Sebanyak 8 Kabupaten/Kota yang berada di wilayah DAS Citarum akan mendapatkan dana bantuan dari Bank Dunia sebesar Rp1,4 triliun yang sudah disepakati Pemerintah Provinsi Jawa Barat guna mengatasi sampah sungai itu.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam siaran persnya, Selasa, mengatakan bahwa persoalan sampah sungai Citarum sudah dipetakan penanganannya sesuai dengan volume sampah yang mengarus ke sungai Citarum.

Menurutnya, Metro Bandung –yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi—menjadi penyumbang sampah sungai terbanyak.

Kemarin Gubernur Emil –sapaan akrab Ridwan Kamil—setelah memimpin Rapat Persiapan dan Usulan Kebutuhan Penanganan Limbah Domestik DAS Citarum bersama Bupati Bekasi, Bupati Karawang, Bupati Cianjur, Bupati Purwakarta, Bupati Bandung Barat, Bupati Bandung, Wali Kota Cimahi dan Wali Kota Bandung di Gedung Sate.

"Ternyata 80 persen sampah Citarum datang dari Metro Bandung yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat," kata Emil.

Sedangkan, 20 persen sampah Citarum berasal dari Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi.

Maka itu, dana bantuan akan dialokasikan kepada setiap daerah sesuai dengan proporsi permasalahannya. Metro Bandung, kata dia, akan mendapat dana bantuan terbesar dengan besaran Rp300 miliar.

"Anggarannya akan kita bagi sesuai proporsi persoalan sampahnya. Kalau dirupiahkan minimal 50 miliar per kabupaten/kota. Ada juga yang Rp100 miliar, Rp200 miliar, dan paling besar Rp 300 miliar,” katanya.

Dengan suntikan dana dan komitmen bersama menangani sampah Citarum, Emil optimistis sungai sepanjang 300 kilometer tersebut akan bebas dari sampah dalam lima tahun kedepan.

"Jadi, kita komit (komitmen) dan kita optimis dalam lima tahun sampah citarum akan selesai," ucapnya.

Selain itu, semua Kepala Daerah yang hadir dalam rapat tersebut akan mengirimkan surat kesanggupan kepada Gubernur Jawa Barat untuk ikut peran serta anggaran, di antaranya harus melakukan pembebasan lahan, fasilitas, dan biaya operasional.

"Boleh juga nantinya untuk beli truk sampah yang canggih atau bikin biodigester raksasa," kata Emil.

Menurut Emil, kunci penyelesaian sampai Citarum adalah pencegahan sampah sejak dari rumah. Sebab, anggaran itu akan lebih banyak digunakan untuk pencegahan sampah habis di tempat, pendirian bank sampah di tingkat Kecamatan.

"Kuncinya adalah mencegah sampah sejak dari rumah jadi kita bukan membiarkan gaya hidupnya masyarakat terus kita bikin teknologi canggih tapi justru anggaran ini akan lebih banyak untuk mengedukasi sampah," katanya.

Selain itu, 15 persen atau sekisar Rp 200miliar, kata Emil, akan digunakan untuk mengkaji hal non-fisik, seperti kebijakan, edukasi, seminar, dan pelatihan.

"Menurut saya itu besar sekali Rp 200 Milyar hanya untuk non-fisik. Jadi, harus dimanfaatkan sebaik mungkin," katanya.



Baca juga: Cimahi terima dana Rp30-50 miliar tangani sampah sungai Citarum

Baca juga: Investor Austria diberi izin keruk sedimen Sungai Citarum
 

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019