Antarajabar.com - Hasan Miharjo (75) rela mengayuh sepeda ontel tuanya menelusuri jalan pantai utara (pantura) demi berlebaran bersama sanak saudara di kampung halamannya, Purbalingga, Jawa Tengah.
       
Miharjo tidak sendiri, dia ditemani putri kesayangannya, Yunita (17), yang rela mengayuh sepada bersamanya dari Depok, Jawa Barat, menuju kampung halamannya.
       
"Kalau mudik naik sepeda sudah sering saya lakukan. Akan tetapi, baru kali ini ditemani Yuni," kata Miharjo saat sampai di tempat istirahat Kepolisian Resor (Polres) Cirebon, Rabu (21/6).
       
Perjalanan mudik ke kampung halaman merupakan "ritual" untuk dia bercengkrama dengan sanak saudara setelah setahun lamanya merantau ke daerah orang.
       
Perantauannya merupakan cara dia menyambung hidup karena tidak mudah untuk mencari nafkah di daerah tempat tinggalnya.
       
Pria berusia 75 tahun itu bersama putri bungsunya melakukan perjalanan dari Depok, Jawa Barat, pada hari Senin (19/6). Keduanya mengendarai sepeda ontel tua warisan ayahnya.
       
Untuk bisa tiba di kampung halamannya, Purbalingga, Miharjo harus mengayuh sepedanya selama 4 hari.
       
"Targetnya 4 hari sudah sampai di Purbalingga, Jawa Tengah, agar bisa bersama sanak saudara ketika malam Lebaran," tuturnya.
       
Sepeda ontel miliknya penuh dengan perbekalan, seperti baju, peralatan mandi, dan peralatan sepeda. Selain itu, dia juga membawa ban cadangan.
       
Ban tersebut, kata Miharjo, adalah cadangan mengantisipasi terjadinya kerusakan selama di perjalanan.
       
"Sepeda ini warisan orang tua dan perjalanan mudik dengan menggunakan sepeda merupakan sebuah hobi," ujar Miharjo yang mengaku berprofesi sebagai buruh.
       
Selama perjalanan dari Depok sampai Cirebon, Jawa Barat, dia mengaku kerap kali beristirahat di masjid yang ada di sepanjang jalur pantura.
       
Sementara itu, Yunita mengatakan bahwa dirinya sudah dua kali melakukan perjalanan jauh dengan bapaknya. Namun, untuk mudik Lebaran, baru kali pertama.
       
"Kalau mudik, baru pertama. Namun, untuk perjalanan jauh, saya sudah dua kali bersama Bapak, yaitu dari Purbalingga ke Depok pada bulan lalu," kata Yuni.
       
Ia menceritakan pengalaman selama bersepeda di jalan pantura yang juga banyak kendaraan besar, seperti truk dan bus.
       
"Beberapa kali, saya dan Bapak hampir terserempet karena di pantura 'kan banyak mobil besar," tuturnya.
       
Selama perjalanan menuju kampung halamannya, dia kerap kali beristirahat, terutama ketika sudah lelah dan jam sudah menunjukkan angka 10 malam.
       
Alasan beristirahat pada pukul 22.00 WIB karena penglihatan dan fisik ayahnya sudah menurun. Selain itu, juga karena minimnya penerangan selama perjalanan.
       
"Sekarang yang penting sampai rumah, terus bersama keluarga saat berlebaran," kata Yuni.
       
Selain mudik dengan bersepeda, ada juga para pemudik yang menggunakan kendaraan roda tiga khas Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), DKI Jakarta, yaitu bajaj.
       
Di sepanjang pantura, bajaj sangat kontras dengan kendaraan pada umumnya yang kebanyakan mudik menggunakan mobil maupun sepeda motor.
       
Dari data Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat yang diterima Antara pada hari Selasa (27/6), disebutkan bahwa sebanyak 3.071.573 kendaraan melintasi jalur pantura. Hal ini menunjukkan peningkatan yang besar daripada volume lalu lintas pada Lebaran 2016.
        
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol. Yusri Yunus mengatakan bahwa selama arus mudik Lebaran 2017 kendaraan yang melewati jalur pantura meningkat sampai 470 persen.
       
Berdasarkan data cacah arus yang telah masuk dari H-7 sampai H-1 Lebaran pada jalur pantura telah terjadi peningkatan arus mudik menggunakan alat transportasi pribadi yang relatif sangat signifikan, kata Yusri melalui pesan singkat yang diterima Antara di Cirebon, Selasa (27/6).
       
Yusri mengatakan bahwa pada angkutan Lebaran pada tahun ini tercatat sebanyak 3.071.573 kendaraan melintas dari arah barat ke timur, khususnya di jalur pantura.
      
 Jumlah tersebut didominasi roda dua atau sepeda motor yang mencapai 2.676.726 unit, sedangkan roda empat atau mobil berjumlah 394.847 unit.
       
Sementara itu, untuk jalur pantura dari arah timur ke barat pada tahun 2017 tercatat 581.145 yang terdiri atas roda dua dan empat.
       
Untuk jalur tengah dan selatan, kata Yusri, kenaikan tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan volume lalu lintas pada tahun 2016. Misalnya, di jalur tengah data H-7 sampai H-2 kendaraan yang dari barat ke timur sebanyak 913.669 pada tahun 2017.
       
Pada tahun 2016, tercatat 904.819 unit kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Sementara itu, dari arah sebaliknya timur ke barat di jalur tengah menurun dari 941.637 pada tahun 2016 menjadi 801.686 pada tahun 2017.
       
Jalur selatan juga menurun pada tahun 2017 dari arah barat ke timur ada 714.485 unit kendaraan, sedangkan pada tahun 2016 terdata 916.406 kendaraan, baik roda dua maupun empat, kata Yusri.

 

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017