Bandung (Antaranews Jabar) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Kalapas Sukamiskin, Wahid Husen, dalam operasi tangkap tangan (OTT) pada Sabtu (21/7), membuat citra Lapas di mata masyarakat semakin memburuk.

Lapas yang seharusnya menjadi tempat pembinaan, justru berubah menjadi tempat mewah bagi mereka layaknya tengah berwisata.

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly telah mengganti lima Kalapas Sukamiskin, karena dinilai tidak mampu menjaga integritas atau terlibat beberapa kasus sejak tahun 2015.

Data yang diperoleh dari Kemenkumham, Rabu menyebutkan, Nama pertama yakni, Marselina Budhiningsih. Marselina dicopot pada September 2015 karena terkuaknya foto Gayus Tambunan yang sedang di luar penjara.

Kemudian Edi Kurniadi. Edi dicopot karena akibat foto Gayus yang lagi-lagi kedapatan sedang di luar penjara. Edi akhirnya digantikan oleh Surung Pasaribu pada Maret 2016.

Sama halnya seperti dua nama awal, Surung juga diganti karena terlibat sebuah kasus. Lalu pada Oktober 2016 Kalapas Sukamiskin berganti lagi, Dedi Handoko ditunjuk oleh Menkumham mengisi posisi tersebut.

Pada era Dedi, dikabarkan napi Sukamiskin bebas keluar masuk penjara. Ia pun masuk dalam perombakan pegawai Kemenkumham. Posisinya lantas digantikan Wahid Husen. Namun sejak menjabat pada Maret 2018, ia ditangkap KPK dan dicopot oleh Menkumham karena kasus suap.

Kursi kepemimpinan kini berada dipundak Kusnali yang menjabat sebagai pelaksana harian (plh) Kalapas Sukamiskin. Kusnali sebelumnya menjabat sebagai Kalapas Banceuy.

Upaya pertamanya sesuai instruksi Menteri, ia langsung membongkar 32 saung mewah yang ada di Lapas Sukamiskin. Saung-saung itu dibangun secara pribadi oleh para napi "berduit", dan dijadikan tempat kunjungan.

"Ya tugas saya sebagai Plh salah satunya melakukan pembenahan, menata, menertibkan apa yang seharusnya tidak boleh. Kita tertibkan semua. Langkah pertama penertiban saung ini," ujar Kusnali di Bandung, Rabu.

Menurutnya, salah satu tugas yang harus dia kerjakan adalah memulihkan citra Lapas Sukamiskin yang sudah dicap buruk oleh masyarakat.

Ia menegaskan, akan menjalankan apa yang menjadi peraturan di Lapas. Tidak akan ada lagi fasilitas mewah bagi para narapidana. Semua narapidana pun akan berstatus sama dan memiliki fasilitas standar.

"Itu risiko pekerjaan yang harus kita laksanakan. Ya mudah-mudahan diberikan kelancaran. Kami berjuang semaksimal mungkin untuk mengembalikan kepercayaan publik," kata dia.

Ia berharap, hal ini menjadi titik balik untuk mengubah citra Lapas Sukamiskin menjadi tempat yang benar-benar dijadikan tempat pembinaan.

Selain itu, ia juga berkomitmen untuk menjaga integritas dengan tidak terpengaruh oleh bujukan uang. Apalagi orang-orang yang menghuni lapas merupakan para pejabat utama di pemerintahan maupun politik yang terlibat kasus korupsi.

"Seberat apapun harus saya laksanakan karena ini amanat pimpinan yang harus saya lakukan. Memang menjadi tanggung jawab sebagai aparatur sipil negara harus saya laksanakan," katanya.

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018