Bandung (Antaranews Jabar)- Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat menyatakan konsumsi masyarakat terhadap daging beku dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan permintaan daging sapi segar.
"Mereka masih menginginkan daging segar yang baru dipotong padahal dari sisi higienis, daging beku ini juga lebih higienis. Hanya faktor kebiasaan yang harus kita perbanyak sosialisasi," ujar Kadisperindag Jabar, Arifin Soedjayana, di Pasar Sederhana Kota Bandung, Rabu.
Menurutnya, kurangnya minat masyarakat mengonsumsi daging beku disinyalir akibat dari kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah. Hal itu membuat masyarakat belum banyak mengetahui informasi mengenai daging beku.
Padahal, kata dia, selain faktor higienis, daging beku juga memiliki vitamin, mineral serta bergizi seperti daging segar pada umumnya.
"Jadi kandungan proteinnya sama dengan daging potong. Cuman pengemasannya yang beda," kata dia.
Untuk itu, Disperindag akan gencar melakukan sosialisasi serta menggelar pasar murah yang didalamnya akan menjual dagung beku disamping bahan pokok lainnya.
"Dari kita pemerintah ada pasar murah yang kemudian kita mensubsidi termasuk didalamnya daging beku di semua kabupaten kota nanti kita gelar," kata dia.
Minimnya penjualan daging beku dirasakan salah satu penjual di Pasar Sederhana. Oyi, salah satu penjual daging, mengatakan para pembeli atau masyarakat yang konsumsi daging kebanyakan memilih daging yang masih dalam keadaan segar.
"Kalau di pasar tradisional seperti ini mah, jarang peminatnya. Mereka itu maunya yang fresh dan yang baru, yang belum dibekukan," kata dia.
Menurutnya harga daging beku lebih murah dibanding daging segar. Persatu kilo daging sapi beku dijual Rp.80-85 ribu. Namun hal itu tetap tidak bisa mengubah minat masyarakat dari ketergantungan terhadap daging segar.
"Intinya mah gak mau daging imporlah. Kalau masalah harga memang jauh, kalau daging beku bisa 80 sampai 85 ribu. Kalau daging yang fresh kan harga 110 sampai 120 ribu," katanya. Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Mereka masih menginginkan daging segar yang baru dipotong padahal dari sisi higienis, daging beku ini juga lebih higienis. Hanya faktor kebiasaan yang harus kita perbanyak sosialisasi," ujar Kadisperindag Jabar, Arifin Soedjayana, di Pasar Sederhana Kota Bandung, Rabu.
Menurutnya, kurangnya minat masyarakat mengonsumsi daging beku disinyalir akibat dari kurangnya sosialisasi dari pemerintah daerah. Hal itu membuat masyarakat belum banyak mengetahui informasi mengenai daging beku.
Padahal, kata dia, selain faktor higienis, daging beku juga memiliki vitamin, mineral serta bergizi seperti daging segar pada umumnya.
"Jadi kandungan proteinnya sama dengan daging potong. Cuman pengemasannya yang beda," kata dia.
Untuk itu, Disperindag akan gencar melakukan sosialisasi serta menggelar pasar murah yang didalamnya akan menjual dagung beku disamping bahan pokok lainnya.
"Dari kita pemerintah ada pasar murah yang kemudian kita mensubsidi termasuk didalamnya daging beku di semua kabupaten kota nanti kita gelar," kata dia.
Minimnya penjualan daging beku dirasakan salah satu penjual di Pasar Sederhana. Oyi, salah satu penjual daging, mengatakan para pembeli atau masyarakat yang konsumsi daging kebanyakan memilih daging yang masih dalam keadaan segar.
"Kalau di pasar tradisional seperti ini mah, jarang peminatnya. Mereka itu maunya yang fresh dan yang baru, yang belum dibekukan," kata dia.
Menurutnya harga daging beku lebih murah dibanding daging segar. Persatu kilo daging sapi beku dijual Rp.80-85 ribu. Namun hal itu tetap tidak bisa mengubah minat masyarakat dari ketergantungan terhadap daging segar.
"Intinya mah gak mau daging imporlah. Kalau masalah harga memang jauh, kalau daging beku bisa 80 sampai 85 ribu. Kalau daging yang fresh kan harga 110 sampai 120 ribu," katanya. Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018