Pemerintah Kota Bandung telah meluncurkan sebuah program layanan kesehatan bagi masyarakat yang tergolong tidak mampu yang dinamakan Rawat Layad.
          
Program ini merupakan sebuah inovasi untuk memberikan pelayanan dasar kesehatan kepada masyarakat dengan mendatangi langsung orang yang sakit di kediamannya.
         
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan peluncuran program ini terinspirasi dari banyaknya kasus pasien yang tidak tertolong akibat keterbatasan fasilitas ruangan di rumah sakit.
          
Oleh karena itu, pemerintah tidak ingin warganya yang menderita penyakit dan harus segera mendapat pertolongan hanya dirawat di rumah tanpa adanya penanganan yang intensif.
          
Menurutnya, hal ini menunjukan bahwa negara selalu hadir di tengah-tengah masyarakat dalam setiap aspek kebutuhannya.
          
Konsep baru pembangunan hari ini adalah negara yang mendatangi warga, tidak selalu warga yang mendatangi negara untuk mendapatkan pelayanan.
          
Melalui program ini, sebanyak 1.598 petugas kesehatan yang terdiri atas 87 dokter, 184 bidan, 23 ahli gizi, 187 SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) serta petugas pembantu lainnya disiapkan untuk mendatangi dari rumah ke rumah.
        
"Konsep negara mendatangi warga sebagai konsep melayani baru ini akan kami hadirkan terus," kata dia.
          
Ribuan petugas kesehatan ini akan disebar di 80 Puskesmas se-Kota Bandung dengan komposisi satu tim terdiri dari satu orang dokter, satu orang perawat atau bidan serta satu orang petugas gizi.
          
Mereka yang menjadi petugas telah melalui serangkaian seleksi yang saat proses rekrutmen diikuti oleh 1.558 orang.
         
"Program Layad Rawat sama sekali tidak mencuri peran Rumah Sakit. Program ini menunjukan bahwa yang pantas dirawat di Rumah Sakit adalah pasien yang kritis," kata dia.
        
Tak hanya ribuan petugas, 11 ambulans sepeda motor ditempatkan di delapan puskesmas 24 jam dan UPT Pelayanan Kesehatan Mobilitas (Yankesmob) di Kota Bandung. Dengan begitu, tim medis akan langsung bersiap menggunakan ambulans sepeda motor.
           
Gagasan ambulans sepeda motor tersebut datang dari warga di mana perlengkapan kesehatan tim medis dibawa menggunakan motor yang telah didesain secara khusus. Perancangnya adalah dr Dani Febrian yang tahun lalu memenangkan kontes ide.
       
"Inilah contoh warga Bandung yang difasilitasi gagasannya, diperbaiki pelayanannya, dan alhamdulillah semuanya mewujud dalam layanan istimewa yang namanya Layad Rawat " kata dia.
         
Ambulans sepeda motor ini merupakan solusi untuk mempercepat penanganan kesehatan di pemukiman padat yang tidak memungkinkan akses mobil ambulans. Sehingga, pasien yang tinggal di wilayah padat bisa dijangkau dengan lebih mudah
   
"Di Kota Bandung ini hampir 40 persen pemukimannya padat penduduk di mana banyak gang-gang sempit yang hanya bisa dilalui motor," kata dia.
        
Guna memanggil tim medis ini, warga tinggal menelepon ke 119 (bebas pulsa). Nantinya, akan ada petugas yang menghubungkan pasien ke puskesmas terdekat untuk langsung ditindaklanjuti oleh puskesmas tersebut.
             
Penyakit
    
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita Sri Hasniarty mengatakan pasien penderita penyakit atau kejadian darurat yang akan menerima layanan kesehatan Layad Rawat tersebut di antaranya bagi warga lanjut usia, hipertensi, serta pasien diabetes atau kencing manis yang harus memang dikontrol.
        
Rita menjelaskan pula, sekalipun terdapat skala prioritas pelayanan dalam program kesehatan terbarukan di Kota Bandung tersebut, kasus darurat lainnya akan tetap dilayani.
        
Warga yang menjadi pasien ini bisa menjangkau Layad Rawat dengan melalui kader kesehatan yang menghubungi puskesmas (setempat) atau menghubungi nomor 119.
       
Berkaitan dengan persyaratan yang harus disiapkan oleh masyarakat, Rita menjelaskan bahwa warga hanya perlu menyiapkan BPJS dan surat keterangan tidak mampu (SKTM) saat tim layad rawat tiba.
        
"Jadi warga hanya penerima layad rawat harus peserta BPJS aktif dan memiliki SKTM dan pelayanan ini gratis, untuk warga yang mampu akan dikenakan biaya sesuai perda 3 tahun 2010, biayanya," ujar Rita.
         
Dalam waktu sepekan setelah diluncurkan, terhitung sejak tanggal 16 hingga 23 Juli 2017, jumlah pasien yang memanfaatkan program ini sebanyak 28 orang.
        
Ia merinci penyakit yang telah ditangani dalam program ini seperti stroke, vertigo, patah tulang, sesak nafas, gula darah rendah, tumor, jantung, hipertensi, serta sejumlah penyakit lainnya.
        
Kasus stroke ada 10 orang, fraktur dua orang, vertigo dua orang, sesak nafas dua orang. Dari puluhan kasus tersebut, mayoritas didominasi oleh masyarakat miskin.
        
 Jumlah tersebut dipastikan terus bertambah seiring dengan diresmikannya oleh Wali Kota Bandung pada Rabu (26/7). Namun untuk jumlah keseluruhan warga yang mengakses hingga Minggu (30/7), Dinkes Kota Bandung masih menunggu proses perhitungan resmi dari tim IT.
        
Ia berharap dengan layanan terbarukan ini, seluruh warga terutama ekonomi lemah diharapkan dapat terpenuhi pelayanan kesehatannya tanpa kendala.
           
RSKIA
      
Tak hanya meluncurkan program rawat layad, dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar kesehatan bagi masyarkat, Pemkot Bandung juga tengah membangun Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), di Jalan Wahid Hasyim.
         
Rencananya, RSKIA tersebut akan berstandar internasional dengan luas lahan sekitar 7.433 meter persegi dan luas bangunan 45.000 meter persegi.
         
Ridwan Kamil mengatakan, rumah sakit ini juga diperuntukan untuk melayani masyarakat menengah ke bawah.
         
"Saat ini kami memulai (pembangunan) rumah sakit ibu dan anak, visinya harus yang terbaik, standar Singapura, standar internasional," kata dia.
         
Pembangunan yang menelan dana hingga Rp300 miliar rupiah ini, diharapkan dapat selesai di pertengahan tahun 2018.
        
Dengan dua program yang dicanangkan Pemkot tersebut, kini masyarakat Kota Bandung tak perlu khawatir lagi jika menderita suatu penyakit serta tidak memiliki biaya.
       
Hal tersebut merupakan langkah pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Kota Bandung khususnya layanan kesehatan disamping program-program lainnya.  
  
Dengan begitu kita naik kelas dengan indeks pembangunan manusia khususnya bidang kesehatan bisa meningkat, kata dia.

    

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017