Garut (Antaranews Jabar) - Tiga sungai di kawasan perkotaan Kabupaten Garut, Jawa Barat, sudah tercemari cairan limbah industri kulit, bahkan kondisinya sudah mengendap banyak bercampur dengan sampah rumah tangga.

"Selama ini terdapat sedikitnya lima kelurahan di wilayah Kecamatan Garut Kota yang teraliri sungai yang terdampak limbah cairan dari penyamakan kulit," kata Wakil Ketua Bidang Pemerintahan APKI Garut, Sukandar saat kegiatan normalisasi Sungai Cigulampeng di kawasan Sukaregang, Kecamatan Garut Kota, Selasa.

Ia menuturkan, sungai yang terdampak langsung limbah industri penyamakan kulit yakni Sungai Ciwalen, Cikaengan, dan Sungai Cikendi, bahkan sungai tersebut banyak tumpukan sampah rumah tangga.

Tingginya endapan limbah cairan kulit juga sampah rumah tangga di sungai perkotaan Garut itu, kata dia, menyebabkan aliran air tersumbat, sehingga pihaknya memiliki tanggung jawab untuk menormalisasi sungai.

"Yang paling parah saat normalisasi sungai tahap dua yang dilakukan tiga bulan yang lalu, saat itu kami bisa mengangkat 13 truk sampah rumah tangga yang menjadi penyebab terjadinya pengendapan," katanya.

Ia menyampaikan, normalisasi sungai yang dilakukan jajarannya sebagai wujud kepedulian para pengusaha penyamakan kulit di Garut terhadap lingkungan yang terdampak limbah kulit.

Kegiatan yang digelar setiap tiga bulan sekali itu, lanjut dia, menggunakan anggaran dari para pengusaha yang tergabung dalam APKI Garut, tujuannya agar aliran sungai bisa kembali mengalir dengan lancar tanpa endapan limbah kulit.

"Melalui kegiatan ini diharapkan selain bisa menormalkan aliran air sungai dan mengurangi tingkat pengendapan limbah, juga menjadikan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai," katanya.

Ia mengungkapkan, pengusaha tidak menginginkan adanya pencemaran lingkungan, sehingga pihaknya terus berusaha agar kondisi tersebut tidak terus terjadi dengan menerapkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Penerapan IPAL tersebut, kata dia, sementara belum semuanya pengusaha mampu karena membutuhkan biaya yang sangat tinggi, namun upaya tersebut dapat meminimalisasi pencemaran limbah cairan kulit.

"Untuk saat ini memang belum semua pengusaha bisa membuat IPAL tapi sudah lumayan banyak juga yang telah memiliki IPAL, hal ini bisa dimaklumi mengingat anggaran untuk pembuatan IPAL yang cukup besar," katanya.

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Isyati Putri


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018