Cianjur 30/4 (Antaranews Jabar) - Balai Penelitian Tanaman Hias Kementerian Pertanian di Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat, mengembangkan tiga varietas tanaman hias unggulan guna memenuhi kebutuhan lokal dan internasional.
Ketiga varietas yang sedang dikembangkan tersebut memiliki daya saing dengan varietas yang sudah ada jenis, baik lokal maupun luar, seperti anggrek, krisan dan pacar air atau lebih dikenal dengan sebutan "sun fesien".
Kepala Baliti Segunung Rudi Soehendi mengatakan saat ini pihaknya tengah mengembangkan berbagai varietas tanaman unggulan yang banyak diminati masyarakat lokal hingga mancanegara yang akan dikeluarkan tahun 2019.
Hingga saat ini, untuk menghasilkan bibit terunggul dan tidak dimiliki negara lain seperti krisan, anggrek dan pacar air, pihaknya akan mengeluarkan sedikitnya 10 varietas baru yang akan dilepas ke pasaran.
Dia menjelaskan, sepanjang tahun untuk kebutuhan tanaman hias jenis krisan potong dan pot banyak diminati di tingkat lokal hingga mancanegara seperti Jepang dengan jumlah per tahun yang dapat dipenuhi 600 juta tangkai.
"Pemesanan untuk jenis krisan di tingkat nasional saja, kami belum bisa memenuhi hingga seratus persen, sehingga masih banyak pengusaha yang mengimpor dari luar. Secara nasional kita baru bisa memenuhi 70 persen kebutuhan lokal Indonesia," katanya.
Dia menjelaskan, untuk memiliki daya saing internasional, pihaknya terus mengembangkan varietas anggrek dan krisan dengan berbagai sistem penelitian terbarukan, sehingga dalam waktu cepat dapat menghasilkan bibit jenis baru.
Fitri Rahmawati Peneliti Fisiologi Tanaman, menjelaskan, untuk fokus riset terhadap perbanyakan bibit krisan dan anggrek dengan sistem Somatis Embriogentik, teknologi pembibitan yang dilakukan dengan modus tangkai bunga yang ada mata bunga.
"Selanjutnya mata bunga kami induksikan menjadi embrio yang dapat dikembangkan dari kultur jaringan, hasilnya akan mendapatkan benih dengan cara massal. Satu mata bunga melalui teknologi SE dapat menghasilkan bibit hingga 100 batang atau lebih," katanya.
Hasil dari perbanyakan bibit melalui SE tersebut, tambah dia, dapat menghasilkan berbagai varietas baru anggrek dan krisan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bibit baru dapat dilakukan dengan proses cepat.
"Percepatannya enam kali lipat dari pembibitan konvensional dengan jumlah yang lebih banyak. Bahkan dalam bentuk kecil sudah lengkap dengan daun dan akar siap tanam, sesuai dengan kebutuhan lokal hingga mancanegara," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Ketiga varietas yang sedang dikembangkan tersebut memiliki daya saing dengan varietas yang sudah ada jenis, baik lokal maupun luar, seperti anggrek, krisan dan pacar air atau lebih dikenal dengan sebutan "sun fesien".
Kepala Baliti Segunung Rudi Soehendi mengatakan saat ini pihaknya tengah mengembangkan berbagai varietas tanaman unggulan yang banyak diminati masyarakat lokal hingga mancanegara yang akan dikeluarkan tahun 2019.
Hingga saat ini, untuk menghasilkan bibit terunggul dan tidak dimiliki negara lain seperti krisan, anggrek dan pacar air, pihaknya akan mengeluarkan sedikitnya 10 varietas baru yang akan dilepas ke pasaran.
Dia menjelaskan, sepanjang tahun untuk kebutuhan tanaman hias jenis krisan potong dan pot banyak diminati di tingkat lokal hingga mancanegara seperti Jepang dengan jumlah per tahun yang dapat dipenuhi 600 juta tangkai.
"Pemesanan untuk jenis krisan di tingkat nasional saja, kami belum bisa memenuhi hingga seratus persen, sehingga masih banyak pengusaha yang mengimpor dari luar. Secara nasional kita baru bisa memenuhi 70 persen kebutuhan lokal Indonesia," katanya.
Dia menjelaskan, untuk memiliki daya saing internasional, pihaknya terus mengembangkan varietas anggrek dan krisan dengan berbagai sistem penelitian terbarukan, sehingga dalam waktu cepat dapat menghasilkan bibit jenis baru.
Fitri Rahmawati Peneliti Fisiologi Tanaman, menjelaskan, untuk fokus riset terhadap perbanyakan bibit krisan dan anggrek dengan sistem Somatis Embriogentik, teknologi pembibitan yang dilakukan dengan modus tangkai bunga yang ada mata bunga.
"Selanjutnya mata bunga kami induksikan menjadi embrio yang dapat dikembangkan dari kultur jaringan, hasilnya akan mendapatkan benih dengan cara massal. Satu mata bunga melalui teknologi SE dapat menghasilkan bibit hingga 100 batang atau lebih," katanya.
Hasil dari perbanyakan bibit melalui SE tersebut, tambah dia, dapat menghasilkan berbagai varietas baru anggrek dan krisan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bibit baru dapat dilakukan dengan proses cepat.
"Percepatannya enam kali lipat dari pembibitan konvensional dengan jumlah yang lebih banyak. Bahkan dalam bentuk kecil sudah lengkap dengan daun dan akar siap tanam, sesuai dengan kebutuhan lokal hingga mancanegara," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018