China akan menguji coba helikopter tempur purwarupa yang bentuknya mirip dengan piring terbang pada 2020.
Pengamat militer China berpendapat bahwa armada baru itu merupakan eksperimen penting dan mungkin tidak akan digunakan dalam praktik tempur untuk saat ini.
Akan tetapi hal itu memberikan manfaat bagi perkembangan teknologi helikopter masa depan China, demikian pendapat pengamat yang dikutip media resmi setempat, Sabtu.
Helikopter yang diberi nama Super Great White Shark itu dipamerkan di Kota Tianjin mulai Kamis (10/10) hingga Minggu (13/10) itu panjangnya 7,6 meter dan lebar 2,85 meter dengan kokpit di tengah.
Di dalam lingkar pesawat terdapat sistem rotor yang memungkinkan pesawat terangkat vertikal. Di sisi kanan dan kiri yang dapat terlihat dari kokpit terdapat dua mesin turbojet yang bisa mendorong pesawat secara horisontal dengan kecepatan tinggi.
Dua orang pilot dapat mengemudikan dan mengarahkan pesawat dengan menggunakan kemudi di bawah sistem rotor.
Kemudi atau "rudder" tersebut juga dapat bekerja dengan sistem rotor yang memungkinkan pesawat terdorong secara horisontal dengan kecepatan rendah.
Helikopter piring terbang itu mampu tinggal landas dengan beban 6.000 kilogram, berkecepatan maksimum 650 kilometer per jam, berketinggian 6.000 meter, dan kemampuan menanjaknya 16,5 meter per detik.
Akan tetapi timbul beberapa pertanyaan bahwa pesawat jenis tersebut tidak stabil dan tidak aman diterbangkan. Pertanyaan tersebut didasari oleh beberapa negara yang pernah melakukan eksperimen serupa, termasuk Amerika Serikat, yang gagal menempatkan pesawat sejenis dalam praktik tempur.
Untuk menjawab keraguan itu dapat dilihat dari tampilan saat helikopter tersebut terbang perdana pada Airshow China 2020 di Zhuhai, Provinsi Guangdong, demikian CCTV, stasiun televisi resmi pemerintah China.
"Bisa atau tidaknya helikopter ini dipraktikkan, pesawat ini telah memberikan manfaat bagi China dalam mengembangkan tekonologi helikopter masa depan," demikian seorang pengamat yang dikutip Global Times.
Menurut dia, perawatan helikopter lebih mudah dan lebih realistis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Pengamat militer China berpendapat bahwa armada baru itu merupakan eksperimen penting dan mungkin tidak akan digunakan dalam praktik tempur untuk saat ini.
Akan tetapi hal itu memberikan manfaat bagi perkembangan teknologi helikopter masa depan China, demikian pendapat pengamat yang dikutip media resmi setempat, Sabtu.
Helikopter yang diberi nama Super Great White Shark itu dipamerkan di Kota Tianjin mulai Kamis (10/10) hingga Minggu (13/10) itu panjangnya 7,6 meter dan lebar 2,85 meter dengan kokpit di tengah.
Di dalam lingkar pesawat terdapat sistem rotor yang memungkinkan pesawat terangkat vertikal. Di sisi kanan dan kiri yang dapat terlihat dari kokpit terdapat dua mesin turbojet yang bisa mendorong pesawat secara horisontal dengan kecepatan tinggi.
Dua orang pilot dapat mengemudikan dan mengarahkan pesawat dengan menggunakan kemudi di bawah sistem rotor.
Kemudi atau "rudder" tersebut juga dapat bekerja dengan sistem rotor yang memungkinkan pesawat terdorong secara horisontal dengan kecepatan rendah.
Helikopter piring terbang itu mampu tinggal landas dengan beban 6.000 kilogram, berkecepatan maksimum 650 kilometer per jam, berketinggian 6.000 meter, dan kemampuan menanjaknya 16,5 meter per detik.
Akan tetapi timbul beberapa pertanyaan bahwa pesawat jenis tersebut tidak stabil dan tidak aman diterbangkan. Pertanyaan tersebut didasari oleh beberapa negara yang pernah melakukan eksperimen serupa, termasuk Amerika Serikat, yang gagal menempatkan pesawat sejenis dalam praktik tempur.
Untuk menjawab keraguan itu dapat dilihat dari tampilan saat helikopter tersebut terbang perdana pada Airshow China 2020 di Zhuhai, Provinsi Guangdong, demikian CCTV, stasiun televisi resmi pemerintah China.
"Bisa atau tidaknya helikopter ini dipraktikkan, pesawat ini telah memberikan manfaat bagi China dalam mengembangkan tekonologi helikopter masa depan," demikian seorang pengamat yang dikutip Global Times.
Menurut dia, perawatan helikopter lebih mudah dan lebih realistis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019