Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah dibayangi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat.
Rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.357 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.340 per dolar AS.
"Pergerakan rupiah masih tetap stabil setelah munculnya publikasi neraca perdagangan di awal pekan ini," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 4,53 miliar dolar AS pada Maret 2022 dengan nilai ekspor 26,50 miliar dolar AS dan impor 21,97 miliar dolar AS, serta merupakan surplus neraca perdagangan selama 23 bulan secara beruntun.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Maret 2022 masih mengalami surplus 9,33 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2021 yang angkanya surplus 5,52 miliar dolar AS dan pada 2020 yang angkanya surplus 2,54 miliar dolar AS.
"Namun masih perlu diwaspadai sentimen global di tengah pergerakan dolar AS yang cenderung menguat signifikan terhadap beberapa mata uang lainnya serta imbal hasil US treasury yang terus naik," ujar Rully.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dari sebelumnya yang dirilis pada Januari sebesar 4,4 persen menjadi 3,6 persen.