan sebagai sebuah "jembatan". Jembatan bagi dirinya yang sekitar tiga tahun lalu hanya seorang ibu rumah tangga yang hobi menggeluti seni decoupage menjadi seorang wirausaha.
"UMKM Juara ini jembatan, jembatan bagi saya untuk menjadi seorang wirausaha yang produk-produknya, alhamdulillah bisa dikenal orang lain di luar sana. Terima kasih UMKM Juara, terima kasih Pak Ridwan Kamil," pungkas Egi.
Lebih lanjut Egi mengatakan faktor hubungan dengan suami yang jarak jauh dan keinginan Egi untuk memiliki momongan menjadi salah satu alasan dirinya memulai untuk menjadi seorang wirausaha.
Waktu itu, Egi bekerja di Jakarta dan suami bekerja di Kabupaten Cirebon. Mereka bertemu hanya saat akhir pekan saja.
Kalau dirinya terus berjauhan, impiannya untuk memiliki buah hati akan sulit terwujud.
Awal tahun 2016, Egi memutuskan mundur dari tempatnya bekerja di Jakarta.
Untuk mengisi kekosongan waktu selama menjadi ibu rumah tangga, ia mulai kembali menekuni hobinya mengulik seni decoupage.
Kehadiran seni decoupage menjadi alternatif bagi Egi untuk mengisi kegiatannya selama di rumah.
Dan di tangannya, seni ini tidak hanya menjadi keisengan semata.
Decoupage justru membangkitkan semangat wirausahanya.
Talenan dan tas anyaman, vas bunga dan benda lainnya yang polos tanpa motif, disulap menjadi sebuah benda seni yang lebih menarik setelah disentuh dengan seni decoupage.
Dengan seni ini, benda tersebut ditutupi permukaan dengan potongan tisu yang telah memiliki motif tertentu mulai dari bunga hingga hewan.
Egi mengunggah foto hasil karya seninya tersebut ke laman media sosial miliknya dan tanpa disangka banyak rekan-rekannya di dunia maya yang tertarik dengan karyanya.
"Pas saya posting di facebook, banyak yang nanya, 'Egi itu tas nya lucu, Egi itu talenannya lucu ih, gimana itu kok bisa jadi gitu', 'Egi itu kalau beli di mana tempatnya?'. Jadi banyak yang penasaran saat itu," ujar Egi.
Melihat respon tersebut, Egi pun memberanikan diri untuk membuka pelatihan atau kursus kepada sejumlah temannya tentang seni decoupage tersebut di rumahnya.
"Saya enggak pernah mematok harga untuk biaya kursus itu karena saya berpikir kursus ini merupakan cara lain saya untuk bersedekah kepada sesama yakni sedekah ilmu," ujar Egi.
Egi menjelaskan bagi yang tidak bisa melukis pun bisa mempelajari seni decoupage karena motifnya tidak perlu digambar namun cukup ditempel dengan medium gel.
"Jadi itu hasilnya unik, kayu atau media yang telah dipoles dengan bahan-bahan decoupage tampak seperti habis dilukis padahal hanya ditempel dengan kertas tisu," katanya.
Dia berharap kiprahnya di dunia UMKM bisa terus berkembang dan semakin dikenal lagi oleh masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Jadi seni 'decoupage' itu ibaratnya menyulap media yang awalnya polos menjadi terlihat jauh lebih cantik. Produk UMKM dari kayu atau media lain jika sudah dipadukan dengan seni 'decoupage' nantinya akan seperti habis dilukis padahal hanya ditempel dengan kertas tisue," kata Egi Nurlatifah, di Bandung, Rabu.
Decoupage ialah seni dekorasi dengan cara menempel potongan-potongan kertas tisue pada permukaan benda dengan media lem, kemudian di lapisi varnish agar permukaan kertas terlihat menyatu dengan objek tersebut.
Egi yang memiliki usaha dengan nama Gie Art & Craft Decoupage Shop ini, akhir bulan November 2019 telah diwisuda sebagai UMKM Juara oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat.
Contoh produk UMKM yang dipadukan dengan seni decoupage ialah tas anyaman dari daun pandan, vas bunga dan talenan kayu.
"Terus juga saya kemarin membuat kalung yang saya modif dengan memadukan kain batif motif megamendung dan decoupage dan kemarin pas ikut pameran Wisuda UMKM Juara banyak pengunjung yang tertarik," kata dia.
Produk UMKM yang diproduksi oleh Gie Art & Craft Decoupage Shop dijual dengan berbagai macam harga mulai dari Rp15 ribu hingga Rp250 ribu.
Dia mengatakan program UMKM Juara telah memberikannya banyak pengalaman dan ilmu, termasuk berdampak pada pendapatan atau omzet.
"Jadi selain diberikan pelatihan tentang bagaimana pembukuan keuangan, kemudian teknik pemasaran, termasuk ke ranah e-market dan ada juga sharing session dengan pendamping dan pelaku UMKM lainnya," kata dia.
Bahkan, setelah dirinya mengikuti pembinaan UMKM Juara, penghasilan bulanan dari usahanya tersebut bisa mencapai antara Rp5 juta hingga Rp10 juta.
"Alhamdulillah sekali, setelah ikut UMKM Juara omzet bulan meningkat. Kalau dulu paling sebulan menjual satu atau dua produk saja. Terus berkat UMKM Juara saya juga suka diminta menjadi pemateri kursus singkat tentang seni decoupage ke pemda lain atau perusahaan di luar Cirebon," kata dia.
Program UMKM Juara bagi Egi bisa dikatakan sebagai sebuah "jembatan". Jembatan bagi dirinya yang sekitar tiga tahun lalu hanya seorang ibu rumah tangga yang hobi menggeluti seni decoupage menjadi seorang wirausaha.
"UMKM Juara ini jembatan, jembatan bagi saya untuk menjadi seorang wirausaha yang produk-produknya, alhamdulillah bisa dikenal orang lain di luar sana. Terima kasih UMKM Juara, terima kasih Pak Ridwan Kamil," pungkas Egi.
Lebih lanjut Egi mengatakan faktor hubungan dengan suami yang jarak jauh dan keinginan Egi untuk memiliki momongan menjadi salah satu alasan dirinya memulai untuk menjadi seorang wirausaha.
Waktu itu, Egi bekerja di Jakarta dan suami bekerja di Kabupaten Cirebon. Mereka bertemu hanya saat akhir pekan saja.
Kalau dirinya terus berjauhan, impiannya untuk memiliki buah hati akan sulit terwujud.
Awal tahun 2016, Egi memutuskan mundur dari tempatnya bekerja di Jakarta.
Untuk mengisi kekosongan waktu selama menjadi ibu rumah tangga, ia mulai kembali menekuni hobinya mengulik seni decoupage.
Kehadiran seni decoupage menjadi alternatif bagi Egi untuk mengisi kegiatannya selama di rumah.
Dan di tangannya, seni ini tidak hanya menjadi keisengan semata.
Decoupage justru membangkitkan semangat wirausahanya.
Talenan dan tas anyaman, vas bunga dan benda lainnya yang polos tanpa motif, disulap menjadi sebuah benda seni yang lebih menarik setelah disentuh dengan seni decoupage.
Dengan seni ini, benda tersebut ditutupi permukaan dengan potongan tisu yang telah memiliki motif tertentu mulai dari bunga hingga hewan.
Egi mengunggah foto hasil karya seninya tersebut ke laman media sosial miliknya dan tanpa disangka banyak rekan-rekannya di dunia maya yang tertarik dengan karyanya.
"Pas saya posting di facebook, banyak yang nanya, 'Egi itu tas nya lucu, Egi itu talenannya lucu ih, gimana itu kok bisa jadi gitu', 'Egi itu kalau beli di mana tempatnya?'. Jadi banyak yang penasaran saat itu," ujar Egi.
Melihat respon tersebut, Egi pun memberanikan diri untuk membuka pelatihan atau kursus kepada sejumlah temannya tentang seni decoupage tersebut di rumahnya.
"Saya enggak pernah mematok harga untuk biaya kursus itu karena saya berpikir kursus ini merupakan cara lain saya untuk bersedekah kepada sesama yakni sedekah ilmu," ujar Egi.
Egi menjelaskan bagi yang tidak bisa melukis pun bisa mempelajari seni decoupage karena motifnya tidak perlu digambar namun cukup ditempel dengan medium gel.
"Jadi itu hasilnya unik, kayu atau media yang telah dipoles dengan bahan-bahan decoupage tampak seperti habis dilukis padahal hanya ditempel dengan kertas tisu," katanya.
Dia berharap kiprahnya di dunia UMKM bisa terus berkembang dan semakin dikenal lagi oleh masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019