Antarajabar.com - Para petani kopi di Kabupaten Garut mendapat perhatian Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Jawa Barat untuk mendapatkan akses keuangan guna meningkatkan produksi dan kapasitas usaha komoditas itu dari hulu hingga hilir.

"TPAKD Jabar akan memfasilitasi akses keuangan bagi petani kopi Garut agar lebih produktif, dan yang terpenting memperpendek mata rantai distribusi yang selama ini menjadi penghambat," kata Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Ilya Avianti pada acara Panen Raya Kopi Garut di Kecamatan Cikajang, Selasa.

Sementara itu kegiatan panen raya dilakukan di lokasi tanaman kopi rakyat. Pada kegiatan itu ditampilkan proses produksi kopi dari hulu sampai hilir yakni mulai dari penanaman, pemetikan, pengolahan hingga produk jadi yang siap konsumsi.

Pada kesempatan itu juga diserahkan secara simbolis pinjaman Kredit Usaa Rakyat (KUR) dari Bank BNI kepada empat perwakilan petani kopi Garut itu. Selain itu juga diserahkan asuransi dari Jiwasraya kepada perwakilan petani kopi di sana.

"Jadi fasilitasi akses keuangan tidak hanya untuk pembiayaan kredit, tapi juga produk sistem keuangan lainnya antra lain asuransi dan produk lembaga keuangan lainnya," kata Ilya.

Ia meyebutkan, kopi Garut telah terbukti mendapat penghargaan bergengsi pada kontes kopi di Seattle Amerika Serikat. Namun di sisi lain proses produksi dan kesejahteraan para petaninya di Kabupaten Garut belum mendapat perhatian yang selayaknya.

Salah satunya akses keuangan yang memadai bagi mereka sehingga perlu ada kehadiran pemerintah untuk mendukung dan terus membangkitkan potensi daerah.

Hadir pada kesempatan panen raya kopi itu Pimpinan OJK Regional 2 Jawa Barat Sarwono, Direktur Utama Bank BJB Ahmad Irfan, Direktur Komersial BJB Suwartini serta perwakilan dari ISEI, BNI, Mandiri dan BRI, Pemkab Garut dan lainnya.

"Potensi besar di bidang kopi kita keroyok agar bisa menjadi produk andalan daerah dan mendorong kesejahteraan petani," kata Ilya.

Sementara itu Kepala OJK Regional 2 Jabar Sarwono menyatakan produksi kopi di Kabupaten Garut mencapai ratusan ton setiap tahunnya, namun akses dan penyaluran kredit bagi mereka hanya Rp3 miliar pada 2015. Artinya masih sangat kecil bila dibandingkan hasilnya yang mencapai ratusan miliar rupiah.

"Data terakhir kucuran kredit bagi petani kopi di Garut ini baru Rp3 miliar saja. Sangat kecil. Kami dari TPAKD Jabar mendorong empat bank yakni BRI, Mandiri, BNI dan Bank BJB untuk turun tangan dan memfasilitasi akses keungan bagi mereka," kata Sarwono.

Ia menyebutkan, seharusnya dengan nilai ratusan miliar rupiah akses kredit keuangan lebih besar pula. Artinya kata dia ada pihak lain yang memberi akses pinjaman antara lain melalui "bos" atau ijon dalam praktik produksi para petani kopi itu.

"Nah akses keuangan yang kami lakukan untuk mengurangi gerakan para bos yanh cenderung mengeruk keuntungan yang seharusnya diraih para petani kopi di sini," kata Sarwono.

TPAKD Jabar juga menggandeng Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat untuk melakukan riset dan pemetaan potensi kopi di Kabupaten Garut. Selain itu keempat bank itu juga turun melakukan riset lapangan untuk fasilitasi keuangan para petani.

"Nantinya potensi kopi Garut akan terpetakan," katanya.

Sementara itu, Bank BJB akan memberikan dukungan akses keuangan melalui layanan resi gudang yang menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk. Melalui sistem resi gudang, kopi produksi petani disimpan di gudang dan bank itu mengeluarkan resi gudang yang bisa diuangkan, sedangkan pembayarannya setelah kopi laku terjual saat harga sedang menguntungkan petani.

"Kami akan memfasilitasi melalui sistem resi gudang, sistem ini telah efektif di sentra padi di Jabar dan menjadi alternatif untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal kerja maupun produksi," kata Direktur Komersial Bank BJB Suwartini.

Sementara itu salah seorang petani kopi Garut, Agus menyambut baik kehadiran TPAKD Jabar bersama OJK serta lembaga perbankan dan keuangan di Jabar yang membuka peluang fasilitasi pembiayaan.

"Kami para petani menyabut baik fasilitasi itu, kami berharap perbankan bisa jemput bola dan lebih dekat kepada para petani kopi serta mempermudah proses akses pembiayaanya," kata Agus.

Ia menyebutkan, petani kopi di Kabupaten Garut hampir di seluruh kecamatan yang berjumlah 42 kecamatan di Kabupaten Garut. Namun sejauh ini belum tersentuh maksimal oleh sektor perbankan.

Di lain pihak, ia menyebutkan sebagian besar lahan tanaman kopi di lahan perkebunan dan milik Perhutani. Hal itu juga diharapkan tidak menghambat akses keuangan bagi para petani yang membutuhkan fasilitasi untuk meningkatkan aktivitasnya.


Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016