Sutradara Hanung Bramantyo mendapat tepuk tangan berdiri (standing ovation) dari para penonton untuk pertama kalinya menyusul penayangan perdana film "Bumi Manusia" yang sarat akan materi kebangsaan.

"Wah, baru pertama kali ini. Gila, (saya) dapat standing applause. Tapi memang sebenarnya, materinya memang begitu. Materinya mengaduk-aduk perasaan, mengaduk-aduk rasa identitas bangsa. Bangsa itu bukan soal nasionalisme," kata Hanung usai gala premier "Bumi Manusia" di Surabaya, Sabtu dini hari.

Meskipun mendapatkan sambutan luar biasa dari para penonton, Hanung menyadari sebuah film tidak akan berhasil tanpa bantuan kru yang lain. Apresiasi yang diraih oleh film "Bumi Manusia", menurut Hanung, juga atas bantuan Salman Aristo selaku penulis skenario.

"Tapi kontennya ke sana (kebangsaan). (Saya) cuma tinggal ngegenjot aja, apalagi sudah ditulis Salman Aristo. Dia teori tiga babak sangat paham banget. Ya sudah, dari novel dimasukkan (sebagai naskah) sama Aris. Udah, gue dapat skrip yang bagus," jelasnya.

Terkait riset mendalam tentang materi sejarah dalam film, Hanung mengatakan riset seperti itu sudah dilakukan sejak dia mengerjakan proyek film "Sang Pencerah".

"Tadi aku bilang, kami sudah punya hasil riset dari 'Sang Pencerah'. Itu saja. Kami butuh sejarawan kemarin itu karena butuh konfirmasi saja," kata sutradara "Habibie & Ainun" itu.

"Bumi Manusia" mulai tayang di bioskop-bioskop di Indonesia pada 15 Agustus. Film tersebut berdurasi dua jam 50 menit.

Baca juga: Hanung Bramantyo tidak bisa tidur jelang peluncuran film "Bumi Manusia"

 

Pewarta: Maria Cicilia

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019