antarajabar - Adanya produksi rubber airbag dalam negeri diharapkan bisa menyerap karet alam, mengingat Indonesia merupakan produsen karet terbesar didunia, Kata Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto.

"Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar karet alam. Dengan teknologi, kami akan berupaya agar pemanfaatan karet alam lokal, serta nilai tambahnya meningkat, seperti produk rubber air bag ini," kata Unggul dalam acara Launching Produk Perdana dan Peresmian Lini Produksi Rubber Airbag di Cirebon, Kamis.

Unggul menyebut bahwa beragam produk karet teknis ini selalu diimpor dari luar, padahal Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet alam terbesar didunia dengan total produksi karet alam kurang lebih 2,9 juta ton per tahun.

Inovasi rubber airbag inipun diharapkan dapat menjadi awal bagi kebangkitan industri karet dalam negeri untuk mendukung bidang maritim dengan pemanfaatan bahan baku lokal karena selama ini masih sepenuhnya impor.

Sementara itu Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material BPPT, Hammam Riza mengatakan bahwa produk rubber airbag ini telah siap untuk di produksi massal.

"Dari hasil uji bearing capacity, produk rubber airbag telah melampaui standar ISO 144099:2011, Ships and Marine Technology, Ships Launching Airbags. Hasil uji ini menunjukkan kemampuan atau kekuatan rubber airbag dalam menahan bobot kapal," katanya.

Selanjutnya, rubber airbag ini akan diproduksi secara masal dan komersil di PT. Samudera Luas Paramacitra yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat menggunakan teknologi dalam negeri.

"Kegiatan komersialisasi teknologi ini pun nantinya akan dipayungi dengan kerjasama komersial antara Pusat Layanan Teknologi BPPT dengan PT. Samudera Luas Paramacitra, sehingga memberikan feedback berupa royalty kepada para inventor agar makin termotivasi dalam berkarya lebih lanjut," ujarnya.

Lebih lanjut Direktur Pusat Teknologi Material BPPT, Asep Riswoko menuturkan bahwa tantangan terbesar adalah bagaimana agar produk hasil karya dalam negeri ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kebutuhan maritim di Indonesia.

"Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Maret 2013), Indonesia memiliki kurang lebih 12.407 kapal, yang pada saatnya harus direparasi di 240 galangan kapal yang tersebar di seluruh Indonesia," tuturnya.

"Selain proses reparasi tentunya juga dibutuhkan pembangunan kapal-kapal baru untuk mendukung program nasional yaitu poros maritim dan tol laut," lanjutnya.

Melihat potensi yang ada kata Asep, tentunya sangat dibutuhkan produk rubber airbag untuk membantu proses reparasi dan pembuatan kapal baru.

Dengan hadirnya produk rubber airbag hasil inovasi dalam negeri diharapkan dapat mengurangi biaya investasi galangan kapal menjadi lebih murah dibanding galangan kapal konvensional.

BPPT sangat mendorong agar produk ini dapat digunakan oleh industri perkapalan baik pemerintah maupun swasta.

"Oleh karena itu, kedepan harus terbangun sinergi dari seluruh pemangku kepentingan, agar kepercayaan untuk menggunakan produk rubber airbag dalam negeri ini semakin meningkat," katanya lagi.

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017