Bandung (Antaranews Jabar) - Andi Sutisna (63), seorang warga Kota Bandung berhasil menyulap limbah padat yang terbawa arus di Sungai Cikapundung menjadi miniatur kereta lokomotif uap zaman dulu.

Melalui tangannya, barang-barang yang sebelumnya dianggap telah menjadi sampah, namun kini malah bernilai seni tinggi dengan tingkat kedetailan yang hampir menyerupai aslinya.

Berbagai jenis kereta api lokomotif uap yang pernah beroperasi di Indonesia telah berhasil ia ciptakan, seperti kereta lokomotif uap jenis C-16, D-51, F-10, D-10, dan lainnya.

"Saya bikin dari sampah-sampah yang terbawa arus di Sungai Cikapundung seperti tutup spidol, kaleng obat nyamuk, paralon bekas, gulungan benang, cangkokan lampu, dan sampah lainnya," ujar Andi saat ditemui dikediamannya di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, Senin.

Andi menceritakan, awal mula pembuatan miniatur kereta api tersebut, ketika ia berhenti bekerja di perusahaan proyek pembuatan vila di Puncak, Bogor.

Karena menganggur dan menunggu panggilan pekerjaan, ia tak ingin hari-harinya hanya diisi oleh kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Berbagai barang bekas ia kumpulkan untuk dijadikan aneka kerajinan.

"Awalnya saya bikin rumah-rumahan adat Sunda, rumah boneka Barbie. Karena bosen saya teringat masa kecil saat menumpang kereta, jadi kepikiran bikin itu," katanya.

Berbekal kalender bergambar kereta uap pemberian saudaranya yang bekerja di PT. KAI, ia kemudian mencari bahan-bahan dari limbah yang terbawa arus Sungai Cikapundung.

Setelah mengumpulkan bahan, Andi mulai merancang satu persatu limbah yang ia kumpulkan menjadi bagian-bagian kereta lokomotif. Tak ada buku panduan khusus, ia menyesuaikan pembuatan kereta dengan gambar yang ada di kalender.

"Untuk kereta kecil saya membutuhkan waktu satu Minggu untuk menyelesaikannya, kalau yang besar satu 1,2 meter paling dua mingguan kalau ga malas," kata dia.

Saat ini koleksi kereta lokomotif uap yang berhasil ia buat sebanyak tujuh buah, di mana salah satunya memiliki ukuran 1,5 meter.

Ketika disinggung apakah keretanya sudah ada yang menawar, ia menyebut salah satu pemilik toko di Bandung sudah berminat membeli seluruh koleksinya. Namun adanya ketidaksepakatan harga membuat koleksinya batal dijual.

"Kalau harga ga bisa dihargai dan ini mah dari barang rongsokan. Saya tidak melihat hasil karya tapi hasil kreatifnya. Kalau bahannya mah ga masalah dan bahan rongsok tapi proses saya membuatnya berapa," kata dia.

Meski begitu, ia akan tetap menjualnya jika memang ada masyarakat khususnya pencinta kereta yang berniat memilikinya. Satu kereta berukuran kecil dihargai Rp.500 ribu, sementara yang besar ia akan menyesuaikan tawaran dari pembeli.

"Karena di rumah sudah banyak sekali (hasil karya), lebih baik dijual saja. Saya ingin bikin yang lain lagi," kata dia.

Ke depan, ia ingin membuat karya seni lainnya yang berbeda. Menurutnya, semakin sulit karya yang dibuat, ia semakin tertantang untuk bisa menyelesaikannya.

"Saya tidak bisa bikin karya yang serupa. Jadi satu produk satu karya, apa yang saya buat, itu tergantung bahan yang saya temui. Ga mungkin sama," katanya. 

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018