Bandara khusus helikopter pertama di Indonesia, yaitu Heliport Cengkareng akan beroperasi secara komersial pada Oktober 2019

“Oktober mulai beroperasi secara komersial,” kata CEO PT Whitesky Aviation Denon Prawiraatmadja saat peresmian tahap 1 Heliport Cengkareng di Tangerang, Banten, Jumat.

Pembangunan heliport tersebut merupakan kerja sama antara PT Whitesky Aviation dan PT Angkasa Pura (AP) II.  Keduanya menyepakati konsesi pemanfaatan lahan selama 30 tahun.

Heliport tersebut berlokasi di lahan wilayah AP II, yakni di Jalan Perimeter Selatan, Neglasasi kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang akan dinamakan Heliport Capt Toos Sanitioso sebagai tokoh yang berjasa di dunia kedirgantaraan, khususnya helikopter.

Denon mengatakan di atas lahan seluas 2,8 hektare itu juga akan dibangun 10 hanggar dengan kapasitas total bisa memuat 50 helikopter jenis Bell 505 atau setara 20 unit helikopter tipe Bell 429/Airbus H130.

Fasilitas lain yang akan dibangun di antaranya adalah shooting point dengan instalasi lampu untuk mendukung terbang malam, delapan helipad, lounge untuk pelanggan (customer lounge), kafe, kawasan kantor, fasilitas beserta personel untuk evakuasi medis (helimedic),  dan lain sebagainya.

Total nilai proyeknya rencananya mencapai sekitar Rp80 miliar. “Heliport ini akan menjadi yang pertama di Indonesia memiliki fasilitas yang lengkap untuk bandara helikopter,” katanya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Daan Achmad menilai hadirnya heliport tersebut merupakan prospek bisnis potensial yang bisa menghasilkan nilai tambah.

“Kerja sama ini membuat dampak berantai yang baru, prospek baru di sekitar tanah kosong,” katanya.

Dia berharap nantinya Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi general aviation airport yang terintegrasi.

“Sekarang kami sedang membangun east cross taxiway dan dengan adanya heliport ini yang awalnya sewa, sekarang meningkat ke level yang lebih tinggi,” katanya.

Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju bandara multimoda yang dimaksudkan agar semua moda angkutan transportasi terkoneksi dan saling mendukung untuk transportasi yang lainnya.

Di Jakarta, misalnya, pelaksanaan multimoda tersebut disusun dalam Jakarta Airport Connection dengan beberapa terobosan. Pertama, sistem moda transportasi berbasis darat dengan menggunakan bus, taksi, dan lain sebagainya. Kemudian, menggunakan moda transportasi berbasis rel yakni membuat kereta ke bandara dan terobosan ketiga adalah dengan menggunakan moda transportasi udara, lewat helikopter.

Khusus soal helikopter ini walau tidak bisa langsung mendarat di bandara, akan tetapi bisa menghubungkan tempat-tempat yang sulit dijangkau baik di Jakarta maupun di Bandung.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019