Pemerintah meluncurkan tiga aplikasi teknologi digital untuk mendukung program penanganan anak kerdil atau stunting, yakni Anak Sehat, e-PPBGM dan e-HDW, yang peresmiannya disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres Jakarta, Senin.
Peresmian tiga aplikasi tersebut dilakukan dengan penandatanganan Komitmen Bersama tentang "Optimalisasi Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita serta Edukasi kepada Masyarakat untuk Percepatan Pencegahan Stunting" oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.
"Stunting tidak bisa diselesaikan hanya oleh kesehatan, banyak faktor-faktor lain terlibat. Jadi saya kira strategi (komitmen bersama) ini tepat dan benar," kata Nila Moeloek di Kantor Wapres Jakarta, Senin.
Penanganan anak kerdil memerlukan dukungan dari K/L yang berkaitan dengan penyediaan sanitasi bersih, penyediaan data akurat, edukasi hidup sehat serta penanggulangan kemiskinan.
Menteri Eko Sandjojo mengatakan kondisi stunting merupakan dampak dari kemiskinan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki fasilitas tempat tinggal dengan sanitasi baik. Akibatnya, hal itu berpengaruh pada kondisi pertumbuhan anak di 1.000 hari pertama kehidupan.
Tingkat kemiskinan masyarakat di desa mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan di kota, yang ditunjukkan dengan naiknya angka pendapatan per kapita di desa sebesar 40 persen selama empat tahun terakhir, jelas Eko.
"Dengan itu diharapkan masyarakat desa akan mampu memenuhi kebutuhan dasar terhadap sanitasinya dan juga gizinya untuk anak-anak," tambahnya.
Aplikasi Anak Sehat dikembangkan oleh Kementerian Kominfo sebagai alat edukasi untuk meningkatkan upaya pencegahan stunting, dengan target pengguna remaja putri dan keluarga 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Anak Sehat memiliki fitur cek kehamilan dan fitur pantau anak, yang dapat membantu para pengguna dalam memantau kondisi kehamilan dan tumbuh kembang balita.
Sementara e-PPBGM (pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat) dikelola Kemenkes dengan sasaran pengguna petugas gizi puskesmas, dinkes kabupaten-kota, dinkes provinsi, Kemenkes, lintas sektor, pihak swasta serta organisasi profesi medis.
Terakhir, e-HDW (Human Development Worker) merupakan aplikasi yang dikelola Kemendes PDTT dengan target pengguna yakni kader pembangunan manusia. Para fasilitator pembangunan manusia tersebut dapat menggunakan e-HDW sebagai alat kerja dan alat pemantau program pencegahan stunting di tingkat desa.
Baca juga: Bupati Indramayu: Olahan ikan bisa penuhi gizi dan cegah kekerdilan
Baca juga: Bandung ajak siswa sekolah gemar minum susu cegah stunting
Baca juga: Pemkab Garut siapkan makanan tambahan bergizi untuk cegah stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019