Jakarta (Antaranews Jabar) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi mata uang rupiah akan menguat hingga di bawah Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat pada 2019, mengingat tren harga minyak dunia sedang turun.

Selain itu, kata Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani di Jakarta, Rabu, ada upaya untuk mengurangi penggunaan mata uang AS itu dalam transaksi perdagangan. 

Ia menjelaskan bahwa pengusaha dapat menggunakan mata uang di luar dolar AS, tergantung dengan negara asal mitra dagang.

Dalam konteks itu, ia menyebutkan, mata uang Renminbi (RMB) dapat menjadi alternatif bagi para pengusaha, mengingat saat ini China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. 

"Nilai perdagangan antara Indonesia dan China per tahun mencapai US$ 60 miliar. Jadi kalau kita bisa konversi 20-30 persennya ke Renminbi, itu sudah bagus untuk mengurangi ketergantungan rupiah ke dolar AS," sebut Hariyadi usai menghadiri jumpa pers. 

Apabila banyak pengusaha sudah mengurangi penggunaan dolar AS dalam bertransaksi, rupiah dapat menguat hingga Rp13.800-Rp13.900 per dolar AS. 

Untuk mencapai sasaran tersebut, Hariyadi mengatakan, Apindo tengah melakukan pendataan terhadap perusahaan-perusahaan besar yang dapat diajak untuk melakukan konversi mata uang. 

"Tahapannya itu, kami mendata pemain-pemain besar. Setelah tercatat, lalu kita duduk bersama dengan Bank indonesia, serta pihak perbankan untuk mensosialisasikan rencana konversi mata uang, serta alasannya," jelas Hariyadi. 

Hingga saat ini, Hariyadi menyebut, Apindo telah mencatat 31 perusahaan besar yang akan diajak duduk bersama dengan BI untuk mewujudkan rencana konversi tersebut.

Namun, ia belum dapat menyebut secara mendetail nama-nama perusahaan besar yang dimaksud. 

Nilai impor Indonesia dari China pada kuartal III 2018 mencapai 36 miliar dolar AS, naik sedikit dari 2017 yang sebesar 35 miliar dolar. 

 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018