Bandung (Antaranews Jabar) - Ingin punya ukulele yang sesuai selera sendiri dan beda dari yang lain? Datang saja ke Mahardika Instrumen di Dago, Bandung, studio milik Andy Mahardika Fadhillah (33).

Andy Mahardika Fadhillah  adalah seorang pengrajin ukulele  asal kota kembang lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. 

Berbekal teori yang didapat dari bangku kuliah dia ingin mengembangkan kerajinan ukulele sebagai bisnis kreatif. Andy juga sering kali berbincang dan mempelajari pembuatan ukulele dari berbagai pembuat gitar di Bandung. Pada  2012, akhirnya ia memulai usahanya untuk memproduksi ukulele yang khusus melayani pesanan perorangan. Karena sistem custom order, maka ukulele tersebut hanya ada satu dan bersifat  personal.

Andy mengaku pembuatan ukulele ini berasal dari kesukaannya untuk membuat sendiri berbagai macam barang kebutuhannya sendiri. “Memang seneng bikin-bikin gitu sih. Dari dulu seneng aja gitu bikin DIY (Do It Yourself) sampai ke barang-barang yang gak penting,” tutur Andy.

Dia telah membuat 72 buah ukulele custom dengan harga mulai dari 1,8 juta. Pembelinya pun telah menembus pasar mancanegara, mulai dari negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, hingga Hongkong dan Israel.

Untuk memasarkan produk buatannya, Mahardika Instrument memanfaatkan digital marketing melalui website, instagram, dan facebook. Namun, Andy mengaku lebih menyukai jika pembeli datang  ke tempat pembuatannya yang berada di Jalan Bukit Pakar Utara 31, Ciburial, Bandung.

“Sebenernya saya lebih seneng ketika mereka datang ke sini sih. Kalo online jelasinnya kan susah beginian tuh. Kalau langsung ke sini kan kita bisa jelasin, liatin yang pernah kita bikin, bisa cobain langsung juga,” kata Andy.

Sejak akhir 2016, Andy meluncurkan seri pertama ukulele Mahardika Instrument. Ukulele yang ia beri nama Aina tersebut memiliki bentuk yang lebih sederhana tetapi unik, karena tidak memiliki lekukan di bagian tengahnya. Hal tersebut ia pilih untuk mempermudah proses produksi.

Berbeda dengan pembuatan ukulele custom yang ia kerjakan sendiri, ukulele Aina ini telah ia serahkan sebagian pembuatannya kepada beberapa pekerjanya. Namun, ia masih tetap mengontrol kualitas dari ukulele buatannya. Menurut Andy, hingga saat ini ia masih belum bisa melepas pengerjaannya karena belum menemukan tenaga kerja yang sesuai standar.

Meskipun masih terbilang baru, karena desain yang lebih sederhana dan jalur produksi sudah tersusun, ukulele Aina sudah diproduksi lebih dari 60 buah. Bahkan, ukulele Aina juga sudah didistribusikan ke toko alat musik Republik Ukulele Jakarta, dan Gitara Bandung. Ukulele Aina ia pasarkan dengan harga 700 ribu.
 



Ukulele Aina

Ukulele Aina berbahan dasar kayu  lapis, berbeda dari ukulele custom yang menggunakan kayu solid. Kayu lapis dipilih karena lebih mudah didapatkan dan berbentuk lembaran, sehingga lebih mudah untuk dibentuk. Sementara kayu solid yang biasa digunakan terdiri dari berbagai jenis, mulai dari mahoni, sonokeling, ebony, hingga mangga.

Penggunaan bahan kayu lapis dan solid juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Selain lebih mudah dibentuk, kayu lapis terbilang lebih kokoh karena strukturnya yang bertumpuk secara vertikal dan horizontal. Namun, kualitas suara yang dihasilkan tidak sebaik kualitas berbahan kayu solid.

Jika terjadi kerusakan, kayu lapis akan sulit diperbaiki. Sementara kayu solid akan lebih mudah diperbaiki, karena kerusakan pada kayu akan mengikuti struktur yang dapat dilem ketika jatuh atau pecah. Selain itu, kayu solid memiliki serat unik dan semakin baik kualitasnya jika kayu bertambah tua.

Untuk membuat ukulele custom yang standar, Andy membutuhkan waktu minimal dua pekan. Namun, jika ada tambahan detil, waktu yang dibutuhkan akan lebih lama, karena prosesnya yang lebih panjang.

Pembuatan ukulele berawal dari pemotongan kayu dengan tebal sekitar 2mm. Setelah itu, kayu dibentuk menggunakan mesin khusus yang menghasilkan panas, sehingga kayu lebih lentur. Bagian tubuh ukulele yang telah dibentuk kemudian dimasukan ke dalam cetakan. Tujuannya adalah mematenkan bentuk yang presisi dari ukulele.

Proses membentuk dan mematenkan tubuh ukulele adalah salah satu proses yang sulit dan memakan waktu cukup lama. Proses pencetakannya saja minimal membutuhkan waktu 6 jam. Setelah selesai dicetak, kemudian tubuh ukulele direkatkan menggunakan lem kayu khusus dan dibiarkan hingga benar-benar kering.

Bagian selanjutnya adalah membuat leher dan kepala. Pembuatan leher juga membutuhkan waktu yang cukup lama, karena dilakukan pengikiran secara manual. Selain itu, fret board juga dibentuk dengan teliti karena akan mempengaruhi suara yang dihasilkan.
 
Pembuatan kepala ukulele di Mahardika Instrument menghasilkan bentuk yang berbeda dengan ukulele yang ada di pasaran. Andy sengaja memberikan ciri khas ukulele buatannya dengan membuat kepala ukulele yang memiliki lubang di tengahnya. Ia juga mewajibkan itu pada produksi ukulele custom.

Setelah semua bagian disatukan, tahap akhir adalah pengecatan. Beberapa alternatif dapat digunakan, mulai dari cat semprot, atau natural oil yang akan menghasilkan kesan lebih alami. Tidak sedikit juga orang yang memesan untuk diukirkan namanya. Bahkan, Andy bercerita sempat mendapat pesanan ukulele yang tubuhnya ingin digambar sendiri oleh pemiliknya.

Seluruh proses panjang pembuatan ukulele, selalu Andy perhatikan kualitasnya. Karena bagi dirinya, kenyamanan pemilik ukulele adalah prioritas utamanya. “Kalau buat saya pribadi, kualitas suara itu nomor dua. Yang pertama itu nyamanan. Gimana sih orang main instrumen, mahal, suaranya bagus, tapi ga enak dipake kan percuma gitu,” tutur Andy.

Dari sekian banyak ukulele yang telah ia buat, Andy juga pernah berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk membuat ukulele dengan desain unik. Ukulele yang mengadopsi bentuk alat musik banjo, ukulele berbentuk skateboard, ukulele berbahan kaleng, dan yang terbaru adalah alat musik eksperimental yang mengadopsi bentuk kecapi. 

Alat musik eksperimental tersebut adalah ide Jefry Arianto (22), seorang mahasiswa Desain Produk Institut Teknologi Nasional. Ngarajah Kapiletar adalah nama unik yang dipilih oleh Jefry untuk proyek tugas kuliahnya ini.

“Karena ini konsepnya kesunda-sundaan, jadi aku pilih nama Ngarajah. Ngarajah itu di bahasa Sunda artinya pembuka, memulai. Kalau Kapiletar itu Kacapi, Ukulele, Gitar,” ujar Jefry.

Meskipun pembuatannya dilakukan sendiri oleh Jefry, tetapi ia menjadikan Andy sebagai mentornya. Ia juga mengerjakan pembuatan alat musik ini di workspace Mahardika Instrument dalam waktu sekitar satu pekan. Untuk ke depannya Jefry berniat menyempurnakan alat musik ini bersama dengan Andy.
 

Jefry Arianto memainkan ukulele eksperimental yang dibuat bersama dengan Andy Marhardika. (Risa RZ)

Pewarta: Risa RZ

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018