New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), berbalik dari penurunan sehari sebelumnya, bahkan ketika krisis COVID-19 di India memburuk, dan harga mencatat kenaikan mingguan kedua dengan latar belakang optimisme atas pemulihan ekonomi global.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli, terkerek 19 sen atau 0,3 persen menjadi ditutup pada 68,28 dolar AS per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni naik 19 sen atau 0,3 persen menjadi menetap di 64,90 dolar AS per barel.
Kedua acuan harga minyak naik lebih dari 1,0 persen pada minggu ini, kenaikan mingguan kedua berturut-turut, karena pelonggaran pembatasan COVID-19 pada pergerakan di Amerika Serikat dan Eropa, pemulihan operasi pabrik dan vaksinasi Virus Corona membuka jalan bagi kebangkitan permintaan bahan bakar.
“Harga minyak mungkin masih memiliki minggu kedua berturut-turut yang positif, tetapi tidak ada yang membuat pedagang energi bersemangat bahwa minyak akan melepaskan diri dari kisaran perdagangan ketatnya. Prospek jangka pendek minyak tetap sangat beragam," kata Anaalis Pasar Senior OANDA, Edward Moya.
Di China, data menunjukkan pertumbuhan ekspor meningkat secara tak terduga pada April, sementara survei swasta menunjukkan ekspansi yang kuat dalam aktivitas sektor jasa.
Namun impor minyak mentah oleh pembeli terbesar dunia itu turun 0,2 persen pada April dari setahun sebelumnya menjadi 40,36 juta ton, atau 9,82 juta barel per hari (bph), terendah sejak Desember.
Namun pemulihan permintaan minyak tidak merata karena melonjaknya kasus COVID-19 di India mengurangi konsumsi bahan bakar di negara importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia tersebut.
India pada Jumat (7/5/2021) melaporkan rekor kenaikan harian dalam kasus Virus Corona 414.188, sementara kematian akibat COVID-19 membengkak 3.915, menurut data Kementerian Kesehatan.
"Brent hampir menembus 70 dolar AS per barel minggu ini tetapi gagal pada rintangan terakhir ketika ketidakpastian permintaan menyeret harga," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Kebangkitan COVID-19 di negara-negara seperti India, Jepang, dan Thailand, menghambat pemulihan permintaan bensin, kata konsultan energi FGE dalam catatan kliennya, meskipun beberapa permintaan yang hilang telah diimbangi oleh negara-negara seperti China, di mana perjalanan liburan Hari Buruh baru-baru ini melampaui level 2019.
"Permintaan bensin di AS dan sebagian Eropa relatif baik," kata FGE.
"Lebih jauh, kami dapat melihat permintaan meningkat karena penguncian diperlonggar dan permintaan yang terpendam dilepaskan selama musim mengemudi di musim panas."
Di Amerika Serikat, pertumbuhan pekerjaan secara tak terduga melambat pada April, kemungkinan tertahan oleh kekurangan pekerja yang membuat bisnis berebut untuk memenuhi permintaan yang melonjak saat ekonomi dibuka kembali.
Jumlah rig minyak dan gas AS, indikator awal produksi di masa depan, naik delapan menjadi 448 rig minggu ini, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Sejak mencapai rekor terendah pada Agustus, jumlah rig pengeboran telah meningkat sedikit seiring dengan pemulihan harga minyak.
Baca juga: Khawatir lonjakan pandemi di India, minyak tergelincir
Baca juga: Minyak berakhir sedikit beragam, persediaan AS turun
Baca juga: Harga minyak melonjak ditopang optimisme permintaan, Brent naik 1,95 persen